Berita Nasional
Program Percepatan Penurunan Prevalensi Stunting, Wapres Maruf Amin: Alhamdulillah Sudah Cukup Baik
Wakil Presiden Maruf Amin sebut pemerintah terus melakukan upaya percepatan penurunan prevalansi stunting di Indonesia.
Penulis: Panji Baskhara | Editor: Panji Baskhara
“Di tahun 2030 mendatang, Indonesia akan memasuki fase bonus demografi. Potensi tersebut akan menjadi sia-sia apabila sumber daya manusia mengalami stunting.”

Demikian dikatakan Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) Wiryanta dalam forum “Kepoin Genbest” Trenggalek yang diselenggarakan pada Selasa (6/7/2021) secara virtual.
Angka prevalensi stunting di Indonesia berdasarkan hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia pada tahun 2019 sebesar 27,67 persen.
Angka itu masih tinggi dibandingkan dengan ambang batas yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni 20 persen.
Prevalensi adalah jumlah kasus suatu penyakit dalam suatu populasi pada suatu waktu, sebagai proporsi dari jumlah total orang dalam populasi itu. Prevalensi sering ditulis dalam persentase.
Presiden Joko Widodo telah menetapkan target pada tahun 2024 agar angka prevalensi stunting di Indonesia bisa turun menjadi 14 persen.
Oleh karena itu, menurut Wiryanta, untuk mencapai target tersebut Kemkominfo menyelenggarakan “Kepoin Genbest” di berbagai daerah prioritas stunting, salah satunya di Trenggalek, Jawa Timur.
Kepoin Genbest menyasar para remaja dan ibu muda agar dapat memahami dan peduli terhadap isu stunting sejak dini.
“Para remaja ini nantinya menjadi calon orang tua di masa depan. Jika kesehatan dan gizi mereka tidak dijaga sejak sekarang, maka akan berdampak buruk di masa mendatang,” ujar Wiryanta.
Pelaksana tugas Deputi Bidang ADPIN Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr Ir Dwi Listyawardani MSc DipCom yang hadir sebagai narasumber di “Kepoin Genbest” Trenggalek pun mengimbau agar remaja putri dan ibu muda mulai memperhatikan gaya hidup sejak dini.
Gaya hidup yang tidak sehat menurutnya sangat memengaruhi kondisi tubuh dan memicu terjadinya stunting bagi anak.
“Perhatikan gaya hidup mulai sekarang. Kalau masih muda, susah konsentrasi, mudah pegal-pegal, itu berarti gaya hidupnya yang salah."
"Penyebabnya bisa dari segi makanan, aktivitas, merokok, malas berolahraga, atau dari segi kebersihan dan sanitasi,“ ujar Dwi.
Dwi menyarankan agar remaja putri dan ibu muda mulai biasakan diri minimal 30 menit, lima kali dalam seminggu melakukan olahraga ringan seperti aerobik dan jogging untuk menunjang gaya hidup sehat, terutama di masa pandemi Covid-19.