Guru Besar Unair Tegaskan Susu Ikan Tak Bisa Gantikan Susu Sapi, Kandungan Nutrisinya Berbeda

Editor: Ign Prayoga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Susu ikan menjadi alternatif atau pengganti susu sapi di program makan bergizi gratis di era pemerintahan Prabowo-Gibran.

TRIBUNBEKASI.COM, JAKARTA - Narasi susu ikan masuk dalam daftar menu makan siang di sekolah, mencuat dalam beberapa bulan terakhir.

Istilah susu ikan ini cukup membingungkan karena ikan tidak termasuk binatang menyusui.

Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) Prof Dr Ir Annis Catur Adi MSi, menilai  istilah ‘susu ikan’ tidaklah tepat. 

Susu ikan adalah produk olahan dari berbagai jenis ikan. 

Produk yang dihasilan melalui proses hidrolisis protein dari berbagai jenis ikan ini mengandung protein, asam lemak omega-3, selenium, dan vitamin D, yang sangat bermanfaat untuk pertumbuhan, perbaikan sel, serta kesehatan tulang dan otak.

Sekalipun bisa menjadi sumber protein tinggi dan menjadi alternatif bagi individu, susu ikan sebaiknya dianggap sebagai pelengkap, bukan pengganti susu sapi.

Dalam perbandingan antara susu ikan analog dan susu sapi, Prof Annis menjelaskan profil nutrisi keduanya sangat berbeda. 

Susu sapi kaya akan kalsium, vitamin D, protein, dan karbohidrat, terutama laktosa, yang merupakan komponen penting bagi kesehatan tulang. 

"Sementara itu, susu ikan analog lebih fokus pada asupan protein dan omega-3, yang baik untuk otak dan kesehatan jantung,” ungkapnya.

Ia menekankan, ada potensi risiko alergi pada susu ikan, terutama bagi anak-anak atau individu dengan sensitivitas tinggi terhadap histamin.

"Oleh karena itu, konsumsi susu ikan analog harus dilakukan dengan hati-hati, terutama pada kelompok rentan,” kata dia.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com