Kasus Malapraktik

Kasus Dugaan Malapraktik di Karawang, Tim Ahli Bedah Turun Tangan Usut Operasi Mursiti

Dinkes Karawang turunkan tim ahli bedah untuk menginvestigasi dugaan malpraktik terhadap pasien Mursiti di RS Hastien Rengasdengklok.

Penulis: Muhammad Azzam | Editor: Mohamad Yusuf
Dokumentasi//TribunBekasi
SIDAK RUMAH SAKIT --- Jajaran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Karawang telah melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Rumah Sakit Hastien, Rengasdengklok pada Kamis (16/10/2025). (Dokumentasi/ Tribun Bekasi). 

TRIBUNBEKASI.COM, BEKASI - Langit Rengasdengklok masih redup ketika sejumlah petugas Dinas Kesehatan Karawang memasuki area Rumah Sakit Hastien pada Jumat pagi.

Suasana di depan ruang administrasi rumah sakit itu terasa tegang. Di balik pintu ruang rapat, tim ahli bedah dan pejabat Dinkes tengah membahas sebuah kasus yang mengguncang publik.

Kasus itu berawal dari meninggalnya Mursiti, warga Pebayuran Bekasi, yang diduga menjadi korban kelalaian medis setelah menjalani operasi.

Video jasadnya yang memperlihatkan luka terbuka di perut bagian bawah menyebar cepat di media sosial dan menimbulkan kegemparan.

Baca juga: Ahli Gizi Soroti Program MBG Prabowo, Usul Pakai Pola SPPG Polri

Baca juga: Dua Wanita Tergoda Upah Rp 16 Juta, Selundupkan 172 Ribu Benih Lobster di Bandara Soetta

Baca juga: Perputaran Uang Program MBG di Kabupaten Bogor Capai Rp 12 Triliun, Bisa Serap 28.500 Tenaga Kerja

Kepala Dinas Kesehatan Karawang dr. Endang Suryadi memastikan pihaknya telah mengerahkan tim ahli bedah untuk melakukan investigasi lanjutan di RS Hastien.

“Kami berdiskusi dengan tim kabupaten, baik dari Dinkes maupun Perhimpunan Ahli Bedah Indonesia Kabupaten Karawang. Setelah menelaah hasil audit internal RS Hastien, kami memutuskan untuk melakukan investigasi lanjutan hari ini,” ujar Endang, Jumat 17 Oktober 2025.

Audit internal rumah sakit menunjukkan tindakan medis masih berada dalam batas prosedural. Namun tim menemukan sejumlah catatan penting yang tidak bisa diabaikan.

“Hasil audit awal itu mengenai prosedural, diagnosanya bagaimana, prosedurnya bagaimana, apa yang dilakukan ada beberapa sampai lima item, tetapi tetap ada beberapa catatan yang perlu kami dalami lebih lanjut,” jelas Endang.

Salah satu perhatian utama Dinkes Karawang adalah aspek edukasi pasca operasi yang dianggap krusial dalam kasus ini.

“Edukasi kepada pasien atau keluarga pasien setelah operasi itu penting agar pasien tahu kapan harus kontrol, bagaimana minum obat, dan apa yang harus dilakukan jika muncul keluhan,” ujarnya.

Endang menambahkan rumah sakit semestinya memiliki dokumentasi edukasi pasien, baik dalam bentuk catatan tertulis maupun video. Edukasi idealnya diberikan dengan disaksikan dua orang sebagai saksi agar tidak terjadi kesalahpahaman.

Mursiti yang berusia 62 tahun adalah warga Kampung Pamahan, Desa Sumberurip, Pebayuran, Bekasi. Ia dibawa keluarga ke RS Hastien pada Senin 6 Oktober setelah mengeluh bisul pada bagian pantat.

Keesokan harinya, Selasa 7 Oktober pukul 09.00 WIB, ia menjalani operasi. Rabu 8 Oktober, ia dipulangkan dari rumah sakit. Namun kondisinya terus memburuk hingga meninggal dunia di rumah pada Sabtu dini hari 11 Oktober.

“Kami kaget karena waktu mengganti pampers, ternyata luka di bawah perut terbuka dan berisi kasa. Tidak dijahit, hanya disumpal kapas. Dokter tidak pernah menjelaskan soal itu,” kata adik korban, Acih Sukarsih, Minggu 12 Oktober 2025.

Jasad almarhumah dimakamkan pada Sabtu siang di pemakaman keluarga tak jauh dari rumah duka.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved