Mahasiswa Unila Diduga Tewas Saat Ikut Diksar, Rekan Korban Mengaku Dapat Tekanan Agar Tutup Mulut
Seorang mahasiswa Universitas Lampung (Unila) diduga tewas sesuai mengikuti pendidikan dasar (diksar) organisasi mahasiswa pencinta alam.
Penulis: | Editor: Ign Prayoga
TRIBUNBEKASI.COM, LAMPUNG - Seorang mahasiswa Universitas Lampung (Unila) diduga tewas akibat mengikuti pendidikan dasar (diksar) pada November 2024.
Korban adalah Pratama Wijaya Kusuma yang tercatat sebagai mahasiswa jurusan Bisnis Digital Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unila angkatan 2024.
Pratama menutup mata pada 28 April 2025 setelah beberapa bulan menjalani perawatan.
Kondisi kesehatan korban menurun tajam seusai mengikuti pendidikan dasar (diksar) Mahasiswa Ekonomi Pencinta Lingkungan (Mahepel) pada 11-14 November 2024.
Salah seorang peserta diksar Mahepel pada November 2024, Muhammad Arnando Al Faaris mengatakan, telah terjadi penyiksaan terhadap Pratama dan empat temannya.
"Saya berusaha melaporkan kekerasan yang terjadi yang dilakukan oleh kakak tingkat di Mahepel," kata Muhammad Arnando Al Faaris saat diwawancarai di Bandar Lampung, Kamis (29/5/2025).
"Saya juga mengalami (kekerasan) dan saya mengharapkan ada keadilan, tapi malah saya mendapatkan tekanan," imbuhnya.
Faaris mengatakan, dirinya malah dicap sebagai pembuat masalah. Sebutan ini datang dari kakak tingkat dan pihak kampus.
"Saya meminta bantuan kepada mereka, tapi mereka tidak mau membantu," ujar Faaris.
Dia juga diperintahkan menandatangani suatu surat agar tidak cerita ke siapapun dan segala yang terjadi selama diksar sifatnya adalah sukarela.
"Saya tidak ikhlas dengan apa yang terjadi. Saya kecewa dengan sikap kampus, makanya saya keluar Unila," katanya.
Faaris menjelaskan, para junior atau peserta diksa mendapatkan kekerasan saat tiba di Desa Talang Mulya, Kabupaten Pesawaran.
Mereka mulai diksar pada 11 November 2024 dan setiap peserta membawa tas yang berat.
Peserta diksar berjumlah 6 orang di antaranya Faaris, Pratama Wijaya Kesuma (S1 Bisnis Digital), Sukril Kamal (S1 Ekonomi Pembangunan).
Kemudian Audra Raja Pratama (S1 Ekonomi Pembangunan), Baginda Sae Winsang (S1 Manajemen), dan Julio Rangga Balista (S1 Manajemen).
"Kami dikumpulkan di Desa Talang Mulya, HP dan dompet dikumpulkan. Mulai kegiatan harus menyelesaikan dengan datang berenam dan pulang berenam," kata Faaris.
Menurutnya, peserta diksar melakukan perjalanan sampai 15 jam lamanya dengan berjalan kaki mendaki, membawa tas, dan minim istirahat.
Akibatnya peserta tidak kuat dan mulai muntah dan kaki lemah.
"Tidak bisa pulang duluan atau istrahat panjang, istirahat hanya saja 5-30 menit. Jadi dalam perjalanan, teman saya kakinya sudah tidak kuat lagi karena membawa tas gunung yang berat. Bukannya beban dikurangi tapi malah kasih tongkat untuk berjalan," kata Faaris.
Ia mengatakan, meskipun kaki gemetaran dan susah berdiri, mereka memaksakan diri sampai ke tujuan.
"Kalau kami salah disuruh push up dengan 8 seri hukuman, 1 seri 25 kali push up dan itu kami harus melakukannya. Padahal 6 orang ini fisiknya berbeda-beda," imbuhnya.
Faaris mengatakan, Pratama memiliki fisik yang lemah di antara peserta lainnya.
Pada hari pertama saat melepas sepatu, kata Faaris, sudah terlihat kaki Pratama luka dan saat menurunkan tas gunung yang digendong, terlihat merah di bagian punggungnya.
"Kami juga harus bangun tenda dengan kayu ranting, kalau tidak hafal yel-yel akan dihukum push up lagi," tambahnya.
Menurut Faaris, panitia diksar selalu menyalahkan dirinya sebagai pemimpin karena tidak becus memimpin rombongan hingga ditampar semua peserta.
Ia mengaku, pada suatu malam mereka dihukum seperti ditampar hingga 34 seri push up.
"Panitia diksar bilang jangan berpura-pura lemah dan Pratama paling lemah yang paling banyak dapat penyiksaan," tutur Faaris.
Malam-malam selanjutnya ia dan lima temannya mengalami kekerasan.
Seusai menjalani diksar, kondisi Pratama semakin menurun hingga akhirnya meninggal dunia.
Menanggapi dugaan ada mahasiswa meninggal seusai mengikuti diksar, pihak Universitas Lampung (Unila) membentuk tim investigasi pasca kematian Pratama Wijaya Kusuma.
Wakil Rektor Kemahasiswaan dan Alumni Unila, Prof Sunyono mengatakan, pihaknya membentuk tim investigasi pasca meninggalnya mahasiswa Pratama Wijaya Kusuma tersebut setelah mengikuti pendidikan dasar (diksar) salah satu ormawa.
"Kami diminta rektor untuk membentuk tim investigasi terkait dengan kekerasan yang dilakukan salah satu ormawa di lingkungan FEB Unila," kata Warek Kemahasiswaan dan Alumni Unila, Prof Sunyono saat diwawancarai awak media di Gedung Rektorat Unila, Rabu (28/5/2025).
Artikel ini telah tayang di TribunLampung.co.id
BREAKING NEWS: Seorang Driver Ojol Dikabarkan Tewas Terlindas Mobil Brimob di Pejompongan |
![]() |
---|
SMPN 13 Kota Bekasi Didemo Ratusan Orang, Massa Tuntut Pengusutan Kasus Guru Lecehkan Siswi |
![]() |
---|
Ditekan Aparat, Pendemo Lakukan Perlawanan dan Lempari Polisi Pakai Molotov dan Batu dari Rel KA |
![]() |
---|
Polisi Pelaku Pembunuhan Wanita Muda yang Gegerkan Indramayu Ditangkap di NTB |
![]() |
---|
Tembok Rumah Terbelah Akibat Gempa, Warga Desa Kutalanggeng Karawang Pilih Tidur di Luar Malam Ini |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.