TRIBUNBEKASI.COM, BOGOR --- Anak-anak Cut Intan Nabila, wanita korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) oleh suaminya, Armor Toreador, kini menjadi takut bertemu laki-laki.
Kapolres Bogor AKBP Rio Wahyu Anggoro, mengatakan, pihaknya sempat kesulitan saat hendak masuk ke dalam rumah Cut Intan Nabila yang menjadi lokasi tempat kejadian perkara (TKP) KDRT yang dilakukan Armor Toreador.
Hal itu disebabkan anak pertama dan kedua Cut Intan Nabila takut bertemu dengan laki-laki lantaran mengalami trauma mendalam akibat KDRT yang dilakukan Armor Toreadore.
"Perlu kami jelaskan bahwa kemarin anggota kami sudah 13.30 WIB sampai di TKP, namun kami baru bisa masuk pada pukul 14.00 WIB karena kami menunggu penyidik polwan," kata Rio dalam konferensi pers di Polres Bogor, Rabu.
BERITA VIDEO : KELUARGA ARMOR TOREADOR MINTA MAAF KE NETIZEN
"Bahwa kami menjaga traumatik dari anak-anak korban karena informasi yang kami dapat dari luar sekitar dengan ART bahwa anak-anak korban sangat takut ketemu sama laki-laki," sambungnya.
Diberi pendampingan psikologis Ratih mengatakan, KemenPPPA akan memberikaan pendampingan psikologis terhadap Cut Intan Nabila beserta ketiga anaknya.
“Kami bekerja sama dengan Dinas PPPA Kabupaten Bogor akan melakukan pendampingan psikologis dan ketika dibutuhkan terkait dengan psikiater. Tadi saya dapat informasi juga dari Dinas PPPA bahwa psikiater juga sudah tersedia. Psikologis klinis tersedia di sini, tentunya kami akan tindak lanjuti sesuai dengan hasil assesments,” ujar Ratih.
Baca juga: Pengakuan Armor Toreador ke Polisi: Sejak Menikah Sudah Lima Kali Aniaya Istrinya, Cut Intan Nabila
Pendampingan paikologis yang diberikan akan disesuaikan dengan hasil asessment. Jika diperlukan lebih dari satu tenaga pendamping, KemenPPPA akan menambah jumlah personel yang terlibat dalam mendampingi korban dan keluarganya.
“Untuk pendampingan tergantung asessment, kalau memang dibutuhkan lebih dari satu orang, Kemenppa akan memberikan lebih dari satu orang,” ujarnya.
Selebgram Cut Intan Nabila mengalami trauma mendalam usai menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dilakukan sang suami, Armor Toreador.
Bahkan, trauma mendalam juga dialami oleh anak pertama dan kedua Cut Intan Nabila, yakni AAA (4) dan ZZZ (3).
Masih trauma Asisten Deputi Pelayanan Perempuan Korban Kekerasan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Ratih Rachmawati mengatakan, saat ini Cut Intan Nabila masih trauma dan memerlukan pemulihan.
Ratih mengatakan, trauma yang masih dialami Cut Intan Nabila membuatnya tak bisa memberikan informasi secara detail mengenai kasus KDRT yang dilakukan Armor terhadapnya.
Menurut Ratih, korban butuh waktu untuk menenangkan diri sehingga nantinya ia bisa memberikan keterangan.
"Kami masih belum bisa mendapatkan informasi secara detail dari korban karena korban butuh menenangkan diri,” kata Ratih.
BERITA VIDEO : GARA-GARA INI ARMOR TOREADOR JADI BERINGAS, ANIAYA CUT INTAN NABILA
Akan diberi pendampingan
Sementara itu, Asisten Deputi Pelayanan Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus KemenPPPA, Atwirlany Ritonga mengungkapkan, ketiga anak Cut Intan Nabila akan diberi pendampingan dari segi fisik maupun psikologis.
Hal itu dilakukan untuk memastikan tumbuh kembang mereka tetap terjaga meski mengalami peristiwa traumatis.
"Ketiga anak ini hari ini (Rabu, 14 Agustus 2024) dijadwalkan untuk dibawa ke rumah keluarga korban. Kami berharap proses ini berjalan lancar. Akan ada mobilisasi kondisi fisik dan psikis mereka, serta pemetaan lingkungan keluarga dan sosial yang akan memengaruhi tumbuh kembang mereka," kata Atwirlany.
Atwirlany menegaskan, kolaborasi dengan psikolog di Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Kabupaten Bogor sangat penting guna melakukan assessment yang mendalam terhadap kondisi anak-anak Cut Intan Nabila. Hasil dari assessment ini nantinya akan menjadi dasar dalam memberikan intervensi yang tepat dan mendukung proses hukum yang sedang berlangsung.
"Nanti akan dilakukan asessment oleh tenaga profesional, psikolog klinis dan psikolog forensik untuk melihat apakah tingkat traumatiknya ditingkat risiko yang tinggi atau sedang," jelas Atwirlany.
Terkait anak ketiga Cut Intan Nabila yang masih bayi dan sempat menjadi korban kekerasan Armor, Atwirlany menyatakan pihaknya memerlukan dukungan untuk melakukan visum guna memastikan kondisi kesehatan bayi tersebut. Namun, hingga kini visum belum dilakukan karena kondisi fisik Cut Intan Nabila yang kelelahan.
Meski demikian, pihak KemenPPPA akan terus menawarkan perawatan kesehatan untuk memastikan tidak ada indikasi luka dalam ataupun gangguan psikologis pada bayi tersebut.
“Mungkin kondisi ibu sudah sangat lelah mungkin kurang berkenan untuk melakukan visum.
Namun, kami akan tawarkan untuk perawatan kesehatan dan lainnya untuk melihat apakah ada indikasi terjadinya luka dalam atau kondisi psikis yang mengganggu bayi tersebut,” tutur Atwirlany.
Polri beri trauma healing Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) memberikan pemulihan trauma (trauma healing) terhadap Cut Intan Nabila beserta anak-anaknya.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo penmas) Divisi Humas Polri Brigjen Pol Trunoyudo Wisnu Andiko menilai, kasus yang dialami Cut Intan Nabila dan anak-anaknya dapat menimbulkan trauma berkepanjangan.
"Tentunya dari kami Polri akan memberikan dukungan moral dan pendampingan kesehatan jiwa kepada korban dan anak-anaknya melalui trauma healing," kata Trunoyudo dalam keterangan tertulis, Rabu.
Perlu upaya pemulihan fisik dan psikis Psikolog keluarga, Novita Tandry mengatakan, Cut Intan Nabila dan anak-anaknya sangat perlu mendapatkan pemulihan fisik dan psikis usai menjadi korban KDRT.
"Semuanya menjadi prioritas (mendapatkan pemulihan fisik dan psikis) baik ibunya, dalam hal ini Cut Intan maupun ketiga anak-anaknya," kata Novita dalam program Kompas Petang, dikutip dari YouTube Kompas TV, Rabu.
Novita menyampaikan, anak pertama dan kedua Cut Intan Nabila yang kini telah berusia 4 dan 3 tahun sudah bisa merekam tindakan kekerasan dengan panca indra mereka. Karena itu, kedua anak tersebut perlu mendapatkan pendampingan dari psikolog anak yang tepat.
"(Pendampingan dari psikolog anak) bukan jangka pendek, tapi jangka yang panjang. Supaya traumatik ini tidak terbawa sampai mereka dewasa," jelas Novita. "Karena anak-anak yang menyaksikan kekerasan (akan) terekam di dalam otak mereka, di mana pertumbuhan otak yang paling pesat itu 80 persen di bawah usia 5 tahun. Nah, kalau (kekerasan) ini terekam, anak-anak juga akan mencontoh bahwa segala solusi daripada sesuatu yang tidak disukai adalah dengan kekerasan," imbuhnya.
(Penulis: Ruby Rachmadina, Ady Prawira Riandi, Rahel Narda Chaterine | Editor: Akhdi Martin Pratama, Tri Susanto Setiawan Ihsanuddin)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Trauma Mendalam Cut Intan Nabila dan Anak-anaknya Usai Jadi Korban KDRT Armor Toreador...", Klik untuk baca: ?page=all#page4.