Berita Kesehatan
Selain Prokes, Beri Vaksinasi dan Jaga Daya Tahan Tubuh, Berikut Tips Agar Anak Rileks Saat Pandemi
penularan Covid-19 pada anak umumnya terjadi lewat orang dewasa di sekitarnya yang tidak taat protokol kesehatan.
Penulis: Lilis Setyaningsih | Editor: Dedy
TRIBUNBEKASI.COM --- Indonesia menjadi sorotan tersendiri bagi dunia dalam penanganan Covid-19.
Pasalnya, data menunjukkan angka kematian anak di Indonesia akibat Covid-19 tertinggi di dunia.
Data itu berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang menunjukkan angka kematiannya mencapai 3—5 persen.
Dari seluruh data anak yang meninggal, 50 persen adalah balita.
Sebagai perbandingan dengan Amerika Serikat (AS), American Academy of Pediatric melaporkan kematian anak akibat Covid-19 di AS adalah 0,22 persen.
Baca juga: Dani Ramdan Bertekad Menurunkan Penderita Stunting di Kabupaten Bekasi Menjadi Enam Persen pada 2022
Baca juga: Puskesmas Nyatakan Vaksin Pfizer Aman untuk Masyarakat, Terpenting Lakukan Ini Sebelum Suntik
Dr. Natasya Ayu Andamari, Sp.A, dalam #GoodTalksSeries yang diadakan Good Doctor dan The Asian Parent mengatakan gejala yang paling umum pada anak-anak adalah batuk atau demam.
Dilansir dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), tinjauan sistematis baru-baru ini memperkirakan bahwa 16 persen anak-anak dengan infeksi Covid-19 tidak menunjukkan gejala.
Ia mengatakan, penularan Covid-19 pada anak pada umumnya terjadi lewat orang dewasa di sekitarnya yang tidak taat protokol kesehatan.
Misalnya, tidak segera berganti pakaian dan mencuci tangan setelah beraktivitas di luar rumah.
Oleh karena itu, orangtua harus tetap waspada dengan mematuhi prokes dan tidak mengajak anak-anak untuk keluar rumah dulu.
Fakta lain menunjukkan anak kecil dan yang berusia lebih tua memiliki kemungkinan yang sama untuk terinfeksi.
Mengutip gooddoctor.co.id, sebuah studi komprehensif dari Korea Selatan menunjukkan anak dalam rentang usia kurang dari 10 tahun memiliki kemungkinan risiko penularan Covid-19 yang lebih kecil daripada orang dewasa.
Namun, anak-anak yang berusia 10 tahun atau lebih dapat menularkan virus ini dalam tingkat yang sama dengan orang dewasa.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan bahwa anak-anak dan orang dewasa memiliki kemungkinan yang sama untuk menularkan virus ke kontak erat mereka.
Vaksinasi
Dr. Natasya Ayu memaparkan, selain menjalankan protokol kesehatan dengan ketat, vaksinasi untuk anak usia 12 tahun ke atas tetap harus dilakukan. CDC mengatakan bahwa vaksin Covid-19 aman dan efektif.
Vaksin dapat mencegah seseorang terkena dan menyebarkan virus yang menyebabkan Covid-19.
Vaksin Covid-19 juga mencegah sakit parah bahkan jika memang terkena Covid-19.
"Dengan divaksinasi, anda dapat melindungi orang-orang di sekitar anda, terutama orang-orang yang berisiko tinggi terkena penyakit parah akibat Covid-19. Orangtua yang ingin melindungi anak-anak, jangan tunda untuk segera divaksinasi.
Orangtua yang telah divaksinasi tidak hanya melindungi diri mereka sendiri, tetapi juga melindungi anak-anak mereka," ujarnya.
Dilansir dari Sehat Negeriku, sampai dengan 29 Juni 2021 tercatat hampir 260 ribu kasus terkonfirmasi Covid-19 merupakan anak usia 0—18 tahun.
Dari jumlah itu, lebih dari 108 ribu kasus merupakan anak-anak rentang usia 12—17 tahun.
Fakta ini menjadi salah satu pertimbangan pemerintah untuk melaksanakan vaksinasi pada anak dalam usia tersebut.
IDAI dalam Surat Rekomendasinya tertanggal 28 Juni 2021 juga menyetujui imunisasi pada anak umur 12—17 tahun.
Dengan pertimbangan jumlah subjek uji klinis memadai, tingginya mobilitas dan kemungkinan berkerumun di luar rumah, dan mampu menyatakan keluhan KIPI (kejadian ikutan pasca imunisasi) bila ada.
Vaksinasi untuk anak usia 12-17 tahun itu menggunakan vaksin Covid-19 produksi PT Biofarma (Sinovac).
Vaksinasi yang telah dilakukan sejak tanggal 1 Juli 2021 itu setelah memperoleh rekomendasi dari Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional atau Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) dan persetujuan penggunaan dari BPOM.
Selain itu, anak-anak harus divaksin Covid-19 karena 16 persen anak-anak dengan infeksi Covid-19 tidak menunjukkan gejala.
Orang yang divaksinasi lengkap, menurut CDC, lebih kecil kemungkinannya untuk dirawat di rumah sakit dibandingkan dengan mereka yang tidak divaksinasi.
Vaksin memang tidak bisa melindungi sampai 100 persen.
Oleh karena itu, tetap wajib menerapkan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.
CDC menyarankan untuk mencuci tangan, memakai masker, menghindari kontak dekat atau menjaga jarak, serta menutupi batuk dan bersin.
Terkait fakta di atas, Good Doctor membuat video pendek sosialisasi Covid-19 untuk anak-anak dengan cara yang menarik dan mudah dipahami
Jaga Daya Tahan Tubuh Mereka
Kesehatan seorang anak tergantung pada kekebalan tubuhnya. Apalagi di masa pandemi ini, daya tahan tubuh si kecil harus dioptimalkan.
Untuk menjaga imunitas anak, dr. Natasya Ayu Andamari, Sp.A, dokter spesialis anak Good Doctor menyarankan:
1. Pastikan anak mengonsumsi makanan bergizi lengkap,
2. Pastikan anak memiliki waktu tidur yang cukup,
3. Lengkapi imunisasi dasar anak sebagai proteksi diri,
4. Beri contoh kepada anak untuk menerapkan protokol kesehatan. Mulai dari yang paling sederhana, mencuci tangan dengan sabun dan menggunakan masker,
5. Konsumsi vitamin D dan C.
Buat Mereka Rileks
Selain memerhatikan kondisi fisik, masalah psikologis anak harus diperhatikan.
Samanta Elsener, M.Psi., Psikolog anak dan keluarga menjelaskan, saat ini bisa dikatakan, anak-anak di Indonesia sedang mengalami masa sulit.
Mereka tidak bisa belajar bersama para guru dan teman-teman, bermain, dan bergaul karena ada pembatasan sosial.
Kondisi tersebut tentu berpengaruh pada kondisi mentalnya.
Untuk mengatasinya, Samanta memberikan tip agar anak rileks.
1. Pastikan waktu tidur tercukupi karena saat tidur kerja otak anak melambat sehingga tubuh menjadi rileks.
2. Ajak anak untuk mengidentifikasi jenis emosi yang dirasakan dan tawarkan solusi yang membuatnya lebih nyaman.
3. Lakukan hobi bersama anak. Misalnya, memasak, berkebun, bernyanyi atau melukis. Kegiatan ini dapat dilakukan bergantian atau dikombinasikan antara hobi si kecil dan orangtua.
4. Berikan pelukan hangat pada anak. Saat orang tua memeluk anak 8 kali sehari dengan durasi 20 detik, hal itu dapat membuat si kecil rileks.