Opini

Stop Membully Generasi Z: Saatnya Menghargai Perbedaan, Membangun Kolaborasi

Indonesia Emas 2045 membutuhkan semua elemen generasi untuk saling melengkapi dalam menghadapi tantangan global.

Penulis: | Editor: Ign Prayoga
Istimewa
Indonesia Human Capital Beyond and Summit (IHCBS) pada 13-15 November 2024 di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat. 

Oleh Rennie Wihardani S.H., M.Si

Generasi Z, sebagai kelompok muda yang tumbuh di era digital, sering kali menjadi target stereotip dan kritik yang tidak adil. 

Mereka acapkali diberi label malas dan terlalu bergantung pada teknologi. Ada juga yang menyebut gen Z sebagai generasi tidak tahan banting. 

Sebelum melanjutkan narasi ini, kita perlu bertanya: apakah generasi sebelumnya tidak pernah menghadapi kritik serupa di masanya? 

Bukankah setiap generasi memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing?

Tulisan ini mengajak kita untuk berhenti mem-bully Generasi Z dan beralih fokus pada upaya membangun kolaborasi lintas generasi. 

Sebab, Indonesia Emas 2045 membutuhkan semua elemen generasi untuk saling melengkapi dalam menghadapi tantangan global.

Topik ini juga mengemuka pada Indonesia Human Capital Beyond and Summit (IHCBS) di JIExpo, Kemayoran 13-15 November 2024 dalam session Battle Session of 3Gen outliers: Does Work-Life Fix Exist?

Sesi tersebut menghadirkan Kaylashilla dari Paragon dan Malaikha dari Kompas Bersama Indra Gunawan CEO Bobobox yang mewakili Gen Y dan Rudi Affandi, former HR Director pada Komite Remunerasi LPS.

Dari perbincangan di IHCBS tersebut dapat dipetakan upaya membangun kolaborasi lintas generasi untuk meraih Indonesia Emas 2045.

Kelebihan dan Kelemahan: Perspektif yang Seimbang

Setiap generasi membawa karakteristik unik yang dipengaruhi oleh konteks zaman mereka. Generasi Z, misalnya, memiliki kelebihan luar biasa seperti:

1.    Kemampuan Teknologi Tinggi: Mereka adalah digital natives yang mampu menguasai alat dan platform digital dengan cepat.

2.    Kreativitas: Eksposur yang tinggi terhadap informasi membuat mereka lebih inovatif dan berani mencoba hal baru.

3.    Kesadaran Sosial: Generasi ini memiliki kepedulian tinggi terhadap isu-isu global seperti lingkungan, kesetaraan, dan inklusi.

Namun, sebagaimana generasi lain, Generasi Z juga memiliki kelemahan, di antaranya:

1.    Kurang Pengalaman dalam Komunikasi Tatap Muka: Tingginya penggunaan media sosial membuat mereka lebih nyaman berkomunikasi secara digital dibandingkan secara langsung.

2.    Krisis Konsentrasi: Informasi yang berlimpah dapat memicu multitasking berlebihan dan mengurangi fokus.

Daripada mengkritik kelemahan mereka, lebih baik kita mencari cara untuk membantu mereka mengatasinya.

Kunci Keberhasilan: Adaptasi dan Komunikasi

Dalam membangun sumber daya manusia unggul untuk Indonesia Emas, kemampuan adaptasi adalah kunci. Kemampuan ini mencakup:

1. Adaptasi Antar-Generasi: Kolaborasi lintas generasi adalah jalan untuk menciptakan harmoni.

Generasi Z dapat belajar dari generasi sebelumnya tentang etos kerja dan ketahanan. Sebaliknya, generasi yang lebih tua dapat belajar tentang teknologi dan kreativitas dari gen Z.

2. Peningkatan Kemampuan Komunikasi: Komunikasi yang efektif harus menjadi fokus pembelajaran. Keterampilan berbicara di depan umum, empati dalam mendengarkan, dan pemahaman lintas budaya perlu terus diasah.

Membangun Ekosistem yang Mendukung

Untuk memaksimalkan potensi Generasi Z, penting bagi kita membangun ekosistem yang mendukung yan mencakup:

1. Lingkungan Belajar yang Inklusif: Pendidikan harus menekankan pada kerja sama, bukan kompetisi destruktif.

2. Kebijakan di Tempat Kerja: Perusahaan perlu memberikan ruang bagi Generasi Z untuk berinovasi sambil memandu mereka dengan mentorship dari generasi lebih senior.

3. Kampanye Anti-Bullying: Edukasi tentang dampak negatif bullying perlu terus disuarakan, baik di lingkungan sekolah, kampus, maupun tempat kerja.

Kesimpulan

Generasi Z bukanlah ancaman atau beban. Mereka adalah bagian penting dari perjalanan bangsa menuju visi Indonesia Emas. 

Daripada mem-bully, mari kita bangun kesadaran bahwa setiap generasi memiliki kelebihan dan kelemahannya sendiri.

Dengan adaptasi dan komunikasi yang baik, potensi mereka dapat menjadi kekuatan besar bagi kemajuan bangsa. Saatnya berkolaborasi, bukan menghakimi!


Penulis: Rennie Wihardani S.H., M.Si

CEO Tempopress International Deliver, founder Sahabat Generasi Emas

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved