Berita Bekasi

Pemkab Bekasi Targetkan Angka Stunting Turun Dibawah 10 Persen, Sri Enny: Semua Harus Berkolaborasi

Pendatang baru kadang membawa tambahan masalah kesehatan, termasuk stunting pada anak.

Penulis: Muhammad Azzam | Editor: Dedy
Istimewa
TARGETKAN PENURUNAN STUNTING --- Pemerintah Kabupaten Bekasi menargetkan angka prevalensi stunting turun ke satu digit atau di bawah 10 persen. Saat ini angka stunting di Kabupaten Bekasi mencapai 18,4 persen pada tahun 2024. (foto dokumentasi) 

TRIBUNBEKASI.COM, BEKASI --- Pemerintah Kabupaten Bekasi menargetkan angka prevalensi stunting turun ke satu digit atau di bawah 10 persen.

Saat ini angka stunting di Kabupaten Bekasi mencapai 18,4 persen pada tahun 2024.

Asisten Daerah I Setda Kabupaten Bekasi Sri Enny Mainiarti mengatakan, pihaknya terus berupaya menekan angka stunting.

Terbukti awalnya angka stunting 23,2 persen dan turun menjadi 18,4 persen pada tahun 2024.

Baca juga: Bantu Atasi Stunting di Kabupaten Bekasi, Alfamart Hadirkan Program Satu Hari Satu Telur

"Dan untuk tahun 2025 kami targetkan bisa turun angkanya dibawah 10 persen," kata Sri Enny di Cikarang pada Kamis (14/8/2025).

Ia menjelaskan, penurunan angka stunting merupakan hasil kerja kolaboratif antar Organisasi Perangkat Daerah (OPD) serta dukungan dari pihak luar pemerintah seperti Baznas, pelaku industri, perguruan tinggi dan masyarakat.

“Prinsipnya, rencana aksi dikerjakan bersama-sama oleh OPD Kabupaten Bekasi dan lintas sektor lainnya. Semua berkolaborasi,” kata Sri Enny.

Ia menyebutkan, pihaknya juga melakukan delapan aksi konvergensi meliputi analisis situasi, penyusunan rencana kegiatan, rembuk stunting di tingkat kabupaten dan kecamatan, hingga penetapan regulasi di daerah.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan melalui aplikasi e-PPGBM 2024, tercatat sebanyak 3.948 anak mengalami stunting di Kabupaten Bekasi.

Urbanisasi disebut sebagai salah satu faktor munculnya kasus baru stunting. Pendatang baru kadang membawa tambahan masalah kesehatan, termasuk stunting pada anak.

“Jadi yang terpenting bukan hanya menurunkan angka, tapi memastikan anak-anak benar-benar terbebas dari stunting,” ujar Sri Enny.

Plt. Kepala Bappeda Kabupaten Bekasi Ida Farida menambahkan, pencegahan stunting harus dimulai sejak usia remaja, terutama remaja putri.

Edukasi kesehatan, pemberian tablet tambah darah, dan kesiapan sebelum menjadi ibu dilakukan melalui kolaborasi Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, dan Diskominfosantik.

Penanganan stunting di Kabupaten Bekasi dilakukan secara terintegrasi lintas sektor, mulai dari aspek kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, hingga ketahanan pangan.

“Tidak cukup hanya memberi makanan tambahan. Semua harus melihat dari hulunya, termasuk sanitasi, lingkungan, dan pola asuh,” kata Ida.

BERITA VIDEO : TALKSHOW SIRNA STUNTING, PERAN AYAH DALAM MEMBENTUK KELUARGA BERKUALITAS

 

Program penurunan stunting didukung oleh APBN, CSR perusahaan, dan partisipasi aktif masyarakat. Sementara APBD berperan sebagai dana stimulus awal.

“APBD itu sifatnya stimulus, tidak bisa menyelesaikan semua. Semua stakeholder harus ambil peran,” ujarnya.

Ida juga menyebut pentingnya peran media massa dalam mengedukasi masyarakat mengenai gizi seimbang, sanitasi, serta pemanfaatan pangan lokal.

Salah satu contoh yang disampaikan adalah daun kelor yang mudah dibudidayakan dan kaya gizi.

Dengan kolaborasi lintas sektor, Pemkab Bekasi optimistis angka stunting akan terus menurun meskipun tantangan seperti pertumbuhan penduduk dan urbanisasi tetap menjadi perhatian utama. (maz)

Baca berita TribunBekasi.com lainnya di Google News

Ikuti saluran TRIBUN BEKASI di WhatsApp 

 

 


 
 
 
 
 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved