Berita Jakarta

Anggaran Formula E Membengkak Mendadak Disorot Studi Demokrasi Rakyat: Harus Dipertanggungjawabkan!

Studi Demokrasi Rakyat (SDR) soroti anggaran pembangunan sirkuit Formula E yang alami pembengkakan.

Editor: Panji Baskhara
Warta Kota/Junianto Hamonangan
Ilustrasi: Studi Demokrasi Rakyat (SDR) soroti anggaran pembangunan sirkuit Formula E yang alami pembengkakan. 

"Kedua ada total cost lost 500 sekian, dan ketiga, ketidaksiapan dari pelaksanaan" katanya.

"Kenapa ketidaksiapan? Yang tadinya di Monas digeser, kan gitu. Udah tebang pohon, kan kacau, sudah merusak lingkungan.

"Jadi tidak ada keseriusan dari penyelenggara Formula E ya kan soal kesiapan tempat," tambahnya.

Keempat, lanjut dia, dengan waktu 54 hari, adalah sesuatu yang dipaksakan agar terlaksana.

"Sehingga dengan alasan apapun, Formula E adalah murni di-create oleh Gubernur DKI hanya untuk kepentingan pribadinya atau kepentingan kelompok di belakangnya.

"Bukan keinginan masyarakat DKI. 4 hal itu yang saya lihat," bebernya.

Hari Purwanto memastikan ajang balap mobil balap listrik yang akan digelar di Ancol tersebut tak akan terlaksana.

Meskipun, pengerjaannya dikebut sistem lembur pagi, siang hingga malam non stop di dalam waktu cukup mepet.

"Nggak sih, kalau saya nggak. Ini jelas sesuatu yang dipaksakan,gitu. Dengan waktu yang sudah mulai mepet, 54 hari. Kalaupun terhitung mulai di April, ini kan bulan puasa, mau lebaran. Ya kan betul, hari raya. Kan hari libur."

"Jatuhnya 54 hari, di April akhir, April pertengahan. Itu sudah masuk bulan puasa masyarakat DKI lebih menyambut Ramadhan daripada Formula E," sebutnya.

Hari Purwanto pertanyakan alasan tidak ada aktivis lingkungan yang teriak dalam pembangunan sirkuit Formula E.

Mulai dari penebangan pohon di Monas yang berakhir di pindahkan, lanjut ke Ancol dengan bambu dan kayu.

"Nah itu yang saya tanyakan, ketika pemindahan sirkuit dari Monas, terus sudah menebang pohon, enggak ada aktivis lingkungan yang teriak, kan gitu. Ini juga perlu dipertanyakan."

"Artinya keindahan Monas sebagai monumen nasional jadi hilang. Ya kan? Sudah menebang pohon juga. Harusnya aktivis lingkungan bicara dong."

"Apalagi itu penebangan pohon-pohon tua lho, bukan yang baru ditanam kemarin sore atau yang proses 1-2 tahun, itu pohon-pohon tua," papar Hari Purwanto.

"Artinya, Anies juga Gubernur Perusak Lingkungan. Ya kan? Aktivis lingkungan enggak ada yang bicara lebih konsen ke persoalan Wadas, ya kan," sambungnya.

"Wadas respon Cepat, tapi bicara soal Monas pohonnya ditebang Gubernur DKI, perusak lingkungan kok enggak dikritisi."

"Setelah menebang monas, pindah lokasi kan dianggap sia-sia lahan tersebut," paparnya.

(TribunBekasi.com/BAS)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved