Berita Bekasi

Hadapi Fenomena El Nino, Dani Ramdan Minta Semua Dinas Bantu Atasi Krisis Air Bersih dan Kebakaran

ia sangat optimis Pemkab Bekasi dalam menghadapi fenomena El Nino yang melanda sebagian wilayah Kabupaten Bekasi.

Penulis: Muhammad Azzam | Editor: Dedy
TribunBekasi.com
Distribusi air bersih oleh BPBD Kabupaten Bekasi untuk warga di wilayah yang terdampak kekeringan imbas fenomena El Nino. 

TRIBUNBEKASI.COM, BEKASI --- Pemerintah Kabupaten Bekasi siap menghadapi fenomena El Nino atau fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya.

Penjabat Bupati Bekasi, Dani Ramdan mengatakan, Pemerintah Kabupaten Bekasi telah memerintahkan setiap instansi atau dinas melakukan upaya dalam menghadapi fenomena El Nino tersebut.

Sehingga, ia sangat optimis Pemkab Bekasi dalam menghadapi fenomena El Nino yang melanda sebagian wilayah Kabupaten Bekasi.

"Berkat terjalinnya komunikasi dan sinergitas yang terjalin dengan seluruh lintas sektor yang ada dapat menciptakan komitmen yang sama dalam mengintervensi dampak yang ditimbulkan dari fenomena alam tersebut," kata Dani pada Jumat (11/8/2023).

BERITA VIDEO : WARGA DIHEBOHKAN FENOMENA MATAHARI BERCINCIN DI LANGIT KARAWANG

Dani melanjutkan, telah mengantisipasi dampak yang secara langsung dapat dirasakan oleh masyarakat, yakni terkait krisis air bersih.

Pihaknya mengintruksikan kepada OPD dan instansi terkait untuk terus melakukan suplai air bersih kepada masyarakat yang sedang terdampak.

"Kemarin kita sudah ada operasi penyaluran air bersih ke Bojongmangu dan tiga desa lainnya, semuanya enam desa tetapi yang tiga desa sudah kita supply melalui PDAM. Alhamdulillah sampai saat ini masih tercukupi," jelasnya.

Baca juga: Hadapi Dampak El Nino, Pemkab Bekasi Mulai Memetakan Daerah Rawan Bencana Kekeringan

Kemudian, Dinas Pemadam Kebakaran yang bersiaga ketika adanya kebakaran lahan kosong. Sehingga langsung segera ditangani.

Selain itu juga ikut membantu dalam mendistribusikan air ke lokasi kekeringan.

"Artinya semua nanti bekerja dan berkontribusi dalam hadapi kekeringan," katanya.

Petakan wilayah rawan bencana kekeringan

Dalam upaya menghadapi dampak El Nino, Pemerintah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat mulai melakukan pemetaan daerah rawan bencana kekeringan.

Penjabat Bupati Bekasi Dani Ramdan mengatakan, pemetaan itu guna mempersiapkan berbagai langkah mitigasi, terutama dalam hal ketersediaan air bersih dan ketersediaan pangan.

"Salah satu wilayah rawan bencana kekeringan di Kabupaten Bekasi diantaranya wilayah Cibarusah," kata Dani Ramdan pada Rabu (2/7/2023).

Menurutnya, wilayah Cibarusah saat ini sudah mulai masuk saluran PDAM.

BERITA VIDEO : SERING KEKURANGAN AIR, RATUSAN PETANI DUA DESA DI KARAWANG UNJUK RASA

Meskipun, belum masuk ke rumah-rumah warga, tetapi di balai desa, tempat-tempat publik seperti masjid itu air bersih sudah tersedia.

"Di lokasi-lokasi itu saya sudah liat sudah ada airnya. Mudah-mudahan di musim kemarau ini warga di desa-desa wilayah tersebut tersebut tidak lagi mengalami kesulitan air karena bisa menggunakan air di lokasi itu," kata Dani Ramdan.

Tak hanya itu, Dani Ramdan juga telah mengintruksikan Dinas Pertanian untuk mensosialisasikan pola tanam kepada para petani yang mengelola lahan sawah tadah hujan maupun yang sumber airnya berasal dari irigasi sebagai upaya mitigasi dampak El Nino.

Jika lahan pertaniannya tergolong rawan kekeringan maka para petani jangan memaksakan diri melakukan tanam padi.

Para petani disarankan untuk beralih menanam palawija seperti jagung atau kedelai yang membutuhkan sedikit air untuk menghindari puso atau gagal panen.

“Tinggal mungkin sawah pertanian nah saya sudah instruksikan ke Dinas Pertanian untuk menyosialisasikan pola tanam. Kalau kira-kira (dampak El Nino) masih panjang misalnya tanamannya diganti palawija,” ungkapnya.

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Indonesia (BMKG) memperkirakan puncak El Nino akan terjadi pada Agustus-September 2023.

Fenomena El Nino itu menimbulkan musim kemarau ekstrem. Beberapa wilayah yang diprediksi akan mengalami curah hujan sangat rendah mencakup sebagian besar wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Sulawesi Selatan, Tengah, dan Tenggara.

Meskipun puncak El Nino diperkirakan pada Agustus-September, pengaruhnya akan terus berlangsung hingga Desember.

Oleh karena itu, kewaspadaan harus tetap dijaga dan langkah-langkah mitigasi perlu diantisipasi.

Selain berkurangnya curah hujan, El Nino juga membawa dampak lain seperti perbedaan suhu di siang dan malam hari yang ekstrem, terutama di dataran tinggi.

Karena itu, masyarakat di lingkungan perkotaan juga perlu mewaspadai suhu tinggi yang dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat. (maz) 

Baca berita TribunBekasi.com lainnya di Google News

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved