Gempa Megathrust

Hadapi Ancaman Megathrust, BNPB Bakal Bangun Layanan Info Peringatan Langsung Diterima Masyarakat

Di Indonesia, ada 13 titik gempa megathrust dan ratusan sesar aktif. Pihaknya melakukan monitoring rutin setiap hari. 

Penulis: Muhammad Azzam | Editor: Dedy
Dokumentasi
EDUKASI BENCANA MEGATHRUST --- Kegiatan program Indonesia Re Mengajar yang menyasar generasi muda dengan tema “Mitigasi Risiko Terjadinya Gempa Megathrust” di Balai Peristirahatan Arga Sonya (BPAS) Cisarua, Bogor beberapa waktu lalu. 

TRIBUNBEKASI.COM, BEKASI --- Program Indonesia Re Mengajar memberikan edukasi kepada mahasiswa terkait mitigasi risiko terjadinya gempa Megathrust.

Kegiatan mitigasi risiko gempa megathrust ini sebagai bagian dari komitmen Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) perusahaan dari PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero).

Sebagai BUMN Reasuransi, Indonesia Re memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas sektor keuangan nasional melalui pengelolaan risiko, sekaligus memberikan perlindungan bagi masyarakat dan perekonomian negara dari ancaman gempa megathrust.

Namun, pemahaman masyarakat mengenai peran dan fungsi BUMN Reasuransi masih terbatas.

Baca juga: Inilah Lokasi Sawah di Desa Kutalanggeng Kecamatan Tegalwaru Karawang yang Jadi Titik Pusat Gempa

Oleh karena itu, program Indonesia Re Mengajar hadir untuk meningkatkan literasi asuransi sekaligus memperluas wawasan publik tentang pentingnya peran reasuransi dalam menjaga ketahanan bangsa menghadapi risiko bencana.

“Melalui Indonesia Re Mengajar, kami berupaya memperkaya pemahaman generasi muda tentang risiko kebencanaan, ini sejalan dengan misi Indonesia Re untuk mengedukasi dan meliterasi masyarakat," kata Direktur Manajemen Risiko, Kepatuhan, SDM dan Corporate Secretary Indonesia Re,
Robbi Yanuar Walid, dalam keterangan pada Sabtu (4/10/2025).

Ia mengharapkan kegiatan ini dapat mendorong kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan industri reasuransi dalam mitigasi bencana.

Acara ini mengangkat topik mengenai gempa megathrust sebagai respons strategis terhadap meningkatnya urgensi kesadaran risiko bencana di Indonesia.

Gempa jenis ini memiliki karakteristik yang berpotensi menimbulkan gempa bumi berkekuatan besar hingga tsunami.

Program ini menghadirkan para pakar kebencanaan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), serta praktisi reasuransi dari Indonesia Re.

Dengan pendekatan berbasis data ilmiah dan riset terkini, peserta berkesempatan berdiskusi langsung, mengajukan pertanyaan, serta memperoleh klarifikasi terkait aspek risiko kebencanaan maupun kaitannya dengan peran asuransi.

"Industri reasuransi juga berperan dalam pengembangan kerja sama teknologi kebencanaan," katanya.

Kepala Departemen Riset Industri Indonesia Re, Fiza Wira Atmaja, menyebutkan mitigasi bencana perlu diperhitungkan perusahaan reasuransi tidak hanya dari segi kapasitas tetapi juga kapabilitas.

Dalam konteks tersebut, industri asuransi dan reasuransi memiliki peran krusial untuk mengurangi beban ekonomi bagi pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat.

Meningkatkan ketahanan finansial dalam pemulihan pascabencana. Serta mendorong penerapan building code tahan gempa melalui insentif asuransi.

"Catastrophe Analyst di Indonesia ini masih sangat sedikit, padahal negara kita sangat rentan terhadap bencana. Pemahaman terhadap potensi terjadinya bencana perlu diperdalam lewat riset, sebagaimana yang telah kami lakukan selama ini di Indonesia Re dan dibagikan kepada publik," beber dia.

Lebih lanjut, Fiza menyebut, Indonesia Re ke depan juga akan mengadakan riset kolaborasi dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk membangun tools yang dapat menganalisis risiko bencana. 

Hal terkait kolaborasi antar-instansi untuk mitigasi risiko bencana juga disampaikan oleh Pepen Supendi, Penanggung Jawab Data Gempa Bumi dan Tsunami BMKG.

Pepen memaparkan peta-peta zona subduksi aktif yang menjadi sumber gempa megathrust di Indonesia. Pepen juga menjelaskan tentang sistem monitoring BMKG dan mekanisme peringatan dini yang tersebar di berbagai titik di Indonesia. 

“Sebagai lembaga hulu, kami menyajikan data yang digunakan untuk pembentukan kebijakan," katanya.

Di Indonesia, ada 13 titik gempa megathrust dan ratusan sesar aktif. Pihaknya melakukan monitoring rutin setiap hari. 

Dari data tersebut, bekerjasama dengan stakeholders di lapangan, menginformasikan kepada masyarakat, agar risiko bencana dapat diminimalisir.

Hal ini juga ditekankan oleh Direktur Mitigasi Bencana BNPB, Zaenal Arifin. Zaenal menyebut, Indonesia masuk dalam daftar 35 negara dengan potensi risiko bencana paling tinggi di dunia, mengacu pada World Bank.

Arifin menekankan kesiapsiagaan menjadi tugas bersama dalam menghadapi ancaman gempa megathrust.

Kesiapsiagaan bukan sekadar kesiapan fisik infrastruktur, tetapi juga kesiapan manusia dalam hal pengetahuan, simulasi dan respon cepat saat bencana terjadi.

Ke depan, BNPB berencana membangun layanan peringatan yang bisa diterima real-time oleh seluruh masyarakt indonesia melalui gawai.

BERITA VIDEO : BEGINI POTRET KERUSAKAN BANGUNAN DI KARAWANG AKIBAT GEMPA MAGNITUDO 4,9

Sebagai penutup sesi, Fakih Wahyudi, akademisi dari Sekolah Tinggi Manajemen Risiko dan Asuransi, menekankan pentingnya tiga langkah kunci mitigasi gempa megathrust yang dapat diadopsi oleh masyarakat dan pemangku kepentingan.

“Mitigasi gempa megathrust dimulai dari kesiapan melalui edukasi publik dan simulasi bencana, dilanjutkan dengan respon cepat dan terkoordinasi saat bencana terjadi, serta diakhiri dengan pemulihan yang mencakup rehabilitasi, rekonstruksi, dan pemulihan ekonomi-sosial,” ujar Fakih.

Kegiatan Indonesia Re Mengajar 2025 diharapkan dapat memperkuat literasi risiko dan perasuransian, sekaligus menumbuhkan kesadaran bersama akan pentingnya mitigasi risiko gempa megathrust melalui sinergi lintas sektor.

Program ini sendiri telah berjalan sejak 2016 dan konsisten hadir di berbagai daerah di Indonesia diantaranya Mamuju, Kendari, Ambon, Yogyakarta, Bandung, Padang hingga Labuan Bajo.

Sebanyak ribuan peserta telah dilibatkan dari berbagai daerah dengan berbagai latar belakang mulai dari murid, mahasiswa maupun petani. Program ini menjadi bukti nyata komitmen Indonesia Re dalam mendukung literasi dan berbagi pengetahuan di berbagai lapisan masyarakat. (maz)

Baca berita TribunBekasi.com lainnya di Google News

Ikuti saluran TRIBUN BEKASI di WhatsApp 

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved