TRIBUNBEKASI.COM - Aksi penganiayaan terjadi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (30/10/2022).
Seorang wanita berinisial NU (26) jadi korban penganiayaan oleh pacarnya sendiri.
Diduga kuat, pacar korban cemburu lantaran berpelukan dan cipika-cipiki (cium pipi kanan dan kiri) bersama dengan teman transpuannya.
Kejadian itu lantas viral setelah akun twitter @menyeduhkan, membagikan kisah dan potret wajah NU yang babak belur.
Baca juga: Diduga Cemburu Terlalu Akrab dengan Transpuan, Wanita Ini Dianiaya Kekasihnya Sampai Babak Belur
Baca juga: Aniaya 3 Bocah di Dalam Musala, Seorang Pria Jadi Tersangka
Baca juga: Terbakar Api Cemburu, Pemuda 20 Tahun Tusuk Saingannya di Taman Danau Segara City
Kepada Wartakotalive.com, NU pun membagikan kisahnya.
Menurutnya, kejadian penganiayaan bermula pada tanggal 29 Oktober 2022, sekira pukul 22.00 WIB.
Saat itu, NU bersama pacarnya bernama Dika, pergi ke salah satu bar yang ada di Cikini, Jakarta Pusat.
Keduanya bahkan masih tampil mesra dan tidak ada masalah apapun.
"Aku dan dia (Dika), menghadiri pernikahan sepupu. Kami pulang pukul 21.00 WIB."
"Sebelum pulang itu, kami ke kafe karena mau menghabiskan waktu di Jakarta,"
"Aku jarang ke Jakarta," kata NU saat dihubungi Wartakotalive.com, Minggu (18/12/2022).
Setelah sampai di lokasi, kata NU, tempat itu dalam kondisi penuh, sebab malam Minggu.
Sehingga, ia dan sang pacar tak mendapat meja.
Secara kebetulan, NU bertemu temannya dan memutuskan untuk bergabung.
"Akhirnya ngobrol, kumpul-kumpul dan temanku terus berdatangan," ujar NU.
Kemudian, beberapa teman NU yang transpuan, mengajak cipika-cipiki dan lempar salam peluk.
Saat itu, tiba-tiba pacarnya berubah emosi dan marah besar
Diduga, ia cemburu lantaran NU sangat akrab bersama teman transpuannya itu.
"Enggak tahu kenapa, hari itu dia bisa marah besar ketika aku say greeting sama teman-teman transpuanku."
"Biasa cipika-cipiki, hug (peluk), udah itu saja. Padahal dia tau lingkunganku banyak yang seperti itu," jelas NU.
Sadar jika emosi Dika tak terkendali lagi, NU mengambil tas dan beranjak pulang meninggalkannya.
Tetapi, Dika yang meradang sedari tadi, lantas menyeret NU ke arah parkiran.
Saat itu NU menegaskan kepada Dika, jika ia hendak pulang sendiri dan tak mau satu mobil bersamanya.
"Sedihnya, karena dia dalam keaadan sadar. Tidak minum dan tidak dalam keadaan mabuk," tutur NU.
Saat menunggu mobilnya datang, pelaku yang tidak terima dengan jawaban NU.
Lalu, langsung melakukan penganiayaan ke pacarnya sendiri.
NU mengaku dicekek dan diseret hingga jatuh.
Tak hanya itu, setelah mobil Dika datang, NU diseret masuk secara paksa.
Saat itulah, tanpa henti Dika menjambak rambut NU.
"Semakin aku merengek enggak mau ikut, semakin aku dijambak. Selama di mobil juga, dia sempet tampar aku karena aku merengek enggak mau pulang sama dia," jelasnya.
NU menambahkan, saat di tengah perjalanan, ia mencoba kabur dengan meloncat.
Saat pintu mobil terbuka, pelaku lantas menekan rem secara mendadak.
NU sempat berhasil lari ke luar, namun Dika mengejarnya.
Sehingga ia ditarik masuk kembali oleh sang pacar ke dalam mobil.
Rupanya, Dika membawa NU ke kosannya.
"Sekitar pukul 02.00, tanggal 30 Oktober 2022, sampailah aku di kosannya."
"Aku tetap enggak mau turun. Tapi satpam membujukku untuk nurut apa kata Dika," kata NU.
Menurutnya, satpam tersebut sangat nurut sekaligus takut dengan pacarnya.
Sehingga ia minta NU untuk naik ke lantai lima yang adalah kamar Dika.
"Dengan keadaan kaya gini, aku tetap enggak mau turun."
"Karena ini kejadian aku alami dua kali, jadi aku udah punya rasa takut yang tinggi," jelas NU.
Sebelumnya, NU masih memberi maaf untuk Dika, lantaran ia berjanji tidak mengulanginya lagi.
Namun, yang terjadi justru sebaliknya.
Singkat cerita, kata NU, ia dibantu naik oleh satpam ke lantai lima.
Ketika sampai di lantai ketiga, NU mencoba melarikan diri lagi karena sadar dirinya tak aman.
Namun, upayanya itu berhasil digagalkan Dika.
NU mengaku, saat itu ia diseret seperti binatang ke kamarnya satpam tersebut, di lantai tiga.
Di tempat tersebut, NU kembali mendapat penyiksaan yang bertubi-tubi.
Tubuhnya didorong dan dilempar hingga mengenai tembok.
"Semakin aku minta pulang, aku semakin disiksa. Berselang agak lama, aku diseret lagi sampai lantai lima," tutur NU.
NU bersaksi, saat dirinya diseret itu, pinggangnya ditendang agar cepat masuk ke kamarnya.
"Aku nurut sama dia buat masuk ke kamarnya, tapi aku disiksa, didorong, dipukul terus sampai aku pasrah dan ketiduran. Aku bangun jam enam atau tujuh pagi," jelas NU.
Sadar NU sudah bangun dan berusaha keluar dari kamarnya, pelaku yang adalah Dika, berdalih jika ia sudah membuang kuncinya ke luar kamar.
Saat itu, NU merasa pupus harapan.
Tak pikir panjang, ia mengambil pisau dan menodongkannya ke lehernya sendiri.
"Aku sudah pasrah, karena enggak mau di kamar sama dia, mau pulang," kata NU.
Saat hal itu terjadi, pelaku lantas merampas pisau dari tangan NU.
Kemudian bersujud dan minta maaf, sambil menangis.
Dia merasa khilaf tatkala melihat wajah NU yang sudah babak belur.
"Dia bilang mau rawat sampe berminggu-minggu, berbulan-bulan, sampai aku sembuh baru boleh keluar," kata NU.
Namun, NU sempat berpikir jika ia menurut lagi dengan pelaku, keluarga dan sekelilingnya tak akan tahu jika ia pernah disiksa.
Akhirnya, kata NU, ia meminta handphone-nya dan berkata jika ia ingin pulang.
Tak terima, pelaku pun kembali naik pitam.
NU kembali mendapatkan penyiksaan, mulai dari ditampar, ditonjok, dan dicekek sampai sulit bernapas.
"Aku tendang perut dia karena aku benar-benar enggak bisa napas. Aku juga udah enggak bisa lihat,"
"Karena mataku bengkak penuh darah, wajahku kebal (baal), termasuk bibir," ungkap NU.
Dengan situasi yang tak berdaya, NU akhirnya pasrah dan sujud di kakinya.
NU minta handphone-nya dan dipulangkan.
NU berdalih, jika ia akan menelpon orang tuanya, dan beri tahu dengan caranya sendiri agar pelaku tak kena marah.
Atas alibi itu, pelaku pun bersedia dan berikan handphone-nya kepada NU.
Kesempatan itu dimanfaatkan NU untuk menghubungi ibu dan rekannya.
Hal itu agar dijemput karena NU mau ke rumah sakit lantaran kepalanya merasa pusing.
Akhirnya NU diberi keluar sekira pukul 15.00 WIB oleh pelaku.
NU kemudian jalan ke daerah Tebet dan bertemu teman yang bisa menolongnya.
"Temanku langsung kompres lukaku dan bilang agar dibawa ke kantor polisi."
"Awalnya aku enggak mau, temanku maksa dan minta agar divisum," jelas NU.
Kemudian, NU bersama temannya itu lantas pergi ke Polres Jakarta Pusat untuk buat laporan dan ajukan permohonan visum.
Didampingi polisi, NU menjalahi visum selama tiga setengah jam, mulai pukul 19.00 hingga pukul 22.30 WIB.
"Hasil visumku gegar otak ringan, sensor cahaya mataku kena fraktur leher belakang," ucapnya.
Lebih lanjut NU menuturkan, hingga kini belum ada kejelasan terkait laporan yang sudah dibuatnya.
Padahal, dirinya sudah membuat laporan ke Polres Metro Jakarta Pusat sejak akhir Oktober 2022 lalu.
"Aku bingung, sudah visum, sudah BAP, setelah aku dirawat dan mendingan aku BAP."
"Terus saksi-saksi juga udah, entah kenapa sampai sekarang belum ditangkep, dan pelaku enggak ada minta maaf sama sekali," tuturnya.
NU berharap laporannya segera di proses pihak kepolisian agar pelaku segera diproses dan ditangkap.
"Aku berharap enggak ada korban lain. Cepat ditangkap orangnya dan ganti rugi atas hampirnya aku hilang nyawa," ujarnya.
(Wartakotalive.com/M40)