Berita Karawang
Kisah Haji Endang Pemilik Jembatan Perahu di Desa Anggadita Karawang yang Hasilkan Uang Puluhan Juta
Haji Endang menceritakan, pembuatan jembatan ini berawal dari permintaan seorang tokoh Dusun Rumambe kepadanya pada 2010 lalu.
Penulis: Muhammad Azzam | Editor: Dedy
TRIBUNBEKASI.COM, KARAWANG --- Nama Haji Endang, ramai menjadi sorotan masyarakat Kabupaten Karawang, bahkan Indonesia.
Namanya dikenal setelah video viral jembatan ponton dengan sandaran dari perahu besi di Dusun Rumambe 1, Desa Anggadita, Kecamatan Klari, Karawang, Jawa Barat, jembatan itu melintasi Sungai Citarum.
Tak hanya bentuknya yang unik dari jembatan-jembatan penyebrangan sungai lainnya yang ada, juga mampu menghasilkan omzet Rp 20-30 juta. Sebab, ada sedkitnya 10.000 motor tiap harinya yang melintasi jembatan tersebut.
Haji Endang memiliki nama panjang Muhammad Endang Juanedi. Warga kampung di situ mengenalnya dengan nama Haji Endang.
Baca juga: Jembatan Rumambe Karawang Jadi Jalur Alternatif Andalan Para Buruh Pabrik, Ini Keuntungannya
Baca juga: Tiap Hari Dilintasi 10 Ribu Pengendara Motor, Pemilik Jembatan Berbayar di Karawang Raup Rp 25 Juta

Ternyata ada kisah yang luar biasa atas keberadaan jembatan tersebut.
Haji Endang menceritakan, pembuatan jembatan ini berawal dari permintaan seorang tokoh Dusun Rumambe kepadanya pada 2010 lalu.
Permintaan pembangunan jembatan itu karena Kampung Rumambe yang terisolir.
Hanya ada satu akses saja menuju kampung tersebut.
"Akses cuman satu saja, ke sana itu jalan buntu. Tapi akses satu itu dibawah tol kalau hujan banjir otomatis engga ada akses lagi," katanya saat ditemui pada Rabu (29/12/2021).
BERITA VIDEO : JAKARTA BAKAL PUNYA JPO BERKONSEP KAPAL PINISI
Dulu, kata Haji Endang, kawasan ini kumuh dan jalannya pun rusak.
Lokasi ini juga hanya digunakan menyeberang kerbau untuk membajak sawah.
Sebelum membangun, dia mengaku sempat meminta izin kepada Bupati Karawang saat itu, Dadang S. Muchtar kala itu.
Dia menawarkan kerja sama dengan Pemda.
Namun karena beberapa alasan, termasuk risiko, Dadang menyarankan Endang menjalankannya sendiri.
Berjalannya waktu, dibangunlah penyeberangan yang menghubungkan Desa Anggadita Kecamatan Klari dan Desa Parungmulya Kecamatan Ciampel.
Baca juga: Warga Berharap Jembatan Kali Jambe Cepat Rampung dan Bisa Segera Digunakan
Awalnya jembatan itu dibangun berbahan kayu, akan tetapi pada 2017 jembatan itu dibangun dengan besi dan sandaran perahu besi. Total ada 11 penyangga perahu besi.
Kehadiran jembatan itu sangat dirasakan manfaatkan bagi warga setempat.
Haji Endang menegaskan, pembangunan jembatan itu bukan karena untuk bisnis akan tetapi menolong warga.
Bahkan bukan warga setempat saja, akan tetapi juga bagi pekerja atau buruh pabrik.

"Awalnya tidak ada kepikiran untuk berbisnis, niatnya menolong masyarakat. Terbukti banyak masyarakat tertolong kan, tapi kan membutuhkan perawatan, baik perahu, jalan, penerangan, hingga upah yang kerja," kata dia.
Dikatakannya, modal membangun jembatan ini juga cukuo besar mencapai Rp 10 miliar. Saat ini dirinya juga masih memiliki hutang ke bank yang harus dilunasi karena meminjam uang untuk pembangunan jembatan tersebut.
"Modalnya kan bertahap, awal itu Rp 5 miliar tapi kalau ditotal sampai Rp 10 miliar," ucapnya.
Endang menilai, sejak jembatan penyeberangan itu dibangun, ekonomi di sekitarnya pun turut tumbuh. Banyak warga berjualan di pinggir jalan.
Sebab, banyak sekali kendaraan yang melintasi jalan kampung tersebut.
"Kita bisa bedakan dulu sama sekarang. Sepanjang jalan banyak warga yang jualan," kata dia.
Selain itu, Endang juga merekrut 40 warga sebagai pekerjanya. Usianya pun tak dibatasi, mereka digaji dari hasil uang pengendara yang melintas.
"Gajinya macem- macem. Ada yang UMK ada yang tidak. Ada beberapa indikatornya. Misalnya lama kerja dan rajin tidaknya," tandasnya.