Komunitas Bekasi

Komunitas Bekasi Mendengar dan Berbicara, Terbentuk Sejak 2016, Ini Kiprahnya untuk Kaum Disabilitas

Perempuan kelahiran 13 Oktober 1982 ini juga menuturkan, anggota yang ada tak hanya berasal dari Bekasi saja. Namun, dari luar Bekasi pun banyak. 

Penulis: Yolanda Putri Dewanti | Editor: Dedy
Wartakotalive.com
Lisa Suryani (39), pendiri Komunitas Bekasi Mendengar dan Berbicara (Kotak Menara) saat ditemui di kediamannya di Jalan Pulau Panaitan 2 Nomor 75, RT.003/RW.014, Aren Jaya, Kecamatan Bekasi Timur, Bekasi, Minggu (25/9/2022). 

TRIBUNBEKASI.COM, BEKASI TIMUR --- Sebuah komunitas yang menangani anak-anak disabilitas, berdiri di wilayah Kota dan Kabupaten Bekasi.

Komunitas ini diberi nama Komunitas  Bekasi Mendengar dan Berbicara atau disingkat Kotak Menara, merupakan wadah silaturahmi dan informasi bagi orangtua anak disabilitas di wilayah Kota dan Kabupaten Bekasi.

Sebelum tercetus nama Kotak Menara yang dibentuk pada 20 Oktober 2016 lalu, komunitas ini punya sebutan Komunitas Peduli Tunarungu Bekasi.

Namun, ada beberapa faktor yang akhirnya nama komunitas tersebut diubah.

Lisa Suryani (39), pendiri Kotak Menara, mengisahkan awal mulanya terbentuk komunitas tersebut.

"Asal mulanya karena saya memiliki anak yakni Khaulah Al Azwar (11) atau karib disapa Ola dengan disabilitas pendengaran. Saya melihat ternyata teman-temannya banyak yang seperti dia (Ola), tetapi sayangnya di Bekasi belum ada wadah yang bisa menaungi teman-teman untuk bisa bersatu dan berbagi ilmu. Jadi, inisiatif saya mengumpulkan teman-teman itu agar kami memiliki wadah dan juga tempat bertukar pikiran dan informasi dengan teman-teman," ucap Lisa di kediamannya di Jalan Pulau Panaitan 2 No.75, RT.003/RW.014, Aren Jaya, Kecamatan Bekasi Timur, Bekasi, Minggu (25/9/2022).

Baca juga: Penyandang Disabilitas Diajak Jadi PPS dan PPK di Pemilu 2024, Ini Kata Ketua KPU Karawang

Baca juga: Penyandang Disabilitas Dilibatkan dalam Ruang Digital Inklusif, Adi Gunawan: Hak Mereka Sama

"Lalu, karena perpindahan anak saya sekolah dari khusus ke umum, kemudian teman-teman yang lama ingin reuni, atas inisiatif punya kenalan yang senior bagaimana kalau dibuat komunitas saja. Nah, lalu saya ajak teman-teman supaya ilmu yang saya dapat tidak hanya ruang lingkup yang terbatas. Makanya saya ajak teman-teman yang lain di tempat seminar agar bisa meyakini bahwa mereka itu bisa bersinergi bersama-sama. Kalau misalkan hanya berjuang sendiri memiliki anak disabilitas itu sangat susah, tetapi kalau semuanya berjuangnya bersama-sama Insha Allah kami lebih kuat," imbuhnya.

Sebelum tercetus dengan nama Kotak Menara, Lisa sempat menamainya dengan sebutan Komunitas Peduli Tunarungu Bekasi. Namun, ada beberapa faktor yang akhirnya nama komunitas tersebut diubah.

"Untuk pencetusan pertama kali saya memberikan namanya itu sebenarnya Komunitas Peduli Tunarungu Bekasi. Kemudian beberapa waktu ke depan, saya berinisiatif mengganti nama menjadi Kotak Menara dikarenakan saya ingin agar tidak ada kata bias dari kata tunarungu dan tuli. Soalnya ada teman-teman yang ingin disebut dengan tuli untuk disabilitas pendengaran mereka, ada juga teman-teman yang ingin disebut tunarungu," ungkap dia.

BERITA VIDEO : PRESIDEN JOKOWI 'DISABILITAS MAMPU CETAK SEJUTA PRESTASI"

Perempuan kelahiran 13 Oktober 1982 ini juga menuturkan, anggota yang ada tak hanya berasal dari Bekasi saja. Namun, dari luar Bekasi pun banyak. 

Sehingga saat ini, Kotak Menara telah memiliki 450 anggota.

"Anggotanya berasal dari berbagai macam daerah tetapi mayoritas karena namanya saja ada Bekasinya maka dari itu dari ada dari kota dan kabupaten Bekasi, terus juga Jakarta, Depok, Bogor dan Bandung. Bahkan yang terjauh ada dari Aceh, Sumatera, dan Lampung. Kami di sini aktifnya itu belajar melalui WhatsApp grup dan sekarang total ada 450 anggota," paparnya.

"Tetapi kalau dari sosial media seperti Instagram dan Facebook (kotak menara) itu yang follow saja. Biasanya di sosmed kegiatan apa yang dilaksanakan dan sudah akan dishare. Terus kalau misalkan anggota yang kadang-kadang streaming atau hanya ada soft copy kami bagikan. Kendalanya karena komunitas sosial, terus juga tenaganya juga sosial ya sebenarnya kami juga kesulitan di marketing IT. Maka dari itu saya tak bisa sendiri, dibantu tiga rekan saya yang lainnya," papar Lisa.

Ibu lima anak ini menjelaskan, Kotak Menara memiliki beragam aktivitas atau kegiatan yang sangat menarik. Mulai dari seminar, workshop, dan sebagainya.

"Kami pernah membuat acara yang diikuti 200 orang di sebuah mal Bekasi yakni tentang perilaku untuk anak disabilitas untuk menangani tantrum (ledakan emosi). Semakin ke sini juga semakin banyak berkaitan dengan habilitasi anak bagaimana menanganinya dari sejak awal sampai sekarang," jelas dia.

Tak hanya itu, Lisa melanjutkan Kotak Menara memiliki tujuan untuk para teman-teman disabilitas dalam jangka panjang dan jangka pendek.

"Tujuan dari Kotak Menara sendiri ada jangka panjang dan pendek. Jangka pendeknya kami berharap untuk orangtua bisa anak-anaknya kalau sudah mendengar, terus bisa berbicara dan sudah ada bekal masuk ke sekolah umum. Semoga memang sudah siap masuk ke sekolah umum, kalau untuk sekolah khusus sendiri itu kan dibatasi otomatis kalau tidak ada hambatan yang lain di dalam mendengar dan berbicara anak disarankan ke sekolah umum," paparnya.

"Kami inginnya itu jangka pendek anak-anak bisa berbaur dengan masyarakat umum. Kemudian jangka panjang anak-anak yang diwadahi oleh Kotak Menara ini suatu hari bisa mandiri. Maka dari itu di tahun ke enam ini, sebenarnya Kotak Menara sudah ada rencana bahwa kami ingin membuat kegiatan keterampilan untuk anak-anak karena mayoritas anak-anak ini kan tidak semuanya bisa berbicara," ucap dia.

Menurutnya, masih banyak lapangan pekerjaan yang melakukan diskriminasi terhadap teman-teman disabilitas.

"Pekerjaan yang disediakan masih banyak yang diskriminasi disabilitas. Tentunya anak-anak disabilitas masih harus dibekali keahlian khusus agar mereka tidak tergantung bekerja dengan orang lain. Jadi, kalau mereka mandiri juga bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dari kemampuan yang dia miliki," pungkasnya.

Ke depannya, Lisa berharap teman-teman disabilitas diberikan kesempatan dan hak yang sama dengan yang lainnya untuk bersama-sama membangun negara.

"Harapannya semua masyarakat pada umumnya baik Indonesia maupun dunia, bisa menganggap para disabilitas ini merupakan bagian dari pembangunan mereka memiliki hak yang sama dengan kami semua yang tidak disabilitas. Mereka punya kesempatan yang sama untuk membangun negara mereka berhak untuk mendapatkan pekerjaan dan pendidikan yang. Mereka berhak untuk diterima karena mereka setara dengan kita. Jadi kita harus bisa menerima mereka bukan mereka yang meminta kita untuk menerima mereka. Kami bisa membuka hati bahwa mereka itu bagian dari kita," ungkapnya.

Bersama timnya, perempuan yang mengenakan hijab merah ini sangat terbuka bagi para donatur yang ingin ikut serta membantu teman-teman disabilitas.

"Untuk sementara karena kami masih komunitas sosial jadi kalau ada bantuan dari manapun melalui saya dan tim kami seleksi kembali mana yang lebih dan berhak mendapatkan bantuan. Jadi, kami seleksi prioritas bantuan yang dibutuhkan biasanya alat bantu dengar. Kami berharap itu tidak hanya dari Pemerintah saja mungkin dari lingkungan yang ingin membuka sekolah atau memberikan kesempatan anak-anak kami untuk berbaur dengan anak-anak umum lainnya bantuan pendidikan seperti beasiswa pendidikan, kalau sembako sudah ada. Jadi untuk sementara karena bersifat sosial bisa hubungi sosial media (kotakmenara)," jelas Lisa.

"Tak hanya itu, kami juga berharap ada perusahaan ataupun lembaga yang ingin mengajak anak-anak kami yang kelak akan menjadi generasi Indonesia selanjutnya diberikan kesempatan untuk melatih kemampuan mereka gali potensi mereka supaya ke depannya mereka mandiri dengan keahlian yang mereka miliki. Jadi sangat senang sekali jika ada yang menawarkan kerjasama dengan kami untuk memberdayakan anak-anak kami. Karena kelak akan menjadi generasi selanjutnya akan dewasa sama seperti kita ingin berumah tangga, bekerja, karena setiap manusia setiap warganegara Indonesia memiliki hak yang sama termasuk para disabilitas," tutup dia.

(Sumber : Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Yolanda Putri Dewanti/m27)

 

Sumber: Wartakota
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved