Sementara itu, NU menggunakan metode rukyatul hilal di mana tanggal 1 Syawal baru ditentukan apabila ketinggian hilal mencapai minimal 3 derajat.
"Sementara yang satu lagi menetapkan standar batasan kapan. Walaupun sudah diatas ufuk itu, kapan dinyatakan sebagai tanggal 1 Syawal dan itu ditetapkan sebagai minimum 3 derajat. Maka ketika kondisi bulan di bawah tiga derajat itu yang kemudian terjadi perbedaan," ungkap Muhadjir.
Meski begitu, ia membebaskan masyarakat untuk memilih metode penghitungan hilal sesuai dengan kepercayaan dan keyakinannya.
"Silakan saja yang lebaran tanggal 21 April silakan, yang tanggal 22 April, silahkan. Pemerintah memberikan ruang seluas-luasnya untuk umatnya, karena itu bukan suatu pemaksaan. Jadi ini soal keyakinan, karena itu siapa pun boleh membuat pilihan dengan alasannya masing-masing," katanya. (abs)
Baca berita TribunBekasi.com lainnya di Google News