Berita Daerah
Soroti Kenaikan Suhu Bumi, Aktivis Lingkungan: Jika Tidak Ada Terobosan Jakarta Berpotensi Tenggelam
Jika tidak ada terobosan, kata Agus, dalam 20 tahun ke depan suhu bumi benar-benar akan mencapai kenaikan maksimal.
Penulis: Fitriyandi Al Fajri | Editor: Dedy
Di antaranya perubahan iklim, jumlah penduduk yang terus bertambah, juga eksploitasi air di wilayah Ibu Kota.
Bahkan, pada Agustus kemarin Presiden Amerika Serikat Joe Biden sempat menyinggung soal Jakarta terancam tenggelam dalam 10 tahun mendatang akibat perubahan iklim yang melanda dunia.
Peranan generasi muda
Pakar lingkungan hidup menyebut, generasi muda memegang peran penting menyelamatkan bumi dari perubahan iklim yang merusak lingkungan.
Termasuk soal ancaman tenggelamnya Jakarta yang mungkin saja terjadi di tahun-tahun mendatang.
“Sebagai pemimpin masa depan, generasi muda harus mengubah orientasi berpikir pembangunan ini berdasarkan pola pembangunan berkelanjutan,” kata pakar lingkungan hidup dari Universitas Indonesia (UI) Prof. Emil Salim dalam diskusi virtual yang bertajuk ‘Jakarta Segera Tenggelam?’ yang digelar pada pekan lalu.
Menurut Emil, generasi muda harus mampu menguasai ilmu pengetahuan dan melakukan inovasi teknologi dalam upaya menemukan energi-energi terbarukan. Pada gilirannya, target net-zero emissions (emisi nol persen) di tahun 2050 bisa tercapai
Kata dia, kerusakan bumi akibat perubahan iklim sebenarnya dapat disiasati. Generasi muda, harus menciptakan teknologi inovatif dan mengubah orientasi serta pola pembangunan yang selama ini mengandalkan fossil fuels (bahan bakar fosil) ke pemanfaatan energi bersih atau energi terbarukan, misalnya energi matahari, angin, gelombang, mikrohidro dan sebagainya.
“Langkah yang harus ditempuh anak muda adalah mengubah kebijakan yang bersifat eksploitasi sumber daya, memperkaya jenis-jenis sumber daya alam melalui menangkap gas rumah kaca dan mengurangi efek gas rumah kaca dengan memanfaatkan matahari, gelombang laut, angin, dan sebagainya untuk jadi sumber energi baru,” kata mantan Menteri Negeri Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup RI tahun 1983-1993 silam ini.
Selain itu, Emil juga mengkritik model pembangunan pemerintah yang berkiblat pada UU Minerba yang selama ini mengeksploitasi energi dari bahan bakar fosil sebagai sumber pendapatan negara, tanpa memperhitungkan dampak eksternalitas berupa kerusakan lingkungan.
“Kebijakan energi Indonesia masih mengandalkan pada energi bahan bakar fosil dan batu bara, kita ekspor mereka (bahan bakar fosil dan batu bara) sehingga tujuan pembangunan kita bukan pembangunan berkelanjutan (resource enrichment), tetapi memanfaatkan sumber daya alam yang kotor. Jadi kami mengharapkan revenue dari mengekspor bahan-bahan cemar CO2, batu bara, minyak bumi,” terang Emil.