Berita Nasional
Program Percepatan Penurunan Prevalensi Stunting, Wapres Maruf Amin: Alhamdulillah Sudah Cukup Baik
Wakil Presiden Maruf Amin sebut pemerintah terus melakukan upaya percepatan penurunan prevalansi stunting di Indonesia.
Penulis: Panji Baskhara | Editor: Panji Baskhara
TRIBUNBEKASI.COM, BEKASI - Hingga kini, pemerintah terus melakukan upaya percepatan penurunan prevalansi stunting di Indonesia.
Upaya percepatan penurunan stunting ini dilakukan secara multi sektor, sesuai dengan tupoksi instansi terkait.
Hal ini dijelaskan Wakil Presiden (Wapres) Maruf Amin melalui akun Instagramnnya resminya di @kyai_marufamin, Selasa (24/8/2021).
Menurut Maruf Amin, sejumlah program percepatan penurunan stunting di Indonesia dilakukan melalui berbagai mekanisme.
Baca juga: Resmi Lulus Kuliah, Prilly Latuconsina Ngaku Belum Terpikir untuk Segera Menikah
Baca juga: RAMALAN ZODIAK Rabu 25 Agustus 2021: Aries Saatnya Bertindak Wujudkan Impian, Libra Jangan Stres
Baca juga: Wawancara Eksklusif Pj Bupati Bekasi, Dani Ramdan: Tekan Kasus Covid-19, dari 300 Jadi 50 per Hari
"Upaya percepatan penurunan prevalensi stunting di Indonesia telah dilakukan secara multi sektor, sesuai dengan tupoksinya masing-masing. Program-program tersebut dilaksanakan melalui berbagai mekanisme.
Konvergensi berbagai program yang terkait dengan penurunan stunting menjadi kata kunci untuk memastikan program-program intervensi dapat dilaksanakan dan dimanfaatkan secara optimal sehingga berkontribusi pada penurunan prevalensi stunting.
Hal ini saya tegaskan dalam Pembukaan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Percepatan Pencegahan Stunting Tahun 2021 melalaui konferensi video.
Diperlukan upaya yang gigih untuk mewujudkan konvergensi program.
Untuk itu, saya mengimbau kepada seluruh pihak terkait agar dapat berkolaborasi dengan baik dan menghilangkan ego sektoral.
Alhamdulillah, saat ini, pencapaian sudah cukup baik.
Selama 7 tahun terakhir, prevalensi stunting telah menurun dari 37,2% pada tahun 2013 menjadi 27,7% pada tahun 2019.
Hal ini harus terus dipertahankan untuk mencapai target 14% pada akhir tahun 2024." tulis akun Instagram resmi @kyai_marufamin dikutip TribunBekasi.com, Rabu (25/8/2021).
Kemkominfo Ajak Generasi Muda Mulai Gaya Hidup Sehat
Gaya hidup sehat tidak seharusnya menjadi tren belaka, tapi perlu dijadikan kebiasaan seluruh rakyat Indonesia, tak terkecuali para generasi muda.
Hal ini dikarenakan para anak muda Indonesia saat inilah yang akan melahirkan generasi masa depan bebas stunting.
“Di tahun 2030 mendatang, Indonesia akan memasuki fase bonus demografi. Potensi tersebut akan menjadi sia-sia apabila sumber daya manusia mengalami stunting.”

Demikian dikatakan Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) Wiryanta dalam forum “Kepoin Genbest” Trenggalek yang diselenggarakan pada Selasa (6/7/2021) secara virtual.
Angka prevalensi stunting di Indonesia berdasarkan hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia pada tahun 2019 sebesar 27,67 persen.
Angka itu masih tinggi dibandingkan dengan ambang batas yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni 20 persen.
Prevalensi adalah jumlah kasus suatu penyakit dalam suatu populasi pada suatu waktu, sebagai proporsi dari jumlah total orang dalam populasi itu. Prevalensi sering ditulis dalam persentase.
Presiden Joko Widodo telah menetapkan target pada tahun 2024 agar angka prevalensi stunting di Indonesia bisa turun menjadi 14 persen.
Oleh karena itu, menurut Wiryanta, untuk mencapai target tersebut Kemkominfo menyelenggarakan “Kepoin Genbest” di berbagai daerah prioritas stunting, salah satunya di Trenggalek, Jawa Timur.
Kepoin Genbest menyasar para remaja dan ibu muda agar dapat memahami dan peduli terhadap isu stunting sejak dini.
“Para remaja ini nantinya menjadi calon orang tua di masa depan. Jika kesehatan dan gizi mereka tidak dijaga sejak sekarang, maka akan berdampak buruk di masa mendatang,” ujar Wiryanta.
Pelaksana tugas Deputi Bidang ADPIN Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr Ir Dwi Listyawardani MSc DipCom yang hadir sebagai narasumber di “Kepoin Genbest” Trenggalek pun mengimbau agar remaja putri dan ibu muda mulai memperhatikan gaya hidup sejak dini.
Gaya hidup yang tidak sehat menurutnya sangat memengaruhi kondisi tubuh dan memicu terjadinya stunting bagi anak.
“Perhatikan gaya hidup mulai sekarang. Kalau masih muda, susah konsentrasi, mudah pegal-pegal, itu berarti gaya hidupnya yang salah."
"Penyebabnya bisa dari segi makanan, aktivitas, merokok, malas berolahraga, atau dari segi kebersihan dan sanitasi,“ ujar Dwi.
Dwi menyarankan agar remaja putri dan ibu muda mulai biasakan diri minimal 30 menit, lima kali dalam seminggu melakukan olahraga ringan seperti aerobik dan jogging untuk menunjang gaya hidup sehat, terutama di masa pandemi Covid-19.
Selain itu, praktisi Kesehatan, Dokter Clarin Hayes ingatkan para remaja sebagai penerus bangsa harus memiliki kesadaran terhadap isu stunting.
Dia pun mengimbau agar generasi muda mulai memperhatikan kesehatan sejak dini, tidak hanya sehat mental tetapi juga sehat secara fisik.
“Sebagai generasi muda kita harus menjaga nutrisi dari sekarang, agar nantinya kita dapat melahirkan generasi-generasi yang berkualitas tentunya untuk kemajuan bangsa,” ujar dr Clarin.
Saat ini banyak dijumpai fenomena remaja putri yang melakukan diet dengan mengesampingkan kesehatan.
Clarin menambahkan, diet yang benar adalah diet tanpa harus mengorbankan aspek kesehatan.
“Khusus remaja putri yang ingin memiliki bentuk tubuh proporsional tetap harus memperhatikan asupan gizi."
"Jangan sembarangan mengurangi porsi makan, dan yang paling utama adalah berolahraga secara rutin," kata dr Clarin.
Dokter Clarin tegaskan, "Bentuk tubuh yang ideal akan didapat dengan cara tersebut tanpa harus membahayakan kondisi tubuh.”
Apa itu Stunting?
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama.
Sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya.
Padahal, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan.
Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah.
Pencegahan stunting bertujuan agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global.
(TribunBekasi.com/BAS/Wartakotalive.com)