Berita Daerah

Rencana Peninggian Tanggul di Pelabuhan Sunda Kelapa Belum Jelas, Padahal Sudah Lama Diusulkan Warga

Penulis: Desy Selviany
Editor: Dedy
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI BANJIR ROB --- Banjir rob merendam kawasan Muara Angke, RW 022 Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (17/11/2020). Pompa air dikerahkan untuk mengurangi banjir di pemukiman warga Muara Angke.

TRIBUNBEKASI.COM --- Meski sudah surut, banjir rob di wilayah Ancol masih mengintai 11 RT dari 1 RW di Ancol, Pademangan, Jakarta Utara.

Lurah Ancol Rusmin mengatakan bahwa sejak Jumat (10/12/2021) banjir rob di Ancol sudah surut.

Banjir rob itu sebelumnya sempat menggenangi 11 RT dari satu RW.

"Sudah surut dari kemarin. Sudah bisa teratasi," ujar Rusmin dihubungi Sabtu (11/12/2021).

Baca juga: Banjir Rob Kembali Meluap di Kawasan Ancol, Wagub DKI Ungkap Ada Tanggul yang Jebol

Baca juga: Tiga Dusun di Desa Sedari Karawang Terendam Banjir Rob, Ada 550 Rumah dan 1.121 Warga Terdampak

Kata Rusmin, sejak lama pihaknya sudah menyampaikan permohonan warga agar melakukan peninggian tanggul di Pelabuhan Sunda Kelapa.

Sebab, asal usul banjir rob asalnya dari kawasan tersebut.

"Saran itu sudah lama kami ajukan ke pimpinan. Komunikasi-komunikasi sudah ada tapi kami belum terima informasi rencana pembangunan," jelas Rusmin.

BERITA VIDEO : ANCOL BANJIR, KALI MELUAP, WARUNG TERENDAM

Kata Rusmin, peninggian tanggul Pelabuhan Sunda Kelapa itu masih dalam tahap pembicaraan antara Pemprov DKI Jakarta dan PT Pelindo sebagai pengelola pelabuhan.

"Jadi kalau teknis lanjut ke Pemprov ya kalau saya sudah lakukan pengajuan yang datang dari warga," jelasnya.

Sesalkan perhatian pusat dan provinsi

Banjir rob kembali melanda permukiman warga pesisir pantai utara Kabupaten Bekasi, tepatnya warga di Kampung Muarajaya, Desa Pantai Mekar, Kecamatan Muara Gembong.

Banjir rob yang merambah permukiman warga sejak Kamis (2/12/2021) lalu, bahkan hingga kini belun surut hingga menyulitkan warga sekitar.

Camat Muaragembong, Lukman Hakim mengatakan, dari enam desa di Muaragembong, lima di antaranya mengalami banjir rob. 

Kelima desa itu yakni Pantai Mekar, Pantai Sederhana, Pantai Bahagia, Pantai Harapan Jaya dan Pantai Bakti.

Sedangkan satu desa yang tidak terendam yakni Jayasakti, lantaran tidak berada di pesisir pantai.

Lukman mengatakan, pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi banjir rob.

Namun, seharusnya banjir rob ini ditangani secara menyeluruh karena sudah terjadi berulang kali setiap tahun.

Kewenangan penanganan pesisir pantai ini berada di tingkat provinsi dan pusat.

"Kami berharap ada penanganan serius karena yang menjadi korban ini masyarakat kami. Kami setiap tahun terus berkomunikasi dengan provinsi dan pusat namun tidak ada tindakan nyata. Kalau survei mah sering,” kata Lukman saat dikonfirmasi, Selasa (7/12/2021).

Lukman menyayangkan, penanganan yang dilakukan saat ini baru sebatas tanggap darurat semata.

Padahal setiap tahun banjir rob terus meluas karena terjadi abrasi hampir di seluruh pesisir pantai. 

"Maka perlu penanganan serius. Saat ini yang ditangani baru tanggul-tanggul sungai yang jebol tapi itu juga baru tanggap darurat. Kami mohon banjir rob ini diselesaikan juga karena kasihan warga," ucapnya.

Warga tak bisa tidur khawatir air makin naik

Ratusan rumah warga di Kecamatan Muaragembong, Kabupaten Bekasi, kembali diterjang banjir rob untuk kesekian kalinya sejak Kamis (2/12/2021) lalu.

Banjir rob masuk hingga ke dalam rumah warga.

Bahkan, di beberapa titik, ketinggian air mencapai lutut orang dewasa.

Akibatnya aktivitas warga terganggu.

Genangan di Jalan Inspeksi Kalimalang, Desa Cibatu, Kecamatan Cikarang Selatan, terjadi sejak Senin (6/12/2021) malam kemarin. (TribunBekasi.com/Rangga Baskoro)


Dalih (37) warga Kampung Muarajaya, Desa Pantai Mekar mengatakan hingga kini banjir belum juga surut sehingga menyebabkan warga kesulitan untuk tidur karena khawatir banjir makin tinggi.

"Ya Allah, bang banjir dari Kamis ora surut, entar surut entar tinggi. Kemaren tinggi banget pas hari Sabtu sampe sepaha bang. Untung barang-barang udah saya naekin. Ini mau tidur ge susah banget. Mana anak rewel. Tolongin apa bang biar dibenerin, bupati kita ora ada pisan ini," ujar Dalih saat dikonfirmasi, Selasa (7/12/2021).

Bersama suami dan anak-anaknya, Dalih hanya bisa bertahan di rumahnya yang terendam itu.

Anak-anaknya yang masih balita kerap menangis karena tidak nyaman dengan kondisi rumah yang terendam.

Sedangkan sang suami tidak bisa bekerja karena akses jalan terputus.

Di sisi lain, sang suami memilih di rumah karena khawatir air makin tinggi. 

"Kalau air tinggi gimana. Kalau mau ngungsi juga ngungsi ke mana, orang semua banjir. Belum lagi kalau rumah ditinggalin kagak aman, suka ada aja yang ilang pas lagi banjir gini. Serba salah," ucapnya

Muarajaya menjadi salah satu daerah yang kerap dilanda banjir rob paling parah.

Hal itu disebabkan karena kampung tersebut menjadi daratan paling utara di antaranya batas pantai lainnya.

Lokasinya pun paling dekat dengan Jakarta Utara.

Berdasarkan pantauan di lapangan, ketinggian banjir rob di Muarajaya bervariasi, mulai dari di atas mata kaki hingga selutut orang dewasa.

Menurut sejumlah warga, banjir mulai terjadi sejak pekan lalu.

Ketika itu angin bertiup lebih kencang dari biasanya hingga membuat air laut menggenangi rumah warga.

Sejak pertama merendam, banjir rob ini tidak pernah benar-benar surut.

Permukaan air biasanya naik pada pagi hari, kemudian makin tinggi menjelang siang. Setelah itu, air sempat surut tapi kemudian naik kembali.

(Sumber : Wartakotalive.com/Desy Selviany/Des/TribunBekasi.com/Rangga Baskoro/Abs)