Berita Karawang

Target Sampai di Lokasi Kebakaran 15 Menit Belum Maksimal, Karawang Butuh Pos Damkar Lebih Banyak

Saat ini pos damkar hanya 6, satu pos induk, lima lainnya di Rengasdengklok, Telagasari, Cilamaya Wetan, Cikampek, dan Tegalwaru atau Pangkalan.

Penulis: Muhammad Azzam | Editor: Dedy
Dok. Damkar Karawang
ILUSTRASI KEBAKARAN -- Wilayah Kabupaten Karawang, Jawa Barat membutuhkan pembangunan pos damkar (pemadam kebakaran) lebih banyak lagi. Pasalnya, Karawang memiliki wilayah yang cukup luas dan saat ini pertumbuhan pendudukan serta permukiman warga sangat cepat. 

Hal itu menyusul kejadian kebakaran Pondok Pesantren (Ponpes) Miftahul Khoirot Desa Manggungjaya, Kecamatan Cilamaya Kulon.

"Iya tentu kami turut berduka cita atas kejadian kebakaran yang menyebabkan delapan santri meninggal. Melihat itu, kami meminta agar ada sosialiasi terkait migitasi bencana salah satu kebakaran di pondok pesantren," kata Wakil Ketua Komisi 1 DPRD Karawang, Danu Hamidi kepada TribunBekasi.com, pada Jumat (4/3/2022).

Danu menyebut, Pemkab Karawang dalam hal ini Bidang Pemadam Kebakaran harus memberikan pemahaman para pengurus pondok pesantren maupun santri terkait mitigasi kebakaran.

Baca juga: Ya Ampun, Ibu yang Tewas dalam Insiden Kebakaran di Radio Dalam Ternyata Sedang Hamil Muda

Selain itu, kesiapan alat mitigasi bencana di pondok pesantren juga masih minim.

"Saya lihat memang perlu juga alat pemadam api ringan (Apar), juga pengecekan instalasi dan pemahaman bila terjadi kebakaran apa yang harus dilakukan dalam upaya penyelamatan," beber dia.

Dia menambahkan, saat ini upaya migitasi kebakaran di Karawang masih minim, diantaranya ketersediaan pos pemadam kebakaran dan jumat unit armada kebakaran.

"Iya kami sudah sejak lama mendorong agar mitigasi bencana kebakaran harus ditingkatkan," katanya.

BERITA VIDEO : MORENO SEJAK PAUD INGIN JADI HAFIZ QURAN

Sebelumnya diberitakan, musibah kebakaran terjadi di Pondok Pesantren Miftahul Khoirot, Desa Manggungjaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, pada Senin (21/2/2022) siang.

Akibat musibah itu delapan orang santri  meninggal dan tiga luka-luka.

Delapan orang santri yang meninggal ini sebelumnya tidak bisa menyelamatkan diri dari lahapan si jago merah saat mereka tidur siang di lantai dua gedung pesantren. Diduga penyebab kebakaran karena percikan api dari kipas angin yang mengalami korsleting lalu mengenai kasur di asrama lantai 2 tersebut.

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved