Berita Bekasi

Kabar Gembira, Wakil Gubernur Jawa Barat Sebut Kuota Jemaah Haji di Tahun Depan Sudah Normal

Meski begitu, Uu mendapatkan informasi bahwa kuota jemaah Haji di tahun depan hampir dipastikan kembali normal seperti sedia kala,

Penulis: Rangga Baskoro | Editor: Dedy
Twitter Haj Ministry
Keterangan foto: (Ilustrasi) haji, umrah --- Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum menyatakan pihaknya pada tahun 2022 ini hanya diperbolehkan untuk memberangkatkan 35 persen jemaah haji dari total kuota yang biasanya diberlakukan. 

TRIBUNBEKASI.COM, CIKARANG --- Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum menyatakan pihaknya pada tahun 2022 ini hanya diperbolehkan untuk memberangkatkan 35 persen jemaah haji dari total kuota yang biasanya diberlakukan.

"Untuk haji sudah selesai di Jabar, tinggal pemberangkatan, tapi kuotanya masih belum sesuai harapan. Hanya 35 persen, biasanya 40.000 jemaah," kata Uu saat ditemui di Komplek Pemkab Bekasi, Senin (23/5/2022).

Uu meminta maaf kepada calon jemaah haji 2020 apabila kembali tak bisa diberangkatkan di tahun ini lantaran masih terdapat pembatasan dari otoritas Arab Saudi.

Baca juga: Ada 103 Calon Jemaah Haji asal Karawang Gagal Berangkat ke Tanah Suci karena Terbentur Aturan Usia

Baca juga: Menteri Agama Ingatkan Ditjen Penyelenggara Haji dan Umrah untuk Tetap Perhatikan Aspek Penting Ini

"Cuma sekarang mohon maaf kepada masyarakat yang belum bisa terbawa hari ini karena satu dan lain hal," ucapnya.

Meski begitu, Uu mendapatkan informasi bahwa kuota jemaah Haji di tahun depan hampir dipastikan kembali normal seperti sedia kala, bahkan kemungkinan ditambah.

"Mudah-mudahan tahun depan 2023 bisa 100 persen ditambah kelebihannya," tutur Uu.

BERITA VIDEO : HABIS VAKSIN DI POLRES DAPAT HADIAH UMROH

Sebelumnya, diketahui provinsi Jawa Barat mendapatkan kuota haji tahun 2022 terbanyak dibanding provinsi lainnya yaitu 17.679 orang.

Sedangkan total kuota haji Indonesia untuk tahun 1443 Hijriah/2022 Masehi berjumlah 100.051 orang yang terdiri atas 92.825 orang haji reguler dan 7.226 orang haji khusus. 

Tiga penyebab kematian tertinggi intai jemaah haji

Jemaah haji Indonesia akan kembali ke Tanah Suci pada masa Ibadah Haji 1443H, setelah Pemerintah Arab Saudi membuka kembali Ibadah Haji bagi jemaah internasional.

Untuk tahun ini Indonesia mendapat kuota 100.051 jemaah, yang terdiri dari 92.825 jemaah haji reguler, 7.226 jemaah haji khusus, dan 1.901 petugas haji.

Gelombang pertama jemaah haji Indonesia akan berangkat mulai 4 Juni 2022, dari sejumlah embarkasi di Tanah Air ke Madinah.

Banyak hal yang harus dipersiapkan dalam pelaksanaan Ibadah Haji setiap tahun. Bukan hanya soal konsumsi dan akomodasi melainkan juga soal kesehatan jemaah.

Apalagi jumlah jemaah Indonesia yang wafat di Tanah Suci cukup banyak setiap tahunnya, sehingga menjadi catatan tersendiri bagi Pemerintah.

Menurunkan angka kematian

Karena itu, sebagaimana dilansir laman Kementerian Kesehatan, Pemerintah ingin menurunkan angka kematian Jemaah haji menjadi 1 per 1.000 (permil) jemaah pada tahun ini.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Pusat Kesehatan Haji, dr Budi Sylvana MARS saat membuka Bimbingan Teknis Panitia Penyelenggara Ibadah haji (PPIH), di Asrama Haji Pondokgede pada Selasa (17/5).

Menurut Budi, dalam kurun waktu 15 tahun terakhir rasio angka kematian jamaah haji Indonesia ini sebesar 2 per mill per tahunnya, atau 2 per 1.000 jemaah

Selama itu nyaris tidak ada penurunan signifikan, sehingga dengan kuota jamaah sekitar 220.000 maka sekitar 300-400 jamaah yang wafat per tahunnya.

Penyebab kematian tertinggi

"Dua penyakit penyebab kematian tertinggi adalah kardiovaskuler dan respiratory disease. Namun ada faktor lain, kelelahan menjadi faktor utama penyebab kematian jemaah," Ujar Budi.

Untuk itu pihaknya berharap para petugas haji, terutama petugas Kesehatan, untuk mengutamakan fungsi edukasi dan meningkatkan kesehatan, khususnya kepada jemaah yang sudah memiliki komorbid dan masuk sebagai jemaah haji risiko tinggi (risti).

"Dengan begitu kondisi fisik mereka terjaga, sehingga mudah mudahan kondisi Kesehatan jemaah pun bisa terjaga sampai nanti pulang ke Tanah Air,'' ucap Budi.

7 tim

Petugas Kesehatan haji telah dibekali dengan Rencana Operasional (Renops) Penyelenggaraan Kesehatan haji Tahun 2022, yang merupakan petunjuk bagi petugas dalam bekerja.

Dalam Renops itu petugas Kesehatan haji dibagi menjadi 7 tim kerja, yaitu Tim Surveilans, Emergency medical team, Tim Promosi Kesehatan, Tim Mobile Bandara, Tim Sanitasi dan Food security, Tim Logistik dan bekal Kesehatan, dan Tim Kantor Kesehatan Haji Indonesia.

Setiap tim sudah memiliki tugas, fungsi, dan tanggung jawab masing masing, dan keterkaitan antar-tim kerja. Sehingga tim dapat bekerja lebih optimal dalam rangka mencapai target tujuan pelayanan kesehatan haji.

"Contoh untuk Renops tim surveilans, day by day harus ada laporan audit kematian, mulai dari penyebab dan lain-lain sehingga dapat tergambar dengan baik. Terlebih saat mendekati critical period," ujar Budi.

Periode kritikal terjadi di fase Armuzna (Arafah, Muzdalifah dan Mina), karena sebelum Armuzna, jemaah haji sering kali sudah kelelahan karena melaksanakan umrah berkali-kali tanpa memperhatikaan keadaan fisiknya.

Untuk itu, Budi mengimbau agar petugas Kesehatan haji mengingatkan jemaah haji agar beribadah sesuai dengan kondisi dan kemampuan fisik masing-masing. (*)

Sumber: Kementerian Kesehatan

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved