Berita Daerah

Laut Sarmi Simpan Harta Karun dari Biota Laut, Warga Papua Santai Makan Siput Seharga Rp 400 ribu

Tidak perlu repot berenang untuk mencari lobster, kepiting, ikan, atau siput mata bulan. Warga hanya tinggal menunggu air laut surut

Penulis: Desy Selviany | Editor: Dedy
Warta Kota
Siput mata bulan yang ditangkap warga Sarmi, Papua Selasa (22/3/2022) (Desy Selviany) 

TRIBUNBEKASI.COM --- Laut Sarmi, Papua menyimpan harta karun dari biota laut. Hal itu belum disadari oleh warga sekitar.

Di pesisir laut itu terdapat biota laut yang langka yakni siput mata bulan. Di pesisir Sarmi, siput mata bulan masih mudah ditemui warga di balik-balik karang.

Hal itu membuat warga Sarmi bisa setiap hari gratis menikmati Bia Mata Bulan atau dikenal Siput Mata Bulan.

Di sepanjang Pantai Kampung Sawar, Sarmi, warga setiap sore mencari hewan-hewan laut. 

Baca juga: Operasional Bus Sekolah Terhenti, Harisona, Remaja Papua Ini Rela Tempuh 2 Jam Perjalanan ke Sekolah

Baca juga: Anak-Anak Papua Sulit Jangkau Sekolah, Mensos Risma Akan Hadiahi 50 Sepeda

Tidak perlu repot berenang untuk mencari lobster, kepiting, ikan, atau siput mata bulan.

Warga hanya tinggal menunggu air laut surut dan mencari makanan di balik-balik karang-karang laut.

Laut di Sarmi langsung menghadap ke Samudera Pasifik. Ombaknya cukup besar, namun terhalang dengan hamparan karang di dekat pantai.

Jarang ada warga yang berenang di laut, umumnya anak-anak bermain di kubangan-kubangan karang.

BERITA VIDEO : HARISONA MINTA SEPEDA MOTOR UNTUK KE SEKOLAH

Sambil bermain air, terkadang anak-anak mencari hewan-hewan laut untuk dibawa pulang dan di makan.

Salah satu hewan laut yang dicari warga di Kampung Sawar ialah Bia Mata Bulan atau Siput Mata Bulan.

Seorang warga Levina Sefa mencari siput mata bulan bersama anak gadisnya. Pada Selasa (22/3/2022) sore, ia mencari siput mata bulan di balik hamparan karang.

Di hari itu, Levina mendapat 20 siput. Siput itu rencananya akan ia konsumsi sendiri bersama keluarga.

Rasanya kata Levina lezat, seperti kerang pada umumnya.

"Bia (siput) mata bulan bisa dimakan. Biasanya direbus untuk makan sendiri, rasanya enak," ungkap Levina saat ditemui Warta Kota, Selasa (22/3/2022) sore.

Levina mengungkapkan, siput mata bulan bisa ditemui dengan mudah saat air pasang atau surut.

Apabila dijual di Pasar Sarmi, harganya bisa Rp 50 ribu seember penuh.

Selain siput mata bulan, warga sekitar juga kerap mencari lobster dan kepiting sendiri di laut.

Namun untuk menangkap lobster dibutuhkan jaring. Jaring itu dipasang di sepanjang hamparan karang.

Apabila air pasang, kemudian lobster tertangkap di jaring. Levina mengungkapkan, tidak terlalu sulit mencari lobster di kampungnya.

"Bentang jaring di atas batu-batu, nanti kalau air naik pagi periksa di dalam jaring, bisa dapat 10 sampai 20 ekor yang besar-besar," ungkap Levina.

Apabila dijual di Pasar Sarmi, Lobster hanya dihargai Rp 100 ribu perkilogram (kg).

Diketahui siput mata bulan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Dikutip dari situs resmi LIPI di Maluku siput itu sudah mulai langka.

Sebab, cangkang siput mata bulan memiliki nilai ekonomis tinggi untuk dijadikan perhiasan.

Di pasaran Maluku, harga cangkang siput mata bulan bervariasi antara Rp 250.000 hingga Rp 400.000 per kg.

Mutu cangkang siput mata bulan dapat dilihat dari bagian dalamnya yang mengkilap dan bagian ini yang diambil untuk diolah menjadi souvenir dan perhiasan.

Karena langka, saat ini LIPI sedang mengembangbiakkan siput mata bulan (Turbo Marmoratus) dan lola (Trochus niloticus) untuk pemulihan populasinya.

Kedua biota laut ini dibudidayakan untuk dilepas kembali ke habitat asalnya yakni Desa Sirisori, Pulau Saparua, Kabupaten Maluku Tengah serta di Desa Morela, Kecamatan Leihitu, pulau Ambon agar tidak punah.

(Sumber : Warta Kota/Desy Selviany/Des)

 
 
 

Sumber: Wartakota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved