Berita Bekasi

Warga Bantaran Kali Cilemahabang Minta Akses Jembatan dan Pintu Air Ditinggikan, Ini Alasannya

Ia menjelaskan butuh waktu berhari-hari untuk membersihkan sampah yang tersangkut di jembatan dan pintu air.

Penulis: Rangga Baskoro | Editor: Dedy
TribunBekasi.com
Jembatan Kali Cilemahabang yang diminta warga untuk ditinggikan agar sampah-sampab tak tersangkut. 

TRIBUNBEKASI.COM, CIKARANG UTARA --- Warga yang tinggal di sekitar Kali Cilemahabang, Desa Karangasih, Kecamatan Cikarang Utara, berharap agar Pemerintah Kabupaten Bekasi membongkar akses jembatan dan pintu air.

Pasalnya, jembatan dan pintu air yang dibuat rendah menyebabkan sampah tersangkut sehingga terjadi penumpukan.

"Kalau bisa ini jembatan dibongkar, terus ditinggiin, pintu airnya juga. Soalnya sampah-sampah suka kesangkut di situ," ucap seorang warga bernama Dien saat ditemui di lokasi, Senin (4/10/2021).

Ia menjelaskan butuh waktu berhari-hari untuk membersihkan sampah yang tersangkut di jembatan dan pintu air.

Baca juga: Belum Sebulan Disidak Pj Bupati Bekasi, Kali Cilemahabang Hitam Lagi

Baca juga: Kali Cilemahabang Tercemar Jadi Hitam Pekat, 8.000 Warga Grand Cikarang City Kesulitan Air Bersih

Terlebih lagi, warga terkendala keterbatasan alat berat.

"Kalau yang nyangkut gelondongan kayu kan kita juga susah angkatnya. Waktu itu saya ikut bantu bersihin sama warga juga. Dua hari juga belum selesai ngangkutin sampah," ungkapnya.

Belum lagi, mereka juga dipusingkan mana kala terjadi banjir akibat meluapnya Kali Cilemahabang.

Sampah-sampah yang tersangkut itu, ikut terbawa luapan air hingga ke permukiman warga.

Jembatan dan pintu air yang dibuat lebih tinggi dinilainya bisa meringankan beban warga saat melakukan pembersihan kali yang jadi sumber kebutuhan sehari-hari masyarakat di sekitar Kali Cilemahabang.

"Misalnya jembatannya tinggi kan sampahnya ngalir tuh, jadi enggak semuanya nyangkut di sini," kata Dien.

Berubah hitam saat malam hari

Warga Karangasih saat menyuci pakaian di Kali Cilemahabang yang bewarna hitam.
Warga Karangasih saat menyuci pakaian di Kali Cilemahabang yang bewarna hitam. (Warta Kota/Rangga Baskoro)

Seorang warga bernama Dien (39) menjelaskan bahwa pencemaran di Kali Cilemahabang biasanya terjadi saat malam hari.

Bahkan dirinya menyaksikan sendiri ketika air kali yang awalnya bewarna hijau, perlahan berubah menjadi hitam. Kejadian itu biasanya terjadi setelah jam 12 malam

"Itu malam saya liat sendiri, awalnya ya bersih warna hijau, terus airnya surut, lama-lama air warna hitam datang kecampur," ucap Dien saat ditemui di lokasi, Senin (4/10/2021).

Wanita yang diajak bercengkrama oleh Penjabat Bupati Dani Ramdan saat kunjungan itu, juga menuturkan sebenarnya warna kali tak selalu hitam, ada kalanya air bewarna hijau meski hanya terjadi satu atau dua kali dalam seminggu.

"Enggak selalu hitam begini sih, tapi memang seringnya hitam. Kalau sudah begini biasanya 3 hari baru hijau lagi," katanya.

Dien juga mengatakan air kali saat ini lebih sering bewarna hitam dibandingkan setahun yang lalu.

"Kalau dulu kebalik, keseringan hijau daripada hitamnya, paling warnanya hitam seminggu sekali atau dua kali doang, sekarang keseringan hitamnya," tutur Dien.

Sebelumnya, Pj Bupati Bekasi Dani Ramdan menuturkan pencemaran sungai di Kabupaten Bekasi oleh limbah industri kecil dan besar berada dalam kategori mengkhawatirkan.

Padahal, air dari sungai-sungai yang tercemar merupakan sumber air baku kebutuhan masyarakat.

Berdasarkan rapat koordinasi yang dilakukan jajaran Gakkumdu dari unsur Dinas Lingkungan Hidup, Kejaksaan Negeri dan Polrestro Bekasi, hanya terdapat 13 perusahaan saja yang mengantongi izin membuang limbah ke sungai.

"Yang berizin ada 13 perusahaan, lainnya tidak. Maka dari itu, hasil yang berizin ini harus ada uji laboratoriumnya, karena dia harus ada IPAL-nya," kata Dani saat dikonfirmasi, Minggu (2/10/2021) kemarin. 

 
 
 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved