Berita Bekasi
Banyak Kapal-kapal Besar, Nelayan Muaragembong Kalah Saing dan Dirugikan, Tangkapan Ikan Berkurang
Seorang nelayan bernama Bada (40) mengeluhkan banyaknya kapal besar yang turut mencari ikan di perairan dangkal.
Penulis: Rangga Baskoro | Editor: Dedy
TRIBUNBEKASI.COM, MUARAGEMBONG --- Para nelayan yang melaut di perairan Pantai Bungin, Kecamatan Muaragembong, menemui Pj Bupati Bekasi Dani Ramdan yang datang untuk mendengarkan keluhan masyarakat, Rabu (20/7/2022) lalu.
Seorang nelayan bernama Bada (40) mengeluhkan banyaknya kapal besar yang turut mencari ikan di perairan dangkal.
Selain membuat tangkapan nelayan berkurang, mereka pun merusak lingkungan karena menggunakan pukat harimau.
Keberadaan kapal besar itu telah terjadi sejak beberapa tahun terakhir. Tidak hanya satu, bahkan mereka harus bersaing dengan lebih dari 50 kapal besar yang setiap hari juga melaut di perairan dangkal Muaragembong.
"Kalau satu (kapal) kali. Nah ini banyak banget, 50 kapal ada kali. Itu juga ada masih sisa satu kapal masih keliatan," kata Bada saat dikonfirmasi, Kamis (21/7/2022).
Waktu melaut nelayan kapal besar itu sama seperti nelayan Muaragembong, yakni di malam hari. Mereka memperbesar area pencarian ikannya hingga nyaris ke bibir pantai.
Baca juga: BBM Subsidi Jenis Solar dan Pertalite Langka, Nelayan Muaragembong Nelangsa Tak bisa Melaut
Baca juga: Dinas Perikanan Karawang Minta Nelayan Gunakan Alat Tangkap Ikan Ramah Lingkungan
"Bayangin aja, itu kapal-kapal diemnnya deket ke pantai. Itu bisa jarak lima kilometer dari pantai, berarti kan sekitar tiga mil. Bahkan pernah sampai dua kilometer dari pantai, itu kan deket banget," ucapnya.
Akibatnya, para nelayan diharuskan mencari titik lain yang lebih jauh untuk bisa melaut sehingga menyebabkan membengkaknya pengeluaran untuk bahan bakar solar.
Belum lagi, jangka berukuran besar atau pukat harimau yang digunakan oleh kapal-kapal besar juga merusak lingkungan dan kehidupan biota laut.
Selain itu, para nelayan juga bercerita tentang kesulitannya memperoleh solar untuk bahan bakar kapal. Bahkan mereka harus pergi ke Karawang lantaran tidak terdapat SPBU di Muaragembong.
Sudah diadukan ke Pemprov Jawa Barat
Pj Bupati Bekasi Dani Ramdan mengatakan telah mendengarkan keluhan para nelayan Muaragembong, Kabupaten Bekasi, tentang banyaknya kapal-kapal besar yang turut melaut di perairan dangkal.
Dani yang mengunjungi Muaragembong pada Rabu (20/7/2022) lalu, mengatakan pihaknya telah menyampaikan keluhan tersebut ke Pemprov Jawa Barat, dalam hal ini kepada Dinas Kelautan Jawa Barat.
"Kalau persoalan laut memang menjadi kewenangan pemerintah di tingkat provinsi dan pusat. Tapi tadi saya sudah komunikasi langsung dengan kepala Dinas Kelautan Jabar tentang kondisi yang terjadi di Muaragembong," ungkap Dani saat dikonfirmasi, Kamis (21/7/2022).
BERITA VIDEO : PRIA KEBUMEN TERAPUNG BERHARI-HARI DI SAMUDRA HINDIA
Dani menyatakan keberadaan kapal-kapal besar yang melaut di perairan Muaragembong sangat merugikan nelayan lokal.
Selain dikarenakan akan tangkapan Ikan berkurang drastis, pukat harimau yang digunakan oleh kapal-kapal besar juga merusak lingkungan dan kehidupan biota laut.
"Memang soal keberadaan kapal besar ini harus segera ditangani karena menyulitkan nelayan dan merusak lingkungan. Maka saya dorong agar ini dapat segera diatasi," katanya.
Sementara itu, terkait sulitnya para nelayan mendapatkan BBM berjenis solar, Dani menyebut persoalan tersebut juga terjadi di daerah lainnya.
Namun, pihaknya akan tetap mengusulkan keberadaan SPBU khusus nelayan di Muaragembong.
"Usulan sudah disampaikan ke Pertamina dan sedang dikaji. Saya berharap bisa segera direalisasikan. Meski bukan SPBU besar namun yang kecil pun tidak masalah agar kebutuhan solar nelayan bisa tercukupi. Kita harus kawal bersama usulan ini," tutur Dani.