TRIBUNBEKASI.COM, JAKARTA - Binaragawan Ade Rai membahas soal perjalanan kariernya sebelum akhirnya berlabuh di dunia angat beban.
Ternyata, sejak umur 4-5 tahun pria bernama lengkap I Gusti Agung Kusuma Yudha Rai ini sudah memulai kariernya menjadi olahragawan.
Ade Rai mengakui, bahwa saat itu ia ingin menjadi seorang atlet bulu tangkis, namun gagal mendapatkan kejuaraan.
Baca juga: Pengendara Motor Senang Satu Ruas Jalan Underpass Cibitung Mulai Diujicoba
"Jadi sebenernya jadi atlet udah dari kecil, empat atau lima tahun udah jadi olahragawan, ikut judo, karate, bulu tangkis, niatannya pengen jadi atlet bulu tangkis tapi gagal," ujar Ade Rai di akun YouTube TonightShowNet pada Minggu (5/12/2021) malam.
Sangking niatnya menjadi atlet bulu tangkis, Ade bahkan masuk di satu lembaga swasta (Djarum).
Saat kalah dalam kejuaraan Bulutangkis bak Jatuh ditimpa tangga, ia juga harus tinggal kelas saat sekolah.
Pada akhirnya Ade Rai memutuskan untuk tak melanjutkan olahraga bulu tangkis.
"Karena sudah liat sisi luang saya, jadi atlet, akhirnya ketemulah olahraga panco, gara-gara senam panco di SMA," tambah Ade Rai.
Baca juga: Rahmat Effendi Sabar Menunggu Arahan Pemerintah Pusat Terkait Vaksin Booster Bagi Warga Kota Bekasi
Saat sekolah diawali dengan main-main panco, setelahnya ia diperkenalkan dengan olahraga yang bernama angkat besi atau angkat beban saat itu.
Ketika masih bermain panco, Ade Rai sendiri mengakui bahwa dirinya masih sangat kurus tak seperti sekarang, namun karena sering berolahraga seperti bulu tangkis bahkan voli jadilah tubuhnya kuat, meskipun tak besar.
Jika berbicara komposisi tubuhnya saat ini dikarenakan latihan angkat beban, ototnya semakin lama semakin naik, dari berat sebesar 55 kilogram, terus bertambah jadi 75 kilogram dan terus naik.
Ade Rai juga membagikan moment dirinya memenangkan kejuaran pertama pada tahun 1995 di Cina di usianya 25 tahun, saat itu kejuaraan tersebut merupakan kompetisi internasional pertama di Asia.
Baca juga: Ongen Sangaji Merapat ke NasDem, Pendukungnya di Partai Hanura Ikut Migrasi
Pada awalnya, ia mulai ikut bertanding di akhir tahun 80-an lalu berlanjut di tahun 90-an sampe 2000, meskipun pada saat itu Indonesia masih tertinggal terkait teknologinya.
Meskipun menang dibanyak kejuaraan, ternyata hadiah yang ia dapatkan bukanlah uang, melainkan pujian dan penguatan hati.
Namun, ia merasa jika dulu orang-orang yang mengikuti kompetisi merupakan orang yang senang olahraga, meskipun pada akhirnya mereka tak mendapatkan juara.
"Ada kebanggaan bisa kompetisi disitu, kenal sama banyak teman, jauh lebih berharga dibandingkan uang," ucapnya.