Berikut Ini Pentingnya Membangun Aura Positif di Dunia Digital

Editor: Panji Baskhara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dalam Webinar Ngobrol Bareng Legislator (NGOBRAS), bahas pentingnya memunculkan aura positif dalam penggunaan media sosial (Medsos) di dunia digital.

TRIBUNBEKASI.COM - Kemajuan zaman dan teknologi terbilang pesat saat ini tanpa disadari telah mengubah pola kebiasaan lama.

Contohnya cara berinteraksi, cara menjual barang/jasa, atau bahkan cara mendapatkan uang yang dulunya Anda harus ke kantor dari pagi hingga sore hari.

Memang dunia maya kini telah mengubah segalanya lebih mudah, apalagi dengan mewabahnya aplikasi Facebook, Instagram, Twitter, Pinterest, Linkedin, dan lain sebagainya.

Ya, sudah tidak asing lagi tentunya, hal ini menyebabkan banyak perubahan luar biasa terjadi di sekitar Anda.

Dimana yang tadinya interaksi dilakukan secara langsung dan mungkin cenderung terbatas di lingkungan sekitar, sekarang jangkauannya jauh bisa lebih luas dengan bantuan media sosial (Medsos).

Ternyata, manfaat medsos pun ternyata saat ini dipergunakan juga oleh para perusahaan untuk ketahui karakter calon pekerja yang akan di terimanya.

Saat ini, para ahli atau profesional ada juga yang menunjukkan keterampilan mereka di medsos seperti pengusaha, pebisnis, dokter, psikolog dan berbagai bidang lainnya.

Mereka tidak segan untuk membagikan ilmu dan pengalaman yang mereka miliki ke khalayak luas.

Kira-kira, kenapa mereka melakukan hal tersebut?

Jawabannya, kemungkinan besar mereka melakukannya karena mereka ingin membangun personal branding yang mereka miliki.

Dalam Webinar Ngobrol Bareng Legislator (NGOBRAS), Anggota Komisi 1 DPR RI, R Imran Amin menanggapi hal itu.

"Etika: adalah sebuah aturan yang tidak tertulis namun lebih mengedepankan nilai-nilai kesopanan sesuai dengan aturan yang berlaku menurut budaya."

"Hal ini memang sulit diterapkan di dunia maya karena tidak kita ketahui dari mana saja orang-orang itu di dalam obrolan di kolom chat sebuah konten misalnya." paparnya, Jumat (15/4/2022).

"Tapi perlu diingat, bahwa kita adalah bangsa Indonesia yang terkenal akan keramah-tamahannya, jadi tidak ada salahnya untuk terus berbicara dan berkomentar yang baik-baik saja, boleh kritis tapi ada etikanya." katanya lagi.

Menurutnya, pemerintah saat ini bukan hanya sebagai regulator atau pembuat kebijakan saja.

Halaman
12