Sejarah Jakarta

Sejarah Jakarta: Gedung Kesenian Jakarta Dibangun Sejak 1821 Pernah Disebut Gedung Komedi

Gedung Kesenian Jakarta dibangun tahun 1821 di Weltevreden yang saat itu dikenal dengan nama Theater Schouwburg Weltevreden

Penulis: Desy Selviany | Editor: Lilis Setyaningsih
Kompas.com/Arimbi Ramadhiani
Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) adalah situs cagar budaya seni satu-satunya yang dimiliki DKI Jakarta. 

Masa jaya teater Inggris dengan Gedung Teater Militernya hanya berlangsung sampai tahun 1816.

Karena mengalami kekalahan dari Belanda, tentara Inggris harus meninggalkan Batavia sehingga "Bamboe Teater" itu beralih ke tangan para seniman panggung bangsa Belanda.

Gedung ini terdiri atas dua lantai. Lantai satu merupakan ruangan utama untuk pertunjukan yang diapit dua ruangan lain di kanan dan kiri.

Di belakang panggung terdapat green room tempat menunggu para penghibur.

Awalnya penerangan gedung menggunakan lampu minyak dan lilin. Namun, sejak 1864 mulai menggunakan lampu gas.

Penerangan menggunakan listrik baru digunakan pada 1882 dan hanya terbatas di bagian dalam saja, sementara bagian luar tetap menggunakan lampu gas sampai 1910.

Baca juga: Sejarah Jakarta: Museum Tekstil Mulanya Rumah Orang Perancis yang Dibangun pada Abad ke-19

Baca juga: Sejarah Jakarta: Jakarta Fair Pertama Digelar Tahun1968, ada Pemilihan Ratu Waria

Pada masa penjajahan Jepang gedung itu bernama Kiritsu Gehitzzyoo kemudian berubah menjadi Bioskoup Dana dan City Theatre.

Gedung ini tetap berfungsi sebagai tempat pementasan tonil dan berbagai acara hiburan lainnya, tetapi juga dipakai sebagai markas tentara Jepang.

Dengan halus Jepang melakukan propaganda lewat kesenian.

Pembentukan Sendenbu (Barisan Propaganda) dan Keimin Bunka Shidosho (Badan Urusan Kebudayaan) dimaksudkan agar orang Indonesia bergabung dengan perkumpulan sandiwara bentukan Jepang itu

Gedung Kesenian Jakarta juga sempat beberapa kali ditempati tentara dan dijadikan sebagai markas militer.

Pemerintah Jepang mengambil alih pengelolaan Gedung Kesenian Jakarta pada masa Perang Dunia II (1939-1945).

Saat itu gedung dikenal dengan nama Kiritsu Gekitzyoo dan dialihkan fungsinya sebagai markas.

Setelah Indonesia merdeka, Gedung Kesenian Jakarta juga digunakan sebagai markas Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).

Tercatat sejak diresmikan Presiden RI Pertama Soekarno pada 29 Agustus 1945, KNIP beberapa kali bersidang di gedung ini untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

Baca juga: Sejarah Jakarta: Shiva Mandhir, kuil Hindu Tamil Terbesar di Jakarta yang Dibangun Sejak 1954

Baca juga: Sejarah Jakarta: Asal Muasal dibalik penamaan Nama Kawasan di Jakarta Berawalan Ci

Sumber: Wartakota
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved