Berita Nasional
Kenaikan Harga BBM Mencapai 30 Persen Tidak Berpengaruh dengan Kemacetan dan Daya Beli Masyarakat?
Kenaikan harga BBM subsidi sebesar 30 persen tidak signifikan mengurangi kemacetan dan daya beli masyarakat?
TRIBUNBEKASI.COM - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi sebesar 30 persen tidak signifikan mengurangi kemacetan.
Sebab, kemacetan masih terjadi di jalanan ibu kota Jakarta meski harga BBM naik.
Pemerintah menaikkan harga BBM subsidi jenis Pertalite dari Rp 7.650 per liter jadi Rp 10.000 per liter.
Kemudian, Solar subsidi dari Rp 5.150 per liter jadi Rp 6.800 per liter.
Selain itu pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bertahan di atas 5 persen hingga memasuki kuartal III-2022.
Meskipun, harga BBM subsidi alami kenaikan imbas lonjakan harga minyak dunia akibat konflik Rusia dan Ukraina.
"Tiga kuartal berturut-turut ekonomi tumbuh di atas 5 persen, meskipun (harga) naik BBM 30 persen."
"Di mana-mana masih macet," kata Sri Mulyani dalam Bincang APBN 2023 di Gedung Kementerian Keuangan belum lama ini.
Sri Mulyani menerangkan, tetap terjaganya tren pemulihan ekonomi nasional meski harga BBM subsidi alami penyesuaian tak lepas dari berfungsi baiknya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2022.
Pasalnya, APBN telah di desain sedemikian rupa untuk lebih fleksibel.
Hal itu guna meredam guncangan yang berpotensi menghambat pemulihan ekonomi nasional.
"Ini menggambarkan ekonomi kita masih (kuat). Karena shock yang besar tadi di absorber oleh APBN yang besar," ujarnya.
Sebelumnya, Pemerintahan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) akhirnya menaikkan harga BBM bersubsidi.
Harga BBM jenis Pertalite naik jadi Rp 10.000 per liter dari sebelumnya Rp7.650 per liter.
Harga solar naik dari Rp5.150 per liter jadi Rp 6.800 per liter.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bekasi/foto/bank/originals/Ilustrasi-petugas-pengisian-BBM-Pertamina.jpg)