PKB Dukung Presiden Prabowo Ambil Alih 51 Persen Saham BCA untuk Selamatkan Uang Negara

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Kantor BCA. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mendukung usulan agar pemerintah mengambil alih 51 persen saham Bank Central Asia (BCA).

Kasus skandal Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) adalah salah satu skandal korupsi terbesar di Indonesia yang melibatkan penyalahgunaan dana talangan untuk bank-bank bermasalah saat krisis ekonomi tahun 1997/1998. 

Dana BLBI yang seharusnya digunakan untuk menstabilkan sistem perbankan, justru banyak diselewengkan dan mengakibatkan kerugian negara yang sangat besar. 

Kinerja BCA

Dikutip dari berbagai sumber, laba bersih PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencapai Rp 29 triliun pada semester I 2025 atau tumbuh 8 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Pertumbuhan laba ini didorong oleh peningkatan penyaluran kredit dan pendapatan bunga bersih. 

Sebagai pengingat, BCA (Bank Central Asia) didirikan pada 21 Februari 1957 oleh Sudono Salim (Liem Sioe Liong) di Semarang, Jawa Tengah.

Bank yang dikuasai taipan Sudono Salim ini tak sepenuhnya kinclong. Pada tahun 1998, BCA terkena dampak krisis moneter.

Setahun kemudian, BCA menjalani program rekapitalisasi dengan pemerintah Indonesia melalui Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) yang mengakuisisi mayoritas saham BCA. 

BCA kemudian memulai fase pengembangan bisnis baru dengan meluncurkan berbagai layanan perbankan elektronik seperti KlikBCA, m-BCA, Debit BCA, dan kartu prabayar Flazz. 

Pada 2002, Pemerintah Indonesia melalui BPPN melakukan divestasi (penjualan saham) dari BCA ke pihak swasta, termasuk Farindo Investment (Mauritius) Limited yang di dalamnya terdapat Djarum Group. 

Saat ini, BCA menjadi bank swasta terbesar di Indonesia dan terdaftar sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia (BEI). 

Mayoritas saham BCA dimiliki oleh PT Dwimuria Investama Andalan, sebuah perusahaan yang dikendalikan oleh keluarga Hartono (Djarum Group).