Berita Jakarta
Warga Duri Kosambi Jakbar Tak bisa Tidur Tenang, Lima Tahun Rela Begadang Demi Menampung Air Bersih
Pasalnya, hanya pada jam-jam tersebutlah warga RT 05/01 Duri Kosambi ini mendapatkan pasokan air bersih.
Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Dedy
TRIBUNBEKASI.COM, CENGKARENG — Gara-gara kesulitan mendapatkan air bersih, sejumlah warga RT 05 RW 01 Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat (Jakbar), mengaku tak pernah bisa tidur tenang dalam beberapa tahun terakhir.
Bukan karena sakit atau pikiran yang menumpuk, melainkan karena warga RT 05/01 Duri Kosambi ini harus menampung air bersih setiap harinya mulai pukul 00.00 WIB hingga 04.00 WIB.
Pasalnya, hanya pada jam-jam tersebutlah warga RT 05/01 Duri Kosambi ini mendapatkan pasokan air bersih.
Sementara apabila fajar sudah menyongsong hingga terik matahari tepat berada di kepala, air di rumah-rumah mereka menyusut, sulit keluar, atau keluar secara bergantian.
BERITA VIDEO : KEKERINGAN, WARGA BEKASI TAMPUNG AIR KERUH DI KUBANGAN
Padahal, para warga telah rutin membayar tagihan PAM setiap bulannya dengan nominal yang bervariasi, mulai puluhan hingga ratusan ribu rupiah.
Warta Kota menyambangi permukiman warga di wilayah tersebut, Jumat (13/9/2024).
Dari yang nampak di lokasi, ramai warga yang mengantre di salah satu rumah dengan membawa galon dan ember-ember kosong.
Baca juga: Tiga Kecamatan di Kabupaten Bekasi Jadi Lokasi Kekeringan Terparah, Tiap Hari Air Bersih Dikirim
Mereka meminta air kepada tetangganya yang menggunakan satelit atau air tanah. Hal itu dilakukan karena stok air di rumahnya telah menipis meski mereka sudah menampungnya pada dini hari.
Selain itu, apabila menilik masuk ke area belakang pemukiman, nampak setiap petak kontrakan warga itu, menyediakan galon-galon kosong yang disusun berjajar.
Satu kontrakan saja, bisa menggantung galon hingga 6-9 buah.
Menurut pengakuan warga, galon-galon itu sengaja dipersiapkan apabila air rumahnya menyala sewaktu-waktu.
Sementara menengok ke bagian area lainnya, nampak warga bergantian menampung air saat tiba-tiba kran rumahnya menyala.
"Bu, ini saya nyala. Tampung ayo tampung," teriak salah satu warga dari rumah kontrakannya kepada tetangga selang 1 pintu.
BERITA VIDEO : PULUHAN TAHUN TAK DAPAT PELAYANAN AIR BERSIH
"Belum bu, di saya masih mati. Gantian airnya, situ nyalain, saya belum nyala. Enggak apa, ibu Nay dulu, nanti baru saya," jawabnya.
Diakui warga, antara satu kontrakan dengan kontrakan lainnya memiliki waktu nyala air yang berbeda-beda.
Jika air di satu rumah mengalir, maka akan ada beberapa rumah yang mengalah dahulu untuk kemudian bergantian.
Walhasil, banyak warga yang mengaku sangat kesulitan dan kecapean karena beban pekerjaannya bertambah di samping aktifitas hariannya.
"Kami bayar kadang Rp 45.000 atau Rp 50.000 per-bulan, tapi pernah (bayar besar) itu hampir Rp 150.000, tapi ya tetap kondisinya kadang nyala kadang mati," kata salah saru warga bernama Naila (40) saat ditemui di lokasi, Jumat.
Pernah komplain ke PAM
Menurutnya, ia dan warga lain sudah sering melakukan komplain hingga bertanya pada petugas PAM yang datang.
Namun, mereka hanya diarahkan untuk membuat pengaduan lewat call center. Dan tidak ada perubahannya hingga hari ini.
"(PAM datang) paling ngecek kilometer doang. Dulu udah pernah orang PAM datang tapi tetap aja sama (sulit alir)," kata Naila.
Naila sendiri sehari-hari begadang demi menampung air. Namun, apabila mendesak, mau tidak mau ia menarik air tanah dari rumah warga yang memasangnya.
"Jadi airnya itu kadang sekarang nyala, sampai pukul 15.30 WIB aja, nanti nyala lagi pukul 00.00 WIB, 01.30 WIB, sampai 04.00 WIB udah mati lagi," jelas Naila.
"Apalagi kalau pagi, enggak pernah nyalain air pagi, karena ya enggak ada, isi angin aja. Nyuci aja kadang laundry," jelas dia.
Sementara itu, warga lain bernama Supriyanti (61) mengaku sulitnya air di wilayahnya itu sudah terjadi selama 5 tahun terakhir.
"Matinya air ini untuk saya pribadi sudah lama kurang lebih 5 tahun ada, air tidak lancar bahkan tidak keluar. Saya harus beli untuk konsumsi air, satu pikul Rp 9.000," ujar Supriyanti saat ditemui di lokasi, Jumat.
Lantaran sulitnya air tersebut, Supriyanti sampai harus ikut memasang air tanah agar bisa beraktifitas normal.
Namun tetap saja, banyak aktifitas yang tak bisa dilakukan pakai air tanah. Seperti mencuci sayuran, ia membutuhkan air PAM untuk membilasnya.
Supriyanti menyampaikan, air di wilayahnya itu rata-rata keluar pada saat dini hari.
Hal itulah yang membuat warga 'sengsara' karena sudah bayar namun tak bisa maksimal menggunakannya.
"Enggak bisa dipercaya kapan keluarnya. Yang jelas keluarnya malam. Semua warga saya mengeluhnya seperti itu antara pukul 02.00 WIB sampai pukul 03.00 WIB, sampai subuh pun jarang," jelas Supri.
"Untuk gang ini batasnya dari situ sampai ke sini (satu baris gang). Yang ke depan itu satu gang, satu titik bisa keluar (airnya) untuk ke arah kiri. Kanan enggak keluar. Apa dia posisinya lebih tinggi, enggak tahu juga. Itu yang saya alami," pungkas dia.
Kini, warga hanya berharap pihak PAM Jaya segera mengatasi krisis menahun ini agar warga bisa beraktifitas normal.
Sementara itu, Warta Kota sudah berupaya mengonfirmasi hal ini kepada Senior Manager Corporate Communication & Office Director PAM Jaya, Gatra Vaganza.
Namun, hingga berita ini ditayangkan, belum ada konfirmasi atau rilis resmi yang diterima Warta Kota.
(Sumber : Wartakotalive.com, Nuri Yatul Hikmah/m40)
Baca berita TribunBekasi.com lainnya di Google News
Ikuti saluran TRIBUN BEKASI di WhatsApp.
Kejagung Diminta Selidiki Dugaan Penyimpangan Perpanjangan Pengelolaan Tol Cawang-Pluit |
![]() |
---|
Pemuda Tewas Terjun Bebas dari Lantai 5 Gemparkan Sejumlah Penghuni Apartemen ITC Roxy Mas |
![]() |
---|
Cerita Warga RW 04 Kembangan Utara Jakbar, Terkejut Saat Wapres Gibran Mendadak Muncul Malam Hari |
![]() |
---|
KJP Pelajar dan KJMU Mahasiswa Bakal Dicabut Jika Terbukti Lakukan Perusakan dan Tindakan Anarkis |
![]() |
---|
Markas Gegana di Kramat Raya Terbakar, 5 Orang Diamankan, Terungkap Penyebabnya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.