Ajudan Polwan Bunuh Diri

5 Kejanggalan pada Kematian Brigadir Ridhal Ali di Jaksel, Kunjungi Kerabat atau Jadi Ajudan Polwan

Penulis:
Editor: Ign Prayoga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Brigadir Ridhal Ali Tomi semasa hidup (kiri). Novita Husain, istri Ridhal Ali (kanan).

TRIBUNBEKASI.COM, BEKASI - Jenazah Brigadir Ridhal Ali Tomi, anggota Polresta Manado, dimakamkan di Minahasa, Sulawesi, Utara, Minggu (28/4/2024) siang.

Pemakaman jenazah ayah tiga anak ini diiringi derai air mata Novita Husain, pasangan hidupnya.

Brigadir Ridhal Ali Tomi tewas karena luka tembak. Diduga dia bunuh diri.

Peristiwa ini terjadi halaman rumah no 20 di Jalan Mampang Prapatan IV, Jakarta Selatan, Kamis (25/4/2024) sore.

Belum diketahui motif anggota Satuan Lalu Lintas (Satlantas) ini mengakhiri hidup.

Namun Novita Husain menyatakan, suaminya pernah curhat. Ridhal Ali belakangan merasa tidak nyaman di tempat kerjanya yang sekarang.

Namun, Kapolres Jakarta Selatan menyatakan Ridhal Ali berada di Jakarta bukan dalam rangka tugas.  Ridhal terbang dari Manado ke Jakarta karena sedang cuti dan ada urusan keluarga.

Untuk mengetahui apakah polisi mengarang cerita untuk menutupi fakta-fakta di balik kematian Ridhal Ali, berikut ini kejanggalan-kejanggalan pada kasus polisi bunuh diri di Mampang Prapatan.

1. Ajudan Polwan

Sepanjang kariernya sebagai polisi, Brigadir Ridhal Ali Tomi bertugas di wilayah Sulawesi Utara. Terakhir, Ridhal Ali tercatat sebagai anggota Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polresta Manado.

Wilayah tugas Ridhal Ali pun sebatas wilayah hukum Polresta Manado.

Namun, kurang lebih dua tahun lalu, Ridhal diajak ke Jakarta oleh atasannya dan dijadikan ajudan.

Novita Husain, istri Ridhal Ali menyatakan, suaminya pindah ke Jakarta sejak tahun 2022.

Atasan Ridhal adalah seorang polwan. Dia diperkirakan merupakan perwira menengah atau bahkan perwira tinggi Polri sehingga bisa menunjuk seorang bintara jadi ajudannya.

"Ke Jakarta katanya menjadi ajudan. Saya tahu bosnya itu polwan, yang bawa dia ke Jakarta," kata Novita kepada TribunManado.co.id, Jumat (26/4/2024).

Novita tidak tahu persis beban kerja Ridhal di Jakarta. Namun yang pasti, sudah dua purnama Ridhal tidak bertemu keluarga. Bahkan di hari raya Idul Fitri pada bulan Maret lalu, Ridhal tidak pulang ke Manado.

Kapolres Jakarta Selatan Kombes Ade Rahmat Idnal tak menyinggung atasan Ridhal di Jakarta.

Menurutnya, Ridhal di Jakarta hanya untuk sementara waktu karena sedang cuti dalam rangka mengunjungi kerabat.

Ade Rahmat terkesan menyamarkan fakta seberapa lama Ridhal di Jakarta. 

"Sedang izin cuti untuk berkunjung ke rumah kerabat," kata Ade Rahmat.

Pernyataan Ade Rahmat tak selaras penjelasan Novita Husein.

Selain terdengar konyol, pernyataan Ade menimbulkan tanda tanya besar, mungkinkan seorang anggota Polri cuti selama dua bulan berturut-turut.

2. Tidak Nyaman

Novita Husain menegaskan, suaminya pindah ke Jakarta karena jadi ajudan polwan yang memiliki jabatan cukup tinggi.

Di lingkungan Polri, tak semua perwira memiliki ajudan atau ADC. Ajudan biasanya melekat pada perwira menengah ke atas yang memiliki jabatan tinggi.

"Bosnya itu polwan, yang bawa dia ke Jakarta, cuma saya tidak mau menyebutkan namanya mohon maaf," tutur Novita Husain.

Polwan ini pula yang menelepon Novita Husain dan mengabarkan insiden yang menewaskan Ridhal Ali, Kamis (25/4/2024).

Pada masa-masa awal bertugas di Jakarta, Ridhal Ali tak menemui kendala. Namun belakangan Ridhal Ali merasa tidak nyaman.

Ketika berkesempatan menelepon sang istri, Ridhal curhat tentang pekerjaannya.

"Lewat telepon almarhum bilang sudah tidak nyaman lagi kerja di situ, saya juga tidak tahu maksudnya apa," katanya.

Novita sangsi dengan informasi mengenai suaminya bunuh diri.

Sebagai istri, Novita sangat paham tabiat suaminya. Menurutnya, tak mungkin Ridhal berbuat nekat seperti itu.

Novita menyatakan Ridhal sangat menyayangi anak-anaknya.

3. Status Tidak Jelas

Setelah kejadian yang menewaskan Ridhal, polisi terkesan gagap mengenai status Ridhal.

Benarkah Ridhal adalah anggota Polresta Manado yang secara resmi mendapat penugasan ke Jakarta?

Polresta Manado tak memberi penjelasan gamblang tentang kegiatan Ridhal Ali. Alasannya, Ridhal Ali Tomi tak memberi penjelasan lengkap ketika minta izin pergi ke Jakarta.

Kasi Humas Polresta Manado Ipda Agus Haryono mengatakan, Brigadir Ridhal hanya memberi penjelasan singkat bahwa dia hendak mengunjungi kerabatnya di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.

"Tidak ada penjelasan lain. Dia mengajukan izin ke rumah kerabat, itu sepengetahuan kita," kata Agus dikutip dari TribunManado.co.id, Minggu (28/4/2024).

Pernyataan Ipda Agus Haryono ini menimbulkan tanda tanya besar, benarkah Brigadir Ridhal Ali segampang itu mendapat izin untuk pergi ke Jakarta?

Ataukah Ridhal berada di Jakarta karena kemauan seorang pejabat Polri hingga mengabaikan urusan administrasi penugasan bawah kendali operasi (BKO) dari Manado ke Jakarta. 

Polisi juga terkesan membahas kepergian Ridhal Ali ke Jakarta pada Maret 2024.

Padahal, Novita Husain secara tegas mengatakan suaminya bertugas di Jakarta sejak tahun 2022. Novita tak menjelaskan apakah hal ini penugasan resmi atau tidak resmi.

Sejak bertugas di Jakarta, Ridhal pulang ke Manado per tiga bulan.

Dia terakhir bertemu keluarganya sebelum bulan Puasa 2024. 

Setelah beberapa hari di rumah, Ridhal pamit untuk berangkat ke Jakarta.

"Pergi ke Jakarta bulan Maret sebelum puasa dan dia tidak pulang saat Lebaran," kata Novita.

Keluarga sempat meminta Brigadir Ridhal pulang saat Lebaran. Namun ayah tiga anak ini tidak bisa memenuhi keinginan keluarganya karena masih ada tugas.

"Saya sempat minta pulang ke Manado, cuma katanya masih ada tugas jadi belum bisa pulang," ungkap Novita.

Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) menangkap sinyal ketidakberesan pada penugasan Ridhal Ali.

Komisioner Kompolnas Poengky Indarti mengatakan, pihaknya akan meminta penjelasan terkait status Brigadir RAT, apakah sedang cuti atau diperbantukan ke wilayah Jakarta.

"Kompolnas akan melakukan klarifikasi ke Polda Sulawesi Utara, apakah Brigadir RAT ke Jakarta dalam rangka cuti ataukah di BKO-kan," kata Poengky kepada Tribunnews.com, Minggu (28/4/2024).

Poengky pun bertanya-tanya, jika memang di-BKO-kan, mengapa tugas tersebut diberikan kepada Brigadir RAT yang anggota Satuan Lalu Lintas Polresta Manado.

"Kalau almarhum BKO, mengapa harus diambil dari Sulut dan dalam penugasan apa?" ucap Poengky.

4. Ketua Gibran Center

Brigadir Ridhal Ali tewas di dalam mobil Toyota Alphard di halaman rumah no 20 di Jalan Mampang Prapatan IV, Kelurahan Tegal Parang, Kecamatan Mampang Prapatan, Jaksel.

Sejumlah warga menyebut, rumah tersebut merupakan kediaman politisi Partai Golkar Fahmi Idris yang telah berpulang di tahun 2022.

Sebagai catatan, Fahmi Idris pernah menjabat sebagai Menteri Perindustrian di Kabinet Indonesia Bersatu

Namun, ada kabar yang menyatakan, dalam beberapa tahun terakhir, rumah tersebut tidak dihuni keluarga Fahmi Idris. Rumah tersebut disewakan kepada seorang pengusaha.

Indra Pratama, yang mengaku sebagai pengusaha dan pemilik rumah nomor 20 di Jalan Mampang Prapatan IV, Jakarta Selatan. Rumah nomor 20 di Jalan Mampang Prapatan IV merupakan tempat kejadian perkara (TKP) polisi bunuh diri. (Tribunnews.com/Abdi Ryanda Shakti)

Saat berbagai informasi berseliweran, muncul Indra Pratama yang mengaku sebagai pemilik rumah no 20. Indra Pratama mengaku sebagai pengusaha dan kenal Brigadir Ridhal Ali.

Informasi lain menyatakan, Indra Pratama adalah pengusaha batu bara dan termasuk tim sukses capres-cawapres Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Pada tim pemenangan capres ini, Indra Pratama menjabat sebagai Ketua Gibran Center Jawa Timur.

Kepada wartawan, Indra menyatakan bahwa Brigadir Ridhal memang sempat berkunjung dan tinggal di rumahnya tersebut selama sepekan.

Menurutnya, Ridhal datang untuk bersilaturahmi.

Indra mengaku kenal dan berteman baik dengan Ridhal Ali.

"Kerabat, juga bisa dibilang teman, (dia) suka datang ke rumah," ungkapnya.

5. Misteri Alphard Hitam

Brigadir Ridhal Ali tewas di dalam mobil Toyota Alphard warna hitam di halaman rumah Indra Pratama.

Pergerakan mobil tersebut terekam kamera CCTV.

Mobil mewah ini menggunakan pelat nomor pimpinan/anggota DPR. Namun hal ini ditepis oleh DPR.

Warga sekitar berlari usai melihat di dalam mobil Toyota Alphard ada anggota Satlantas Polresta Manado, Sulawesi Utara, diketahui bernama Brigadir Ridhal Ali Tomi (RAT) bunuh diri.   (Istimewa)

 

Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) memastikan bahwa pelat nomor di mobil Toyota Alphard itu adalah pelat nomor adalah palsu.

Ketua MKD, Nazaruddin Dek Gam menyatakan mobil yang digunakan Brigadir Ridhal Ali bukan mobil anggota DPR meski terpasang pelat dinas DPR.

"Itu bukan mobil DPR, itu pelat palsu. Di DPR tidak ada nomor seperti itu," kata Nazzarudin ketika dikonfirmasi, Minggu (28/4/2024).

Nazaruddin mengatakan pelat nomor mobil dinas DPR tidak ada yang menggunakan angka 25.

Menurut dia, pelat nomor dinas DPR sesuai nomor urut pimpinan dan anggota DPR. "Nomor 25 itu tidak ada. Pimpinan tidak sampai 25 orang," ucapnya.

Nazaruddin berniat menindaklanjuti persoalan pelat nomor palsu itu kepada pihak berwajib.

"Jadi jelas itu palsu, dan kami akan segera melaporkan ke kepolisian terhadap pemalsuan tersebut," katanya.

Sejauh ini, polisi belum menjelaskan siapa pemilik mobil Alphard warna hitam tersebut.

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com