Berita Nasional
Penelitian HCC, Orang yang Belum Vaksin Covid-19 Cenderung Lengah Terhadap Prokes
Penelitian Health Collaborative Center (HCC) cukup mengejutkan, ternyata orang yang belum vaksin malah abai pada prokes.
Penulis: Yolanda Putri Dewanti | Editor: Valentino Verry
TRIBUNBEKASI.COM, JAKARTA - Berdasarkan penelitian oleh Health Collaborative Center (HCC) menginformasikan bahwa masyarakat Indonesia yang enggan dan belum melakukan vaksinasi Covid-19 akan cenderung lengah terhadap penerapan protokol kesehatan (prokes) sehingga berpotensi menjadi agen penular.
"Jadi, ternyata dari 35 persen responden atau orang Indonesia yang belum atau tidak mau divaksin, yang mengejutkan kami adalah skor CPBI mereka justru sangat rendah," ucap pendiri HCC dan dokter lulusan FKUI, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, saat konferensi pers virtual, Senin (15/11/21).
Baca juga: Polisi Selidiki Kasus Keracunan Makanan Ulang Tahun di Muara Baru
Diketahui, skor Covid-19 Prevention Behaviour Index (CPBI) sendiri yakni kuisioner yang dijadikan standar untuk menggambarkan kondisi sebenarnya dalam mengidentifikasi perilaku pencegahan Covid-19 di suatu komunitas.
Dengan demikian, semakin angka skor CPBI tinggi, maka tindakan atau perilaku pencegahan Covid-19 semakin membaik, dan begitu pula sebaliknya.
Penelitian CPBI yang dilakukan HCC ini mengambil sampel 1800 responden dari 24 provinsi di Indonesia.
35 persen responden yang tidak mau dan belum divaksin hanya mendapatkan skor CPBI sebesar 48 dari rentang 10 hingga 60.
Baca juga: Denny Sumargo Ngaku Udah Transfer Uang Puluhan Juta Rupiah kepada Putra Mendiang Vanessa Angel
Sementara 65 persen lainnya yang telah divaksin mendapatkan skor CPBI sebesar 52 dari rentang angka yang serupa.
"Artinya mereka yang tidak mau divaksin justru ogah-ogahan dalam menerapkan prokes dibandingkan mereka yang sudah divaksin," jelasnya.
Lanjutnya, kata Ray, pengabaian prokes pada responden yang belum divaksin antara lain enggan menggunakan masker, masih membuang ludah sembarangan, jarang mencuci tangan, serta tidak mau melakukan social distancing.
Tingkat pendidikan seseorang, kata dia, tidak berpengaruh dalam pengambilan keputusan untuk melakukan vaksinasi.
Baca juga: Gubernur Anies Pamer Atraksi Moge Bareng Kapolda dan Pangdam Jaya
Para responden yang enggan divaksin mengaku belum percaya dengan manfaat dan efektivitas vaksin.
"Vaksinasi memang tidak mencegah 100 persen penularan Covid-19 sebab masih terdapat potensi virus bermutasi, namun setidaknya dapat meminimalisir gejala Covid-19 yang dialami seseorang," ucapnya.
"Yang perlu diingat, kalau di komunitas atau masyarakat masih ada anggota yang belum atau tidak mau divaksin dan skor CPBI mereka jelek, mereka ini tetap bisa menjadi agen penular. Seberapa kecil pun mereka," tambahnya.
Ray juga mengatakan potensi comunal influence sangat tinggi dari mereka yang memiliki skor CPBI rendah sehingga bisa menjadi potensi kegagalan program pengendalian Covid-19.
Namun, dirinya menekankan mereka yang belum divaksin tidak boleh ditinggalkan begitu saja, perlu ada edukasi lebih lanjut yang menyasar mereka.
Baca juga: Bantu Wasit Ambil Keputusan, Menpora Amali Dukung Pengunaan Teknologi VAR
"Jangan sampai kondisi ini menjadi masif, kronik, dan berkepanjangan. Harus diintervensi dengan meningkatkan kapasitas knowledge lewat media," jelasnya.
Sehingga, dirinya merekomendasikan bahwa cakupan vaksin dosis lengkap atau 2 kali harus dilakukan secara maksimal.
Menurutnya, dosis vaksin kedua baru mencapai sekitar 30 persen, meskipun dosis pertama sudah sangat tinggi di Indonesia.