Pengamat Politik Ungkap Penyebab Airlangga Hartarto Unggul Telak dalam Hasil Survei Soal Pemilu 2024

Pengamat Politik Kunto Adi Wibowo ungkap penyebab Airlangga Hartarto unggul telak dalam hasil survei jelang Pilpres 2024.

Editor: Panji Baskhara
Istimewa via Tribunnews.com
Pengamat Politik Kunto Adi Wibowo ungkap penyebab Airlangga Hartarto unggul telak dalam hasil survei jelang Pilpres 2024. Foto: Pengamat Politik Kunto Adi Wibowo 

Selain itu, sebanyak 37,7 persen dari kalangan militer dan selebihnya 22,8 persen tidak menjawab.

Dengan melakukan simulasi 4 pasang capres-cawapres berkomposisi dari kalangan Militer-Militer dan Sipil-Sipil dengan pertanyaan secara tertutup kepada 2400 respoden jika pemilihan presiden digelar hari ini maka:

- Airlangga Hartarto-Anies Baswedan (KIB) 26,3 persen

- Prabowo Subianto - AHY (Gerindra-Demokrat) 23,6 persen

- Andika Perkasa-Tito Karnavian (Nasdem, PKS dan PKB) 17,3 persen

- Ganjar Pranowo-Puan Maharani (PDI Perjuangan) 20,7 persen

Dengan melakukan simulasi empat pasang capres-cawapres dengan komposisi pasangan sipil militer mengunakan pertanyaan tertutup mengunakan kuisioner, kepada 2400 respoden, jika pemilihan presiden digelar hari ini maka:

-Airlangga Hartarto-Muldoko (KIB) 27,7 persen

- Prabowo Subianto- Khofifah Indar Parawangsa (Gerindra-PKB) 22,3 persen

- Andika Perkasa- Puan Maharani (PDI Perjuangan) 20,2 persen

- Anies Baswedan-Gatot Nurmantyo (Nasdem, PKS,dan Demokrat) 16,7 persen

Dengan melakukan simulasi empat pasangan capres-cawapres dengan pasangan nama capres-cawapres dengan mengunakan pertanyaan tertutup mengunakan kuisioner kepada 2400 respoden jika pemilihan presiden digelar hari ini, maka hasilnya:

- Airlangga Hartarto-Khofifah Indar parawansa (KIB) 30,2 persen

- Andika Perkasa-Puan Maharani (PDI Perjuangan) 24,2 persen

- Ganjar Pranowo -Erick Thohir (Nasdem, PKS dan Demokrat) 22,1 persen

- Prabowo Subianto-Sandiaga Uno (Gerindra-PKB) 17,7 persen.

Sementara itu, dengan melakukan simulasi empat pasang capres -cawapres dengan pertanyaan tertutup memakai kuisioner kepada 2400 respoden jika pemilihan presiden digelar hari ini, maka hasilnya:

- Airlangga Hartarto-Ridwan Kamil (KIB) 30,7 persen

- Prabowo Subianto-Muhaimin Iskandar (Gerindra dan PKB) 28,6 persen

- Ganjar Pranowo-Puan Maharani (PDI Perjuangan) 17,4 persen

- Anies Baswedan-Agus Harimurti Yudhoyono (Nasdem, PKS dan Demokrat 14,7 persen

Dengan melakukan simulasi 3 pasangan capres -cawapres dengan pertanyaan tertutup mengunakan kuisioner ke 2400 respoden jika pemilihan presiden digelar hari ini, maka hasilnya:

- Airlangga Hartarto-Andika Perkasa (KIB) 34,3 persen

- Ganjar Pranowo-Anies Baswedan (Nasdem, PKS dan Demokrat) 27,8 persen

- Prabowo Subianto-Puan Maharani (PDI Perjuangan, Gerindra dan PKB) 24,7 persen

Hasil survei di masyarakat, jika pemilu digelar hari ini dengan diberi pertanyaan terbuka kepada 2400 responden, partai politik memiliki kursi di DPR RI yang akan dipilih maka Partai Golkar.

"Partai Golkar dipilih paling banyak yaitu dari 2400 responden sebanyak 15,6 persen," ungkapnya.

Kemudian, diurutan kedua PDI Perjuangan 14,3 persen, Partai Gerindra 13,7 persen, PKS 7,9 persen, Demokrat 7,1 persen, PKB 4,4 persen, Nasdem 4,3 persen, PAN 4,2 persen dan PPP 4,1 persen.

Lalu, yang memilih parpol yang tak memiliki kursi di DPR RI dan parpol baru yang baru saja daftar di KPU sebanyak 7,3 persen, dan yang tidak menjawab sebanyak 17,1 persen.

Kemudian, kata dia, hasil survei di masyarakat jika pemilu digelar hari partai politik yang akan dipilih masyarakat dengan diberikan pertanyaan tertutup mengunakan kuisioner pada 2400 responden, maka:

- Partai Golkar 17,9 persen

- PDI Perjuangan 15,4 persen

- Partai Gerindra 15,1 persen

- PKS 8,1 persen

- Partai Demokrat 7,4 persen

- PKB 4,7 persen

- Partai Nasdem 4,4 persen

- PPP 4,3 persen

- PAN 4,1 persen

- Partai Perindo 3,1 persen

- Partai Prima 2,2 persen

- Partai PSI 2,1 persen dan

- Partai lainnya dibawah 1 persen

Pemimpin Perempuan Cukup Berpotensi?

Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI Kunto Adi Wibowo bicara soal masih minimnya calon presiden dari kalangan perempuan, meski cukup berpotensi.

Lembaga Survei KedaiKOPI menemukan, penerimaan publik terhadap presiden perempuan alami peningkatan.

Tercatat pada November 2021 penerimaan publik pada presiden perempuan berada di angka 34,2 persen.

Namun jumlah itu naik drastis menjadi 55,5 persen pada Agustus 2022 ini.

Meski mengalami peningkatan, belum banyak tokoh perempuan yang memimpin negeri.

Jumlahnya masih kalah banyak dibandingkan kalangan laki-laki.

Kunto mengatakan ada sejumlah faktor penentu yang menyebabkan belum banyaknya figur wanita jadi pemimpin, di antaranya belum banyaknya saluran pendukung bagi kaum hawa.

"Partai politik sebagai institusi politik yang bertanggung jawab kaderisasi kepemimpinan bangsa ini enggak mendorong."

"Ini yang jadi masalah,” katanya Kunto Adi Wibowo dalam diskusi virtual Polemik MNC Trijaya bertajuk ‘Elektabilitas Capres dalam Bingkai Survei, Sabtu (3/9/2022).

Ia menambahkan, peran media mainstream pun masih terbawa agenda partai politik atau parpol.

Media, kata dia, hanya membahas figur yang namanya mencuat dari parpol tersebut.

“Karena itu yang ramai. Nama-namanya laki-laki semua, ya akhirnya itu,” ujarnya.

Kemudian faktor selanjutnya adalah kultur patriarki yang masih dominan di Indonesia.

Kunto mengatakan sistem sosial yang menempatkan pria sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam peran kepemimpinan ini masih menjamur di dalam negeri.

"PR nya banyak menurut saya. tapi sebagai langkah awal ini saya sangat gembira karena ini sebuah angin yng menyegarkan, ternyata orang indonesia enggak kayak zaman orde baru dulu,” katanya.

Pemimpin Harus Laki-laki

Mayoritas junlah penduduk muslim di Indonesia yang memegang ajaran bahwa laki-laki harus menjadi pemimpin pun menjadi tantangan bagi kaum hawa.

Meski cenderung mereda, isu ini masih menjadi tanjakan terjal bagi perempuan berpotensi untuk memimpin Indonesia.

"Isu yang harus dihadapi capees perempuan pertama kali ketika dia dicalonkan pertama kali isu agama" katanya.

Meskipun ujar dia, tren pemimpin dari kalangan wanita pun mulai merebak.

Khususnya di tingkat kabupaten/kota hingga provinsi. Masyarakat, lanjut Kunto, sudah menerima dengan baik figur pemimpin wanita.

"Problemnya apa perbedaan secara mendasar pemimpin di level daerah dan level masional, itu yang harus kita buka."

"Kita harus kemudian meyakinkan masyarakat, ya sebenarnya tidak beda jauh,” ucap Kunto.

"Hanya politik luar negeri saja yng beda akhirnya. Tapi kan itu tidak mengurangi kompetensi perempuan."

"Ini PR bagi calon-calon presiden dan tokoh perempuan,” ujarnya menambahkan.

Peluang Perempuan Jadi Presiden

Lebih lanjut Kunto berbicara perihal peluang perempuan menjadi presiden.

Meski hasil survei menunjukkan peningkatan terhadap capres perempuan, hal itu belum bisa dijadikan rujukan.

Pasalnya, Pemilu bakal berlangsung pada 2024.

Selain itu, dinamika politik dan masyarakat pun masih berpotensi akan mengubah pilihannya.

Temuan dalam survei ini adalah 53,8 persen pemilih mengatakan bahwa pilihan presiden mereka akan berubah.

Kunto merinci, dari mereka yang pilihannya akan berubah, 43,2 persen mengatakan akan mengubah pilihannya setelah penetapan capres dan cawapres.

Kemudian, 22,4 persen akan mengubah setelah kampanye dimulai, 19,4 persen di hari pemilu dilaksanakan dan 11,9 persen pada saat masa tenang kampanye.

“Kita harus dengan hati-hati bicara soal peluang. Karena masih 1,5 tahun lagi. Politik sangat dinamis."

"Kita lihat tadi dari hasil survei, 53 persen lebih itu bilang pilihannya masih bisa berubah,” katanya.

(TribunBekasi.com/BAS/Tribunnews.com/Naufal Lanten)

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Capres Perempuan Masih Minim Meski Punya Potensi, Ini Penyebabnya"

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved