Berita Bekasi

Kepsek Lakukan Pungli, Sejumlah Guru SMAN 9 Tambun Selatan Ikut Diperiksa di KDC Wilayah III Jabar

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat saat ini tengah melakukan audit terhadap Kepala SMAN 9 Tambun Selatan terkait dugaan pungutan liar

|
Penulis: Rendy Rutama | Editor: Dedy
YouTube Kurniawati M.Pd. Rajwa Besi
KEPALA SMAN 9 TAMBUN SELATAN - -- Tangkap layar YouTube Kurniawati M.Pd Rajwa Besi, Kamis (5/6/2025). Kepala SMAN 9 Tambun Selatan, Kurniawati, dinonaktifkan Dedi Mulyadi buntut dugaan pungli dan penyelewengan dana. Sosok Kurniawati menjadi sorotan setelah ratusan siswa SMAN 9 Tambun Selatan menggelar unjuk rasa pada Selasa (3/6/2025). 

TRIBUNBEKASI.COM, TAMBUN SELATAN --- Pihak SMAN 9 Tambun Selatan Kabupaten Bekasi kini tengah mencari pengganti Kurniawati, Kepala Sekolah, yang dinonaktifkan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi (KDM) usai didemo ratusan pelajar terkait dugaan pungutan liar (pungli) pada Selasa (3/6/2025).

"Iya betul (Kepala SMAN 9 Tambun Selatan, Kurniawati--red) dinonaktifkan oleh pak Gubernur, tapi saya tidak tahu kapan persisnya," kata Humas SMAN 9 Tambun Selatan, Sahri Ramadan, Kamis (5/6/2025).

Bahkan kata Sahri, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat saat ini tengah melakukan audit terhadap Kepala SMAN 9 Tambun Selatan terkait dugaan pungutan liar kepada siswanya.

Namun, kata Sahri, dirinya tidak mengetahui audit tersebut apakah menyasar keuangan sekolah atau pribadi Kurniawati sebagai Kepala SMAN 9 Tambun Selatan.

"Tapi untuk audit itu benar," ucap Sahri.

Sahri menuturkan saat ini sejumlah guru SMAN 9 Tambun Selatan tengah dipanggil Kantor Cabang Dinas (KCD) Wilayah III Jawa Barat guna dimintai keterangan perihal masalah internal sekolah mereka.

Baca juga: Pungli di SMAN 9 Tambun Selatan: Orang Tua Bayar Rp 500 Ribu, Fasilitas Sekolah Tak Juga Dibangun

Pihak internal sekolah juga tengah membahas pengganti sementara posisi Kurniawati usai dinonaktifkan orang nomor satu di Jawa Barat tersebut.

"Sedang dibahas di internal," tuturnya.

Diketahui sebelumnya, ratusan pelajar kelas X dan XI atau 10 dan 11 di SMAN 9 Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi menggelar aksi damai di halaman sekolah mereka pada Selasa (3/6/2025).

Demo tersebut menuntut kepala sekolah (Kepsek) mereka bernama Kurniawati. 

Seorang pelajar kelas XI berinisial RP mengatakan aksi itu menyoroti praktik dugaan pungutan liar (pungli) berkedok sumbangan diantaranya untuk pembangunan gedung sekolah hingga pembelian alat pendingin ruangan mushala.

RP mengaku telah dimintai sejumah uang dengan maksud dari pihak sekolah guna biaya akademik dan non-akademik sejak 2023 lalu.

"Katanya untuk gedung, tai sampai sekarang masih gini-gini aja, orangyua saya sudah bayar setiap tahun Rp 500.000," kata RP, Kamis (5/6/2025).

RP menjelaskan biaya pembangunan gedung tersebut disalurkan sekali kurun waktu satu tahun dengan nominal tidak dibatasi besarannya.

Lalu untuk pengadaan alat pendingin ruangan mushala, per kelas diminta menyumbang Rp 20 ribu setiap hari.

Namun sejak penarikan permintaan itu dilakukan hingga kini, dua kegiatan tersebut justru tidak kunjung terealisasi.

“Kami juga mempertanyakan kejelasan pembangunan gedung, pelajar juga meminta kejelasan mengenai fasilitas usaha kesehatan sekolah (UKS), fasilitas UKS di sekolah tersebut hanya tersedia meja tanpa kursi dan kasur, ketersediaan obat yang sudah dua bulan belakangan ini juga tidak disuplai dari pihak sekolah,” jelasnya.

RP menuturkan para pengurus UKS terpaksa menggunakan uang pribadi untuk membeli obat jika terdapat pelajar yang memerlukan perawatan.

Mirisnya, pembelian obat dari uang saku para pelajar justru tidak diganti pihak sekolah, sehingga pelajar geram.

"Itu pakai dana uang pribadi, misalkan saya ataupun teman-teman yang lain, kalau misalkan ada uang sendiri saya, pakai uang saya dulu, tida diganti," tuturnya.

BERITA VIDEO : SOSOK KEPSEK SMAN 9 TAMSEL, KURNIAWATI, BIKIN GERAM HINGGA DICOPOT DEDI MULYADI

 
Sementara seorang pelajar kelas XI berinisial H menyampaikan massa aksi juga menyoroti dugaan pemaksaan tanda tangan kehadiran pada berbagai kegiatan internal sekolah.

"Kami mencari kejelasan tentang adanya tanda tangan itu, kami diminta tanda tangan yang kita sendiri enggak tau kejelasannya apa, begitu," ucap H, Kamis (5/6/2025).

H menyikapi dengan memberikan respon curiga terkait pemaksaan tanda tangan tersebut memiliki maksud tertentu.

Sebab kegiatan seperti buka puasa bersama, pesantren kilat, hingga perlombaan sudah dilaksanakan jauh sebelum pihak sekolah meminta tanda tangan tersebut.

Ditambah para pelajar semakin curiga karena ketika pelaksanaan kegiatan, mereka todak mendapat snack dari pihak sekolah usai meminta tanda tangan.

"Padahal kami waktu itu tidak menerima snack itu, kalau mereka minta tanda tangan untuk daftar hadir, waktu hari H kami sudah dimintai daftar hadir," ujarnya.

(Sumber : TribunBekasi.com, Rendy Rutama Putra/m37)

Baca berita TribunBekasi.com lainnya di Google News

Ikuti saluran TRIBUN BEKASI di WhatsApp

 

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved