Bencana Alam
Gunung Merapi Berstatus Siaga, BPPTKG Minta Aktivitas Wisata Hingga Pertambangan Segera Dihentikan
Aktivitas Gunung Merapi dan Gunung Awu terus mengalami peningkatan sehingga Merapi kini berstatus siaga dan Awu berstatus waspada
TRIBUNBEKASI.COM - Aktivitas Gunung Merapi hingga saat ini terus galami peningkatan dan kini berstatus siaga.
Tak hanya Gunung Merapi, kini aktivitas Gunung Awu terus mengalami peningkatan dan kini berstatus waspada.
Hal itu diinformasikan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG).
Kini, BPPTKG minta aktivitas pertambangan di sekitar alur sungai lereng Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta segera dihentikan.
Baca juga: Menteri BUMN Pastikan Relokasi Hunian Sementara Korban Erupsi Semeru
Baca juga: UPDATE Erupsi Gunung Semeru, Total Korban Meninggal Dunia Terdampak Awan Panas Guguran Capai 46 Jiwa
Baca juga: BAZNAS Salurkan Bantuan Rp 1 Miliar untuk Korban Erupsi Gunung Semeru
Hal tersebut menyusul aktivitas Merapi yang terus meningkat beberapa hari belakangan ini.
Sebelumnya sempat viral pada Minggu (12/12/2021) keluarnya awan panas guguran dari Gunung Merapi dengan jarak luncur 2000 meter ke arah barat daya.
Dalam video yang diunggah akun @merapi_uncover tampak kepulan awan panas besar memenuhi sekitar Gunung Merapi.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida menyebut awan panas guguran Gunung Merapi tercatat pada pukul 10.18 WIB dengan amplitudo 27 milimeter dan durasi 158 detik.
"Jarak luncurnya 2.000 meter ke arah barat daya, arah angin ke timur," kata Hanik.
Hanik menjelaskan, potensi bahaya dari guguran lava dan awan panas saat ini pada sektor tenggara-barat daya sejauh maksimal 3 kilometer ke arah Sungai Woro.
Selain itu, potensi bahaya juga terdapat pada jarak 5 kilometer ke arah Sungai Gendol, Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.
Apabila terjadi erupsi eksplosif, Nunik menyebut lontaran material vulkanik dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak.
BPPTKG meminta agar masyarakat tidak melakukan kegiatan apa pun di daerah potensi bahaya.
"Masyarakat agar mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Merapi," jelas dia.
Hanik juga merekomendasikan agar penambangan di alur sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam Kawasan Rawan Bencana (KRB) III dihentikan.
Selain itu, pelaku wisata juga diimbau tidak melakukan kegiatan pada daerah potensi bahaya dan bukaan kawan sejauh 5 kilometer dari puncak Merapi.
"Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali," ujarnya.
Dalam periode itu juga tercatat terjadi empat kali gempa guguran, delapan kali gempa vulkanik dangkal, 55 kali gempa fase banyak (MP), 1.020 kali gempa guguran (RF), 25 kali gempa embusan (DG), dan 10 kali gempa tektonik (TT).
"Intensitas kegempaan pada minggu ini masih relatif tinggi," tegas Hanik.
Hanik mengungkapkan aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif.
"Status aktivitas ditetapkan dalam tingkat Siaga," tandasnya.
Untuk diketahui, Gunung Merapi dalam sepekan terakhir telah mengeluarkan empat kali awan panas dan 190 luncuran lava.
Jumlah itu berdasarkan pengamatan BPPTKG sejak 3 hingga 9 Desember 2021.
Gunung Awu Waspada
Aktivitas gunung api yang meningkat juga terjadi di Sangihe, Sulawesi Utara.
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Eko Budi Lelono mengumumkan Gunung Awu di Sangihe berstatus waspada.
Eko mengatakan status ini ditetapkan pada pukul 12.00 Wita, Minggu (12/12/2021) berdasarkan data pengamatan visual dan instrumental.
"Mempertimbangkan hasil pemantauan terkini dan analisis potensi bahayanya maka pada hari ini Minggu 12 Desember 2021 pukul 12.00 Wita tingkat aktivitas Gunung Awu dinaikkan dari level 1 normal menjadi level 2 waspada," kata Eko dalam keterangan resminya.
Menurut Eko, peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Awu sudah teramati dengan jelas sejak bulan Oktober lalu.
Hal ini ditandai adanya peningkatan kegempaan vulkanik yang menunjukkan terjadinya peningkatan tekanan magma dalam tubuh gunung api.
Meski demikian, kata Eko, aktivitas visual Gunung Awu belum terlihat mengalami perubahan drastis.
"Asap kawah belum teramati di atas puncak kawah," tutur Eko.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Andiani mengatakan ada peningkatan aktivitas vulkanik berupa gempa yang berkisar 7-26 kejadian per hari.
Kejadian vulkanik tersebut mengindikasikan adanya tekanan magma dari dalam gunung api tersebut.
Kata Andiani, ada potensi terjadinya erupsi magmatik berupa lontaran lava pijar maupun erupsi fraktif yang menyemburkan gas.
Selain itu, ia juga menyebut bila terjadi pembongkaran kubah lava bisa muncul potensi aliran lahar yang terbawa oleh air hujan.
"Bahaya lainnya adalah emisi gas dari dalam gunung api seperti CO, CO2, H2SN2 dan CH4. Gas-gas tersebut bisa membahayakan jiwa, jika konsentrasi yan dihirup lebih dari batas aman," ujar Andiani.
Diketahui, Gunung Awu memiliki potensi erupsi dengan eksplosivitas tinggi dan secara historis paling banyak menelan korban dibandingkan gunung api lainnya di Sulawesi Utara.
Ia juga menyebut Gunung Awu pernah memakan korban sedikitnya 5.301 jiwa dan menjadikannya sebagai gunung api paling mematikan keempat di Indonesia.
Terakhir Gunung Awu erupsi pada Juni 2004, ketika itu terjadi erupsi yang menghasilkan kolom erupsi setinggi 2 KM di atas puncak kawah dan menyisakan kubah lava di dalam kawahnya yang memiliki diameter sekitar 370 meter dan tinggi 30 meter.
(TribunNetwork/KPS/VAN/WLY)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Merapi Siaga, Gunung Awu Waspada, Masyarakat Diminta Hentikan Aktivitas Wisata dan Tambang di Merapi"