Berita Bekasi

Belum Terdeteksi Ada Kasus Monkeypox, Dinkes Kabupaten Bekasi Tetap Minta Warga Waspada

Meskipun belum ada temuan kasus tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap virus tersebut.

Penulis: Muhammad Azzam | Editor: Ichwan Chasani
Warta Kota/Yulianto
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, dr. Alamsyah. 

TRIBUNBEKASI.COM — Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi hingga kini belum menemukan adanya kasus cacar monyet atau Monkeypox yang dialami warga.

Meskipun belum ada temuan kasus tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap virus tersebut.

“Belum ada kasus yang kami terima. Di Jawa Barat juga belum ada. Namun, kami mengimbau masyarakat untuk tetap waspada,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, dr Alamsyah, pada Jumat, 23 Agustus 2024.

dr Alamsyah mengatakan, pihaknya juga telah melakukan sosialisasi dan edukasi terkait kewaspadaan terhadap kontak dengan penderita atau pendatang yang menunjukkan gejala Monkeypox.

dr Alamsyah menjelaskan bahwa cacar monyet merupakan kondisi kulit yang disebabkan oleh infeksi virus, biasanya ditandai dengan munculnya bintil bernanah pada permukaan kulit. 

Seperti halnya cacar air, cacar monyet dapat dengan mudah ditularkan melalui percikan air liur.

Baca juga: Terjun Bebas, Harga Emas Batangan Antam di Bekasi Jumat Ini Anjlok Lagi Rp 12.000 Per Gram

Baca juga: Partai Buruh Batal Aksi Unjuk Rasa Lanjutan, Polisi Tetap Pasang Barikade Beton Kelilingi Kantor KPU

“Penting untuk memahami lebih lanjut tentang penyakit cacar monyet, termasuk penyebab, gejala, dan cara menyembuhkannya,” tambah dr Alamsyah.

Cacar monyet, lanjutnya, penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi virus langka dari hewan (zoonosis) atau lebih dikenal sebagai virus Monkeypox.

Virus ini dinamakan cacar monyet karena monyet merupakan inang utama dari virus tersebut.

Saat seseorang terkena penyakit cacar monyet, pada permukaan kulitnya akan muncul bintil-bintil bernanah, bahkan melepuh.

Sama seperti cacar air, cacar monyet juga disertai demam, tetapi dengan pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak.

Baca juga: Presiden Partai Buruh Said Iqbal Tegaskan Aksi Demo Buruh Hari Ini Ditunda

Baca juga: Amankan Demo di DPR dan KPU Hari Ini, Polisi Tambah Personel

"Tanda-tandanya perlu dikenali agar virus ini tidak menyebar atau menular,” jelasnya.

Meskipun virus ini dapat menular, Alamsyah menyebutkan bahwa masyarakat dapat membedakannya dengan penyakit kulit lain seperti cacar air atau herpes.

Penyebab utama cacar monyet sering kali adalah gigitan hewan liar seperti tupai dan monyet, dengan penularan dari hewan ke manusia yang paling umum terjadi.

Gejala cacar monyet biasanya mulai dirasakan 6-16 hari setelah terpapar, dengan masa inkubasi virus ini berkisar antara 6-13 hari.

"WHO membagi gejala cacar monyet menjadi dua periode infeksi, yaitu periode invasi dan periode erupsi kulit,” jelas dr Alamsyah.

Baca juga: PPK Rengasdengklok Dorong Partisipasi Aktif Tokoh Agama Sukseskan Pilkada Karawang 2024

Baca juga: Merespon Bahlil Soal Raja Jawa, Hasto Ingatkan Kekuasaan Presiden Bukan Segala-Galanya

Selain adanya bintil-bintil berisi cairan, dr Alamsyah menambahkan bahwa gejala lain yang perlu dikenali adalah sakit kepala berat, demam, sakit punggung, lemas, nyeri otot, mual, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

“Kami mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan seluruh puskesmas juga telah kami instruksikan untuk melakukan pengecekan secara rutin saat masyarakat memeriksakan kesehatan mereka sebagai langkah awal pencegahan cacar monyet,” tutupnya.

Baca berita TribunBekasi.com lainnya di Google News

Ikuti saluran TRIBUN BEKASI di WhatsApp. 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved