Berita Jakarta
Ayah Bunuh 4 Anaknya di Jagakarsa, Psikolog Forensik: Bukan Sekadar KDRT Tapi Pembunuhan Terencana
Seperti diketahui, empat orang anak yang meninggal dunia itu diduga dibunuh oleh ayahnya berinisial P (41).
Penulis: Hironimus Rama | Editor: Dedy
TRIBUNNEWSDEPOK.COM, BEJI --- Piskolog Forensik Reza Indragiri Amriel buka suara terkait kematian empat orang anak yang jasadnya ditemukan di kamar mandi di rumahnya, di kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan, Rabu (6/12/2023) lalu.
Seperti diketahui, empat orang anak yang meninggal dunia itu diduga dibunuh oleh ayahnya berinisial P (41).
Hasil penyelidikan polisi, P mencoba bunuh diri usai membunuh empat orang anaknya.
"Sebutan kejadian ini sebagai KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) sepertinya tidak lagi memadai. Ini lebih tepat disebut sebagai kasus pembunuhan berencana terhadap anak," kata Reza saat dihubungi TribunnewsDepok.com, Kamis (7/12/2023).
BERITA VIDEO : EMPAT BOCAH YANG DITEMUKAN TEWAS DI JAGAKARSA DIDUGA KORBAN KDRT
Menurut dia, polisi harus mencari tahu kondisi bahkan masalah mental yang mungkin dialami pelaku, apakah sedang mengalami depresi, adiksi obat-obatan, dll.
"Kalau pelakunya waras, hukum mati," ujarnya.
Untuk mencegah kejadian serupa terulang, Reza berharap polisi merespon secepat mungkin setiap laporan KDRT.
Baca juga: Geger! Empat Bocah Ditemukan Sudah Jadi Mayat di Dalam Toilet Rumah, Diduga Disekap Ayahnya
Tapi dia mengakui memang tidak mudah dalam praktiknya. Pasalnya, masyarakat menganggap KDRT sebagai masalah domestik yang tabu untuk diikutcampuri.
Kondisi ini berbeda dengan di negara-negara maju yang menganggap KDRT ini sebagai persoalan serius.
"Di Amerika Serikat, laporan tentang KDRT masuk setiap 3 menit, di Australia setiap 2 menit. Di Indonesia, saya tak punya datanya. Perkiraan saya, rendah, karena masyarakat menganggap masalah ini urusan domestik," ucapnya.
BERITA VIDEO : PESAN BERTULISKAN 'PUAS BUNDA TX FOR ALL' DITEMUKAN DI TKP MAYAT EMPAT BOCAH
Tidak hanya itu, lanjut Reza, khalayak luas juga mengalami krisis kepercayaan terhadap polisi.
"Jumlah polisi juga acap kali masih disebut-sebut sebagai kendala bagi kecepatan kerja polisi. Petugas Bhabinkamtibmas juga, berdasarkan pengamatan di lingkungan Bogor Barat, kurang gesit dan rendah responsivitasnya," paparnya.
Reza menambahkan situasi KDRT yang berat juga bisa membahayakan jiwa petugas polisi.
"Saya bertanya-tanya, seberapa jauh polisi kita sudah terlatih agar bisa menangani insiden KDRT secara aman?" ucapnya.
Tanpa bermaksud mendramatisasi kejadian di Jagakarsa, Reza khawatir masyarakat kita saat ini sedang berhadapan dengan tanda-tanda suicide epidemic.
"Dalam kasus ini, pelaku sepertinya juga mencoba bunuh diri, tapi gagal. Apa pun itu, bunuh diri sudah menjadi aksi," bebernya.
Dengan asumsi ini merupakan satu kasus yang menandai suicide epidemic dan bertalian dengan KDRT, maka tidak cukup lagi penyikapan kasus per kasus.
"Kita butuh program berskala luas untuk mengatasi KDRT dan bunuh diri. Perlakuan punitive berupa pemenjaraan, misalnya, tidak serta-merta mujarab," imbuhnya.
Reza mengusulkan adanya perlakuan selektif berupa wajib rehabilitasi bagi pelaku.
"Pelaku harus menjalani rehabilitasi, antara lain anger management dan drug intoxification," tandasnya.
(Sumber : Laporan Wartawan TribunnewsDepok.com, Hironimus Rama/Ron)
empat bocah tewas di toilet
empat bocah tewas disekap
KDRT
psikologi forensik
ayah bunuh empat anaknya
Lestarikan Alam Pulau Tidung, Mahasiswa IPB Tanam Pohon Mangrove hingga Transplantasi Karang |
![]() |
---|
Keresahan Danu, Pengendara Motor, Soal Bunyi 'Tot Tot Wuk Wuk' Polisi saat Kawal Pejabat |
![]() |
---|
Dana RT RW Naik, Ketua RW 14 Palmerah Jakbar Bersyukur: Ingin Renovasi Posyandu Sudah Mau Ambruk |
![]() |
---|
Soal Parkir Liar Depan Labschool Rawamangun, Pramono: Mobil Mewah Jangan Merasa Memiliki Tempat Itu |
![]() |
---|
Ajak Viralkan Mobil Pelat Merah Terobos Jalus Busway, Pramono: Bukan Zamannya Lagi Langgar Aturan! |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.