Bencana Alam

Banyak Pengungsi di Kampung Sarampad Cianjur Bangun Tenda di Bekas Reruntuhan dan Area Persawahan

Kepala Desa Sarampad, Dudu Abdurajab, mengatakan, sekitar 50 persen rumah di Desa Samarad mengalami rusak berat.

Penulis: Hironimus Rama | Editor: Dedy
Wartakotalive.com
Kepala Desa Sarampad, Dudu Abdurajab, mengatakan, sekitar 50 persen rumah di Desa Samarad, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, mengalami rusak berat. 

TRIBUNBEKASI.COM --- Ribuan warga di Desa Sarampad, Kecamatan Cugenang mengungsi ke tenda darurat akibat gempa 5,6 magnitudo yang menghantam Kabupaten Cianjur pada Senin (21/11/2022).

Para pengungsi ini tersebar di 136 posko pengungsian yang berada di Kampung Cisarua, Kampung Salakawung, Kampung Sarampad, Kampung Sukawarna dan Kampung Jamaras.

Selain takut gempa susulan, para pengungsi tinggal di tenda darurat karena kondisi rumah mereka yang rusak karena guncangan gempa bumi.

Kepala Desa Sarampad, Dudu Abdurajab, mengatakan, sekitar 50 persen rumah di Desa Samarad mengalami rusak berat.

BERITA VIDEO : DETIK-DETIK GEMPA 5,6 MAGNITUDO GUNCANG CIANJUR

"Kerusakan terparah ada di Kampung Sarampad, sekitar 80 persen rumah warga rusak berat. Sementara di Kampung Cisarua 40 persen rusak berat dan Kampung Salakawung 40 persen yang rusak berat," kata Dudu di Sarampad, Sabtu (25/11/2022).

Meskipun 136 posko pengungsian telah berdiri di Desa Sarampad, namun masih banyak warga yang mengeluhkan kurangnya tenda untuk tempat tinggal sementara.

Bahkan banyak warga yang membangun tenda sendiri di bekas reruntuhan atau pun di daerah persawahan.

Baca juga: Korban Gempa Cianjur di Kampung Selaeurih Minim Bantuan, Ketua RT: Khawatir, Masih Ada Gempa Susulan

Salah satunya Nyang (62), warga Kampung Sarampad.

Saat ditemui TribunnewsDepok.com pada Sabtu (26/11/2022) sore, Nyang sedang sibuk membuat tenda sederhana di bagian depan reruntuhan rumahnya yang rata dengan tanah.

Dia mengaku tidak kerasan tinggal di tenda pengungsian Posko 5 Desa Sarampad yang lokasinya tak jauh dari reruntuhan tempat tinggalnya.

"Beberapa hari ini kami sekeluarga mengungsi ke Posko 5. Tetapi saya tidak betah karena terlalu banyak orang," kata Nyang.

Meskipun sudah selesai membuat rangka tenda di depan reruntuhan rumahnya, Nyang mengaku belum memiliki terpal sebagai penutup bagian atasnya.

"Terpal belum ada, lagi dicari. Semoga besok ada yang menyumbangkan," tuturnya.

Selain terpal, dia mengaku membutuhkan bahan makanan dan pakaian untuk keluarganya dan para pengungsi di Desa Sarampad.

"Kami masih membutuhkan makanan, pakaian dan uang," ucap Nyang.

Dia berharap Presiden Jokowi menepati janjinya untuk memberi sumbangan perbaikan rumah warga.

"Waktu kunjungan di Kecamatan Cugenang, Presiden Jokowi janjikan bantuan Rp 50 juta untuk rumah rusak berat, Rp 25 juta untuk rusak sedang dan Rp 10 juta rusak ringan. Kami berharap janji ini ditepati nanti," harap Nyang.

Bantuan ke posko pengungsian bencana terhambat

Jalur Gatot Mangkupraja yang menghubungkan Desa Nagrag di Kecamatan Cianjur dengan Desa Benjot di Kecamatan Cugenang terpantau macet parah pada Sabtu (26/11/2022).

Kemacetan di jalur evakuasi korban gempa bumi Cianjur ini terjadi sejak pagi hingga malam hari.

Pantauan TribunnewsDepok.com, kemacetan terjadi mulai dari pertigaan Desa Benjot hingga pertigaan Nagrak di Jalan Raya Sukabumi, Cianjur.

Jalur jalan yang sempit ini dijejali berbagai kendaraan jenis kendaraan mulai dari sepeda motor, mobil ambulans hingga mobil distribusi logistik dari pemerintah dan relawan.

Jalur Gatot Mangkupraja yang menghubungkan Desa Nagrag di Kecamatan Cianjur dengan Desa Benjot di Kecamatan Cugenang terpantau macet parah pada Sabtu (26/11/2022).
Jalur Gatot Mangkupraja yang menghubungkan Desa Nagrag di Kecamatan Cianjur dengan Desa Benjot di Kecamatan Cugenang terpantau macet parah pada Sabtu (26/11/2022). (Wartakotalive.com)

Wartawan TribunnewsDepok.com sempat melintasi jalur ini pada Sabtu pagi dan sore.

Butuh waktu dua jam untuk bisa menembus kemacetan di jalur sepanjang 4,5 kilometer ini.

Selain karena jalan yang sempit, pengendara motor yang tidak tertib juga menjadi biang kerok kemacetan.

Para pengendara motor yang tak sabaran dengan kondisi macet nekat mengambil jalur kendaraan arah berlawanan sehingga membuat lalu lintas terkunci.

Kemacetan yang mengular ini membuat seorang relawan yang mengatur lalu lintas marah.

"Kalian ini bikin macet saja, bukannya membantu pengungsi malah menghambat distribusi logistik ke atas (arah Benjot-Red)," kata Adi, seorang relawan gempa di Benjot kepada para pengendara motor, Sabtu (26/11/2022).

Dia mengaku stres karena ulah para pengendara motor dari arah Benjot yang sering mengambil jalur jalan kendaraan yang datang dari arah Nagrag.

"Gara-gara pengendara tidak tertib, proses distribusi logistik dari relawan jadi terhambat. Padahal masih banyak pengungsi yang butuh logistik di lokasi bencana gempa," tandas Adi. 

Sumber: Wartakota
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved