Pengamat Politik Ungkap Penyebab Airlangga Hartarto Unggul Telak dalam Hasil Survei Soal Pemilu 2024

Pengamat Politik Kunto Adi Wibowo ungkap penyebab Airlangga Hartarto unggul telak dalam hasil survei jelang Pilpres 2024.

Editor: Panji Baskhara
Istimewa via Tribunnews.com
Pengamat Politik Kunto Adi Wibowo ungkap penyebab Airlangga Hartarto unggul telak dalam hasil survei jelang Pilpres 2024. Foto: Pengamat Politik Kunto Adi Wibowo 

TRIBUNBEKASI.COM - Pengamat Politik Kunto Adi Wibowo menanggapi hasil survei survei Timur Barat Research Center (TBRC).

Dimana menurut hasil survei TBRC, Menko Perekonomian sekaligus Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto unggul dalam hal pemilihan presiden (Pilpres) 2024.

Diakui Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (UNPAD) tersebut, hasil survei TBRC unggulkan Airlangga Hartarto, sah-sah saja.

"Kalau hasil survei TBRC ya sah-sah saja kalau unggulkan Airlangga Hartarto sebagai capres terkuat di Pilpres 2024"

Baca juga: Warna Institute Sebut Airlangga Hartarto Berpotensi Menang dalam Pilpres 2024, Ini Hasil Surveinya

Baca juga: Hasil Survei INES, Airlangga Hartarto dan Partai Golkar Berpeluang Memenangkan Ajang Pilpres 2024

Baca juga: Ini Alasan Direktur Eksekutif LSI Sebut Peluang Airlangga Hartarto di Pilpres 2024 Masih Sangat Kuat

"Larena dia memiliki peluang besar untuk menang " kata Kunto Adi Wibowo kepada wartawan, Minggu (4/8/2022).

Kata Kunto, Airlangga Hartarto juga telah memiliki kendaraan politik melalui partai Golkar dan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).

Dimana keduanya bisa menjadikan Airlangga Hartarto berpeluang semakin besar sebagai capres di Pemilu 2024.

"Modal politik Pak Airlangga sudah ada melalui partai Golkar dan KIB, itu udah cukup untuk maju sebagai capres 2024," ujarnya.

Dia menambahkan, Airlangga Hartarto perlu menunjukkan ke masyarakat sebagai sosok calon pengganti Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2024.

Tak hanya itu, Airlangga Hartarto juga sudah menunjukkan melalui kinerjanya sebagai Menko Perekonomian, dalam membantu Presiden Jokowi.

"Terutama dalam pemulihan ekonomi nasional akibat dampak Covid-19."

Diketahui, TBRC melakukan survei tentang dinamika persepsi dan pilihan masyarakat terhadap parpol dan tokoh tokoh bakal Capres 2024 pasca tiga tahun pemerintahan Presiden Jokowi.

Menjelang 1,5 tahun Pemilu 2024, sejumlah parpol sudah memulai melakukan penjajakan koalisi seperti Koalisi Indonesia Bersatu (Golkar-PPP-PAN).

Lalu, Gerindra-PKB dan sejumlah parpol baru sudah berancang-ancang meraih mimpi untuk turut serta di dalam kontestasi untuk meraih kekuasaan.

Para politisi menunjukkan dinamika dengan berbagai statement yang mengisyaratkan arah politiknya.

Penjelasan para elite politik itu mulai beri petunjuk tentang kotak-kotak koalisi yang mungkin terbentuk menjelang 2024 nanti.

Hal itu dibenarkan Direktur Eksekutive TBRC, Johanes Romeo.

Ia mengatakan, survei dilakukan dengan metodologi.

Lalu teknik penetapan sampel dilakukan adalah probability sampling dengan cara Multi Stage Random Sampling dengan jumlah responden 2400 orang.

Teknik pengumpulan data survei dilakukan dengan wawancara melalui tatap muka dan sambungan telepon seluler dan Whatsapp Video Call, secara langsung di 34 ibu kota Provinsi di Indonesia.

"Dimana sekitar 188,6 juta masyarakat--dari total keseluruhan 269,6 juta penduduk Indonesia sudah menggunakan ponsel pintar."

"Ini artinya, sekitar 70,1 persen penduduk Indonesia menjadikan ponsel sebagai sebuah perangkat primer," kata Johanes, dalam keterangan, Minggu (4/9/2022).

Survei lewat telpon dengan pertimbangkan Aspek Metodologis secara seksama, adalah cara yang paling mungkin dilakukan di tengah-tengah upaya warga melakukan social distancing, untuk pencegahan pandemic Covid-19.

Kata Johanes, untuk mendapat sampel proporsional dari responden yang memiliki telpon itu terhadap karakteristik populasi nasional, dilakukan pembobotan terhadap sampel terpilih.

Sampel hasil survei divalidasi untuk memastikan posisi responden yang dijadikan sampel sebagai pemilik telepon seluler, digunakan Aplikasi HLR Lookup dan Lacak dengan Lihat Kode Area Operator.

Sampel hasil survei divalidasi dengan membandingkan komposisi demografi sampel dan populasi hasil sensus BPS 2020.

Demografi tersebut meliputi, provinsi, gender, desa-kota, umur, etnis, dan agama.

"Bila ada perbedaan signifikan antara demografi sampel dan populasi, maka dilakukan pembobotan data sedemikian rupa." ucapnya.

Sehingga komposisi demografi sampel menjadi proporsional terhadap populasi.

Margin of error dalam survei ini sebesar +/- 2.01 persen dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.

Survei yang dilakukan pada 12-28 Agustus 2022.

Hasil Survei capaian pemerintahan Jokowi-Maruf Amin jelang pemilu 2024

Kata Johanes, sebanyak 89,4 persen responden puas dengan penanganan Covid 19.

Sekaligus karenanya, pemerintah Jokowi -Maruf Amin dianggap mampu hadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa.

Selain itu memberikan rasa aman ke seluruh warga negara terhadap pandemi Covid 19, dan sebanyak 7,2 persen menyatakan gagal dan sebanyak 3,4 persen tidak menjawab

"Sebanyak 79,7 persen puas dengan kinerja pemerintahan Jokowi-Maruf Amin dalam melakukan pemilihan ekonomi nasional akibat dampak covid 19"

"sedangkan sebanyak 12,9 persen tidak puas dan sebanyak 7,4 persen tidak menjawab," ucapnya.

Sebanyak 78,7 persen responden menilai pemerintahan Jokowi- Marup Amin.

Hasil Survei Tentang Preferensi Masyarakat dalam dinamika politik nasional jelang pemilu 2024

Selanjutnya, dari hasil survei untuk sosok presiden yang di inginkan masyaraakat, sebanyak 90,4 persen inginkan sosok presiden berkemampuan mengelola perekonomian nasional.

Sekaligus menginginkan pemimpin yang bisa beri dampak bagi peningkatan perekonomian keluarga masyarakat.

Sebanyak 70,9 persen inginkan sosok presiden yang tidak bisa di kontrol oleh kebijakan negara asing dan oligarki nasional serta internasional.

Ada 38,8 persen inginkan sosok presiden yang tegas dan berwibawa.

Lalu, sebanyak 30,4 persen inginkan sosok presiden yang dekat dengan rakyat dan merakyat.

Dari hasil survei sosok presiden diinginkan oleh masyarakat ada 39,5 persen menginginkan tokoh dari kalangan Sipil.

Selain itu, sebanyak 37,7 persen dari kalangan militer dan selebihnya 22,8 persen tidak menjawab.

Dengan melakukan simulasi 4 pasang capres-cawapres berkomposisi dari kalangan Militer-Militer dan Sipil-Sipil dengan pertanyaan secara tertutup kepada 2400 respoden jika pemilihan presiden digelar hari ini maka:

- Airlangga Hartarto-Anies Baswedan (KIB) 26,3 persen

- Prabowo Subianto - AHY (Gerindra-Demokrat) 23,6 persen

- Andika Perkasa-Tito Karnavian (Nasdem, PKS dan PKB) 17,3 persen

- Ganjar Pranowo-Puan Maharani (PDI Perjuangan) 20,7 persen

Dengan melakukan simulasi empat pasang capres-cawapres dengan komposisi pasangan sipil militer mengunakan pertanyaan tertutup mengunakan kuisioner, kepada 2400 respoden, jika pemilihan presiden digelar hari ini maka:

-Airlangga Hartarto-Muldoko (KIB) 27,7 persen

- Prabowo Subianto- Khofifah Indar Parawangsa (Gerindra-PKB) 22,3 persen

- Andika Perkasa- Puan Maharani (PDI Perjuangan) 20,2 persen

- Anies Baswedan-Gatot Nurmantyo (Nasdem, PKS,dan Demokrat) 16,7 persen

Dengan melakukan simulasi empat pasangan capres-cawapres dengan pasangan nama capres-cawapres dengan mengunakan pertanyaan tertutup mengunakan kuisioner kepada 2400 respoden jika pemilihan presiden digelar hari ini, maka hasilnya:

- Airlangga Hartarto-Khofifah Indar parawansa (KIB) 30,2 persen

- Andika Perkasa-Puan Maharani (PDI Perjuangan) 24,2 persen

- Ganjar Pranowo -Erick Thohir (Nasdem, PKS dan Demokrat) 22,1 persen

- Prabowo Subianto-Sandiaga Uno (Gerindra-PKB) 17,7 persen.

Sementara itu, dengan melakukan simulasi empat pasang capres -cawapres dengan pertanyaan tertutup memakai kuisioner kepada 2400 respoden jika pemilihan presiden digelar hari ini, maka hasilnya:

- Airlangga Hartarto-Ridwan Kamil (KIB) 30,7 persen

- Prabowo Subianto-Muhaimin Iskandar (Gerindra dan PKB) 28,6 persen

- Ganjar Pranowo-Puan Maharani (PDI Perjuangan) 17,4 persen

- Anies Baswedan-Agus Harimurti Yudhoyono (Nasdem, PKS dan Demokrat 14,7 persen

Dengan melakukan simulasi 3 pasangan capres -cawapres dengan pertanyaan tertutup mengunakan kuisioner ke 2400 respoden jika pemilihan presiden digelar hari ini, maka hasilnya:

- Airlangga Hartarto-Andika Perkasa (KIB) 34,3 persen

- Ganjar Pranowo-Anies Baswedan (Nasdem, PKS dan Demokrat) 27,8 persen

- Prabowo Subianto-Puan Maharani (PDI Perjuangan, Gerindra dan PKB) 24,7 persen

Hasil survei di masyarakat, jika pemilu digelar hari ini dengan diberi pertanyaan terbuka kepada 2400 responden, partai politik memiliki kursi di DPR RI yang akan dipilih maka Partai Golkar.

"Partai Golkar dipilih paling banyak yaitu dari 2400 responden sebanyak 15,6 persen," ungkapnya.

Kemudian, diurutan kedua PDI Perjuangan 14,3 persen, Partai Gerindra 13,7 persen, PKS 7,9 persen, Demokrat 7,1 persen, PKB 4,4 persen, Nasdem 4,3 persen, PAN 4,2 persen dan PPP 4,1 persen.

Lalu, yang memilih parpol yang tak memiliki kursi di DPR RI dan parpol baru yang baru saja daftar di KPU sebanyak 7,3 persen, dan yang tidak menjawab sebanyak 17,1 persen.

Kemudian, kata dia, hasil survei di masyarakat jika pemilu digelar hari partai politik yang akan dipilih masyarakat dengan diberikan pertanyaan tertutup mengunakan kuisioner pada 2400 responden, maka:

- Partai Golkar 17,9 persen

- PDI Perjuangan 15,4 persen

- Partai Gerindra 15,1 persen

- PKS 8,1 persen

- Partai Demokrat 7,4 persen

- PKB 4,7 persen

- Partai Nasdem 4,4 persen

- PPP 4,3 persen

- PAN 4,1 persen

- Partai Perindo 3,1 persen

- Partai Prima 2,2 persen

- Partai PSI 2,1 persen dan

- Partai lainnya dibawah 1 persen

Pemimpin Perempuan Cukup Berpotensi?

Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI Kunto Adi Wibowo bicara soal masih minimnya calon presiden dari kalangan perempuan, meski cukup berpotensi.

Lembaga Survei KedaiKOPI menemukan, penerimaan publik terhadap presiden perempuan alami peningkatan.

Tercatat pada November 2021 penerimaan publik pada presiden perempuan berada di angka 34,2 persen.

Namun jumlah itu naik drastis menjadi 55,5 persen pada Agustus 2022 ini.

Meski mengalami peningkatan, belum banyak tokoh perempuan yang memimpin negeri.

Jumlahnya masih kalah banyak dibandingkan kalangan laki-laki.

Kunto mengatakan ada sejumlah faktor penentu yang menyebabkan belum banyaknya figur wanita jadi pemimpin, di antaranya belum banyaknya saluran pendukung bagi kaum hawa.

"Partai politik sebagai institusi politik yang bertanggung jawab kaderisasi kepemimpinan bangsa ini enggak mendorong."

"Ini yang jadi masalah,” katanya Kunto Adi Wibowo dalam diskusi virtual Polemik MNC Trijaya bertajuk ‘Elektabilitas Capres dalam Bingkai Survei, Sabtu (3/9/2022).

Ia menambahkan, peran media mainstream pun masih terbawa agenda partai politik atau parpol.

Media, kata dia, hanya membahas figur yang namanya mencuat dari parpol tersebut.

“Karena itu yang ramai. Nama-namanya laki-laki semua, ya akhirnya itu,” ujarnya.

Kemudian faktor selanjutnya adalah kultur patriarki yang masih dominan di Indonesia.

Kunto mengatakan sistem sosial yang menempatkan pria sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam peran kepemimpinan ini masih menjamur di dalam negeri.

"PR nya banyak menurut saya. tapi sebagai langkah awal ini saya sangat gembira karena ini sebuah angin yng menyegarkan, ternyata orang indonesia enggak kayak zaman orde baru dulu,” katanya.

Pemimpin Harus Laki-laki

Mayoritas junlah penduduk muslim di Indonesia yang memegang ajaran bahwa laki-laki harus menjadi pemimpin pun menjadi tantangan bagi kaum hawa.

Meski cenderung mereda, isu ini masih menjadi tanjakan terjal bagi perempuan berpotensi untuk memimpin Indonesia.

"Isu yang harus dihadapi capees perempuan pertama kali ketika dia dicalonkan pertama kali isu agama" katanya.

Meskipun ujar dia, tren pemimpin dari kalangan wanita pun mulai merebak.

Khususnya di tingkat kabupaten/kota hingga provinsi. Masyarakat, lanjut Kunto, sudah menerima dengan baik figur pemimpin wanita.

"Problemnya apa perbedaan secara mendasar pemimpin di level daerah dan level masional, itu yang harus kita buka."

"Kita harus kemudian meyakinkan masyarakat, ya sebenarnya tidak beda jauh,” ucap Kunto.

"Hanya politik luar negeri saja yng beda akhirnya. Tapi kan itu tidak mengurangi kompetensi perempuan."

"Ini PR bagi calon-calon presiden dan tokoh perempuan,” ujarnya menambahkan.

Peluang Perempuan Jadi Presiden

Lebih lanjut Kunto berbicara perihal peluang perempuan menjadi presiden.

Meski hasil survei menunjukkan peningkatan terhadap capres perempuan, hal itu belum bisa dijadikan rujukan.

Pasalnya, Pemilu bakal berlangsung pada 2024.

Selain itu, dinamika politik dan masyarakat pun masih berpotensi akan mengubah pilihannya.

Temuan dalam survei ini adalah 53,8 persen pemilih mengatakan bahwa pilihan presiden mereka akan berubah.

Kunto merinci, dari mereka yang pilihannya akan berubah, 43,2 persen mengatakan akan mengubah pilihannya setelah penetapan capres dan cawapres.

Kemudian, 22,4 persen akan mengubah setelah kampanye dimulai, 19,4 persen di hari pemilu dilaksanakan dan 11,9 persen pada saat masa tenang kampanye.

“Kita harus dengan hati-hati bicara soal peluang. Karena masih 1,5 tahun lagi. Politik sangat dinamis."

"Kita lihat tadi dari hasil survei, 53 persen lebih itu bilang pilihannya masih bisa berubah,” katanya.

(TribunBekasi.com/BAS/Tribunnews.com/Naufal Lanten)

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Capres Perempuan Masih Minim Meski Punya Potensi, Ini Penyebabnya"

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved