Ramadan 2023

Rela Tinggalkan Ambon untuk Mondok di Bekasi, Ismed Ingin Raih Mimpi Jadi Ustaz Kondang

Ismed merupakan salah satu santri di Ponpes Nuu Waar yang berasal Kota Ambon, dan kini duduk di kelas X SMP.

Penulis: Rangga Baskoro | Editor: Ichwan Chasani
TribunBekasi.com/Rangga Baskoro
Ismed (15) santri Pondok Pesantren Nuu War asal Kota Ambon, Provinsi Maluku. 

TRIBUNBEKASI.COM, SETU — Sayup-sayup lantunan ayat suci Al Quran telah terdengar saat menginjakkan kaki di gerbang Pondok Pesantren (ponpes) Nuu Waar, Desa Taman Sari, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi.

Ratusan santri yang mayoritas berasal dari Indonesia Timur itu, ternyata sedang mengaji di lantai dasar masjid yang pengerjaan gedungnya bahkan belum rampung 100 persen.

Berkegiatan dengan ruangan seadanya tak menyurutkan niat para santri untuk terus melanjutkan program Kampung Halaman Ramadan yang diisi dengan kegiatan penghafalan atau khatam Al Quran selama satu bulan penuh.

Santri laki-laki yang mengenyam pendidikan setara SD hingga SMA berkelompok membentuk lima lingkaran.

Mereka duduk sambil memegang Al Quran yang dibacanya sejak subuh hingga malam nanti.

BERITA VIDEO: PESANTREN NUU WAAR, PONPES DI BEKASI PENCETAK RIBUAN PENGHAFAL AL QURAN DARI PELOSOK INDONESIA TIMUR

Begitu pula santri perempuan.

Terlihat mulut seorang anak yang mengenakan baju koko berwarna coklat sedang komat-kamit membaca ayat suci tanpa terbata-bata.

Matanya terpejam sambil mencoba mengingat ayat demi ayat.

Baca juga: Pesantren Nuu Waar, Ponpes yang Cetak Ribuan Penghafal Al Quran dari Pelosok Indonesia Timur

Baca juga: Hari Senin Ini, Harga Emas Batangan Antam di Bekasi Turun jadi Rp 1.087.000 Per Gram, Cek Detailnya

Ia baru membuka mata ketika lupa potongan ayat yang sedang dibacanya.

"Astagfirullah, saya lupa bacaannya," kata Ismed (15) di lokasi, Senin (27/3/2023).

Ismed merupakan salah satu santri di Ponpes Nuu Waar yang kini duduk di kelas X SMP.

Anak asal Kota Ambon, Provinsi Maluku ini, memang bercita-cita menjadi seorang ustaz.

"Cita-cita saya jadi ustaz. Sudah empat tahun jadi santri di Ponpes Nuu Waar," ungkapnya.

Baca juga: Thomas Doll Sebut Pentingnya Peran Jakmania hingga Persija Tak Pernah Kalah Saat Laga Kandang

Baca juga: Astaga, 132 Kambing Mati Terbakar saat Si Jago Merah Mengamuk di Penampungan Hewan Ternak

Ia masih mengingat betul ketika pertama kali datang menginjakkan kaki di ponpes tersebut.

Sebelum tiba, terlebih dahulu Ismed harus menempuh perjalanan laut selama berhari-hari menuju Jakarta.

Meski sedih harus meninggalkan orang tuanya yang bekerja sebagai petani, Ismed meneguhkan hati dan rela meninggalkan masa kanak-kanaknya, sedari usia 11 tahun, demi meraih mimpi menjadi seorang pendakwah kondang.

"Dulu naik kapal laut ke sini. Ya saya sedih harus pisah sama orang tua. Tapi karena memang kemauan sendiri untuk memperdalam ilmu agama, jadi saya berangkat mondok di Bekasi," kata Ismed.

Beruntung pengelola ponpes memberikan kesempatan para santri untuk tetap berkomunikasi dengan keluarganya melalui video call, meski hanya sekali dalam seminggu.

Baca juga: Lokasi Layanan Samsat Keliling di Kota/Kabupaten Bekasi dan Karawang, Senin 27 Maret 2023 Ini

Baca juga: Perpanjangan SIM Kabupaten Bekasi, Senin 27 Maret 2023 Ini, di Dua Lokasi Satpas, Cek Syaratnya

Hingga saatnya nanti ia lulus berkuliah, Ismed akan kembali ke Ambon untuk mengabdi dan menyiarkan agama Islam di kampung halamannya.

"Boleh hubungi orangtua seminggu sekali, dipinjami HP sama Pak Ustaz. Mungkin saya baru akan pulang setelah lulus kuliah dan kalau sudah layak jadi ustaz. Ibu dan Bapak, saya mohon doanya," ucapnya.

Sementara itu, Kepala Divisi Umum Pesantren Nuu Waar, Ustaz Muhammad Jufri menjelaskan sistem perekrutan calon santri berawal dari jaringan alumni yang telah selesai mengenyam pendidikan di Ponpes Nuu War hingga lulus kuliah.

"Di tiap daerah kan kami ada alumni, mereka nanti jadi perwakilan kami di sana. Ada yang dari Kaimana, Raja Ampat, Jayapura, Fakfak, Ambon dan Indonesia Timur lainnya. Mereka lah yang mengajukan anak-anak di daerahnya untuk disekolahkan di sini," ungkap Jufri.

Sebanyak 80 persen kuota santri sengaja diperuntukkan bagi anak-anak dari Indonesia Timur yang tidak mampu untuk bersekolah.

Baca juga: Jadwal Imsakiyah untuk Wilayah Kabupaten Karawang, Senin 27 Maret 2023, 5 Ramadan 1444 Hijriah

Baca juga: Jadwal Imsakiyah untuk Wilayah Kabupaten Bekasi, Senin 27 Maret 2023, 5 Ramadan 1444 Hijriah

Baca juga: Jadwal Imsakiyah untuk Wilayah Kota Bekasi, Senin 27 Maret 2023, 5 Ramadan 1444 Hijriah

Biaya perjalanan, sekolah, kuliah, makan dan lainnya, dibayarkan oleh Yayasan Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN) yang diketuai oleh KH Muhammad Zaaf Fadzlan Robbani Garamatan.

"Kami biayai mereka semua free, mulai tiket datang ke sini, sekolah sampai SMA, lalu lanjut kuliah, biaya makan dan lainnya. Mereka nanti kalau pulang minimal harus S1. Setelah lulus SMA di sini, ada pengabdian 1 tahun, biar mereka enggak kaget kalau berkuliah di luar pondok. Kemudian kuliah, setelah lulus ada pengabdian lagi setahun di sini. Lalu mereka baru boleh pulang ke daerahnya," katanya.

Berdiri sejak awal tahun 2000-an, Pesantren Nuu Waar hingga kini telah mencetak lebih dari 7.000 orang lulusan yang tak hanya ahli di bidang kesehatan dan pendidikan, namun juga sebagai penghafal Al Quran.

Setelah mereka lulus berkuliah, para santri diwajibkan pulang ke kampung halamannya untuk memberikan pengabdian berbekal ilmu pengetahuan semasa belajar di Pesantren Nuu Waar dan dikuliahkan di berbagai tempat.

"Lulusan alumni kami setelah lulus ada pengabdian dulu selama setahun, kami bekali peralatan medis, kemudian kami pulangkan ke daerah masing-masing untuk membangun daerahnya sendiri dengan bekal ilmu yang mereka pelajari di sini," kata Ustaz Jufri.

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved