Sejarah Jakarta

Sejarah Jakarta: Menilik Kampung Pekojan dengan Masjid Jami An-Nawier yang Berdiri Sejak 1760

Menilik Kampung Arab Pekojan di Tambora, Masjid An-Nawier Berumur 263 Tahun yang telah ditetapkan jadi cagar budaya

Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Lilis Setyaningsih
Tribun Bekasi/Nuri Yatul Hikmah
Masjid An-Nawier sebagai salah satu ikon sejarah dan saksi hadirnya Kampung Pekojan, Tambora, Jakarta Barat. 

"Jadi olahan daripada segi makanannya, pun makanan sehari-hari maupun juga untuk kenduri itu pasti mereka membutuhkan daging kambing. Maka asal kambing ini dari kampung Pekojan, ini menjadi satu kesatuan sejarah di wilayah Pekojan," imbuh dia. 

Pria yang kini menjadi Imam Masjid An-Nawier itu berujar, Kampung Pekojan merupakan bangunan kota pertama di DKI Jakarta.

Dia dinobatkan sebagai kota lantaran wilayahnya dekat dengan laut Sunda Kelapa. 

"Jadi setiap daripada kehidupan yang dimulai di masa lampau itu mereka pasti tidak jauh daripada laut, karena alat transportasi untuk mendukung perjalanan mereka untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain adalah hanya laut," ungkap Dikky.

"Maka Pekojan ini yang paling dikatakan berdekatan dengan laut," lanjut dia.

Kendati sempat merajai wilayah tersebut, namun rupanya Kampung Pekojan tidaklah langgeng dihuni oleh orang Arab dan Koja.

Penduduk wilayah tersebut kini 60 persennya sudah berganti menjadi etnis Tionghoa.

Masjid An-Nawier
Masjid An-Nawier sebagai salah satu ikon sejarah dan saksi hadirnya Kampung Pekojan, Tambora, Jakarta Barat.


Sementara 40 persennya, masih dihuni oleh masyarakat Arab dan pribumi. 

"Betul, banyak yang sudah dihuni oleh etnis Tionghoa. Jadi yang dahulunya dikatakan hanya ada di Glodok, (kini ada di Pekojan)," kata Dikky.

Menurutnya, hal tersebut lantaran masyrakat Islam dan tokoh-tokoh agama sudah berpencar ke berbagai daerah di DKI Jakarta.

Walhasil, penduduk Arab yang sejak dahulu menjadi warga asli Kampung Pekojan, kini justru jadi minoritas.

"Kemudian berakhirnya masa, kemudian juga wilayah Pekojan ini memang sudah berbeda, masyarakat Islam yang sudah berpencar, banyak tokoh-tokoh agama lain daripada Pekojan (berpencar), sehingga masyarakat Arab di Pekojan itu hampir bisa dikatakan tinggal minoritas," ungkapnya.

"Tapi tidak bisa dikatakan hilang, berbeda dengan Koja-nya, dia memang benar-benar hilang," lanjut dia. 

Kini, Kampung Pekojan menjadi kampung padat penduduk yang sarat akan sejarah.

Jika masuk ke daerah tersebut, masyarakat akan bisa menyaksikan penampakkan sejumlah bangunan terbengkalai berbentuk memanjang yang kental akan nuansa kolonialisme.

Halaman
1234
Sumber: Wartakota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved