Berita Bisnis

Aspadin Sesalkan Terus Terjadinya Diskriminasi dan Pembiaran Kampanye Negatif Kemasan Polikarbonat

Anggota DPP ASPADIN Firman Sukirman melihat adanya pembiaran kampanye negatif terhadap air kemasan galon polikarbonat sejak tiga tahun lalu.

Editor: Ichwan Chasani
Istimewa
Ilustrasi - Air minum dalam kemasan (AMDK) galon. 

“Dengan fakta tersebut apakah kita bisa mengatakan bahwa galon sekali pakai yang berbahan PET jauh lebih berbahaya dari galon PC, karena PET mengandung EG, DEG, Asetaldehid dan Antimon, sementara galon PC hanya mengandung BPA? Tentu tidak” katanya.

Pemerintah telah menjamin keamanan semua kemasan pangan yang tercermin dalam aturan batas migrasi atau luruhan maksimum sebagaimana diatur  dalam Peraturan BPOM No. 20/2019 tentang Kemasan Pangan.

Di sana ditetapkan untuk kemasan GGU total nilai batas migrasi maksimum BPA adalah 0,6 bpj , sedangkan untuk GSP total nilai batas migrasi maksimum EG dan DEG 30 bpj, Asetaldehid batas migrasi maksimum 6 bpj.

Terkait pelanggaran atas  peraturan tersebut, Aspadin telah menyampaikan kepada pemerintah untuk segera ditertibkan.

“Tapi, kalau ini dibiarkan, apa jadinya bila mayoritas pengguna galon PC (96,4 persen) beriklan Free EG, DEG dan asetaldehid. Tentu akan menimbulkan kekisruhan, kegaduhan dan keresahan di masyarakat. Ini tidak boleh terjadi. Semua harus menahan diri, mematuhi aturan, menjaga etika dan menciptakan iklim yang kondusif apalagi menjelang Pemilu,” ujar Firman Sukirman.

Baca juga: Pempek Khas Karawang dari Olahan Rajungan, Begini Cara Buatnya

Baca juga: Dijemput Paksa, SYL Diperiksa KPK Hingga Pukul 03.30, Disodori 25 Pertanyaan oleh Penyidik KPK

Saat ini, lanjut Firman Sukirman industri AMDK mayoritas menggunakan kemasan galon PC (96,4 persen)  dan lainnya galon PET (3,4 persen).

Adapun jumlah pemakai galon PC adalah 96,4 persen sisanya 3,4 persen adalah galon PET.

Kemasan galon PC digunakan sejak tahun 1983 di Indonesia yang mulanya diimpor dari Amerika Serikat.

Sedangkan galon pakai ulang PET baru di Indonesia sekitar tahun 2014  dan kemasan galon sekali pakai PET baru di awal tahun tahun 2020.

Galon PET mempunyai suhu tahan panas hanya sampai 70 derajat Celsius (Suhu Transisi Gelas=TG), sehingga  tidak tahan untuk dicuci dengan suhu panas antara 60-80 derajat Celsius.

Baca juga: Antonio Blanco Jr Tak Kesulitan Beradegan Mesra dengan Zoe Abbas Jackson di Sinetron Terbaru

Baca juga: Lowongan Kerja Karawang: PT KCF Indonesia di KIIC Butuh Tenaga Operator Packing PPIC

Makanya galon jenis ini butuh kondisi khusus bila ingin diguna ulang. 

Sedangkan kemasan galon PC paling tahan panas sampai 150 derajat Celsius (TG), paling tahan banting dan tahan gores, tahan asam dan tahan zat kimia.

“Dan belum pernah ada kasus kemasan galon PC bermasalah (gosong) dalam distribusi karena paparan matahari yang terik. Namun, kekurangannya adalah harganya juga paling mahal, sehingga paling cocok sebagai galon guna ulang,” tukasnya.

Firman Sukirman menjelaskan bahwa Aspadin berdiri di atas semua jenis kemasan sesuai peraturan.  Semua wajib mematuhi aturan, baik galon PC maupun PET yang telah memiliki izin edar maka aman untuk dikonsumsi.

Dan tidak boleh ada jenis kemasan yang didiskriminasikan tanpa dasar peraturan ataupun pun bukti kasus nyata atau ilmiah.

“Contohnya, belum pernah ada kasus kesehatan apalagi kematian akibat paparan BPA. Tetapi kasus kematian akibat terpapar EG dan DEG sangat banyak. Jadi sekali lagi bahwa semua kemasan wajib sesuai peraturan,” katanya.

Baca berita TribunBekasi.com lainnya di Google News

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved