Berita Bekasi

Hadapi Dampak El Nino, Pemkab Bekasi Mulai Memetakan Daerah Rawan Bencana Kekeringan

Pemetaan itu dilakukan guna mempersiapkan berbagai langkah mitigasi, terutama dalam hal ketersediaan air bersih dan ketersediaan pangan.

Penulis: Muhammad Azzam | Editor: Ichwan Chasani
TribunBekasi.com/Rangga Baskoro
Ilustrasi - Area pesawahan di wilayah Kabupaten Bekasi terancam mengalami kekeringan. 

TRIBUNBEKASI.COM, BEKASI — Dalam upaya menghadapi dampak El Nino, Pemerintah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat mulai melakukan pemetaan daerah rawan bencana kekeringan.

Penjabat Bupati Bekasi Dani Ramdan mengatakan, pemetaan itu guna mempersiapkan berbagai langkah mitigasi, terutama dalam hal ketersediaan air bersih dan ketersediaan pangan.

"Salah satu wilayah rawan bencana kekeringan di Kabupaten Bekasi diantaranya wilayah Cibarusah," kata Dani Ramdan pada Rabu (2/7/2023).

Menurutnya, wilayah Cibarusah saat ini sudah mulai masuk saluran PDAM.

Meskipun, belum masuk ke rumah-rumah warga, tetapi di balai desa, tempat-tempat publik seperti masjid itu air bersih sudah tersedia.

BERITA VIDEO: SERING KEKURANGAN AIR, RATUSAN PETANI DUA DESA DI KARAWANG UNJUK RASA DI KANTOR BUPATI

"Di lokasi-lokasi itu saya sudah liat sudah ada airnya. Mudah-mudahan di musim kemarau ini warga di desa-desa wilayah tersebut tersebut tidak lagi mengalami kesulitan air karena bisa menggunakan air di lokasi itu," kata Dani Ramdan.

Tak hanya itu, Dani Ramdan juga telah mengintruksikan Dinas Pertanian untuk mensosialisasikan pola tanam kepada para petani yang mengelola lahan sawah tadah hujan maupun yang sumber airnya berasal dari irigasi sebagai upaya mitigasi dampak El Nino.

Jika lahan pertaniannya tergolong rawan kekeringan maka para petani jangan memaksakan diri melakukan tanam padi.

Baca juga: Rendy Kjaernett Hadiri Sidang Cerai di PN Bekasi dengan Kondisi Tangan Masih Diperban

Baca juga: Berbalik Turun Rp 7.000 Per Gram, Harga Emas Batangan Antam di Bekasi Rabu Ini Jadi Segini

Para petani disarankan untuk beralih menanam palawija seperti jagung atau kedelai yang membutuhkan sedikit air untuk menghindari puso atau gagal panen.

“Tinggal mungkin sawah pertanian nah saya sudah instruksikan ke Dinas Pertanian untuk menyosialisasikan pola tanam. Kalau kira-kira (dampak El Nino) masih panjang misalnya tanamannya diganti palawija,” ungkapnya.

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Indonesia (BMKG) memperkirakan puncak El Nino akan terjadi pada Agustus-September 2023.

Fenomena El Nino itu menimbulkan musim kemarau ekstrem. Beberapa wilayah yang diprediksi akan mengalami curah hujan sangat rendah mencakup sebagian besar wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Sulawesi Selatan, Tengah, dan Tenggara.

Meskipun puncak El Nino diperkirakan pada Agustus-September, pengaruhnya akan terus berlangsung hingga Desember.

Baca juga: Promo Kuliner, Spesial HUT ke-78 RI, Beli 7 Crunchy Wings Gratis 7 Boneless Wings di Wingstop

Baca juga: Meski Baru Alami Kecelakaan, Rendy Kjaernett Dikabarkan Bakal Tetap Jalani Sidang Mediasi Hari Ini

Oleh karena itu, kewaspadaan harus tetap dijaga dan langkah-langkah mitigasi perlu diantisipasi.

Selain berkurangnya curah hujan, El Nino juga membawa dampak lain seperti perbedaan suhu di siang dan malam hari yang ekstrem, terutama di dataran tinggi.

Karena itu, masyarakat di lingkungan perkotaan juga perlu mewaspadai suhu tinggi yang dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat. 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved