Karawang Memilih
KPU: Jumlah Pemilih Muda dan Pemula di Karawang untuk Pemilu 2024 Hampir Setengah Juta
Ketua KPU Kabupaten Karawang, Miftah Farid mengatakan jumlah pemilih pemula dan muda di Kabupaten Karawang sebanyak 444.172 orang.
Penulis: Muhammad Azzam | Editor: Dedy
TRIBUNBEKASI.COM, KARAWANG --- Komisi Pemilihan Umum (KPU) Karawang mencatat pemilih pemula dan muda hampir mencapai setengah juta. Sementara penduduk Karawang sendiri kini sebanyak 1.643.367 orang.
Ketua KPU Kabupaten Karawang, Miftah Farid mengatakan jumlah pemilih pemula dan muda di Kabupaten Karawang sebanyak 444.172 orang.
Data itu berdasarkan hasil pleno Pemutakhiran Data Pemilih Berkelanjutan (PDPB) per September 2022.
"Data itu masih bisa berubah, itu dari hasil PDPB dilakukan secara berkelanjutan sejak tahun 2021 sebagaimana diatur dalam Peraturan KPU Nomor 6 Tahun 2021," ujarnya, pada Jumat (7/10/2022).
BERITA VIDEO : MEMBANGUN KESADARAN POLITIK KELAS PEKERJA
Dia merinci dari hasil pleno, total jumlah pemilih di Karawang mencapai 1.643.367 orang. Dengan rincian, pemilih laki-laki 822.590, perempuan 820.777.
Untuk pemilih muda berusia 21 sampai 30 tahun sebanyak 391.766 orang dan untuk pemilih pemula yang berusia di bawah 20 tahun ada 52.406 orang pemilih pemula.
"Tapi bahwa data pemilih masih bisa berubah, seiring berjalannya waktu sampai pelaksanaan Pemilu yang dilaksanakan tahun 2024 nanti," jelas dia.
Baca juga: Jelang Pemilu 2024, Disdukcapil Karawang Gencar Perekaman E-KTP untuk Pemilih Pemula
Baca juga: Anggaran Pilkada 2024 Kabupaten Bekasi Diprediksi Melejit Naik Jadi Rp 45 Miliar, Ini Penyebabnya
Selain itu, ia juga mengatakan bahwa, pihaknya telah mencatat pemilih baru masuk usia 17 tahun per September ini mencapai 8.019 jiwa. Sementara pemilih kategori tidak memenuhi syarat (TMS) sebanyak 11.052.
"Jadi kami akan terus bersama Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Karawang untuk pembaharuan data. Termasuk nanti mereka yang genap berusia 17 tahun saat hari H Pemilu atau Pilkada 2024," tandasnya.
Jelang pemilu produsen konten hoaks laku keras
Menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) serentak 2024 mendatang, bertebaran konten-konten sosial media (sosmed) dengan bahasan politik.
Untuk itu, pengamat Pemilu Wahidah Suaib mengingatkan masyarakat agar jeli memilih informasi yang beredar di sosmed.
Mantan Komisioner Bawaslu itu menganggap, produsen hoaks menjelang Pemilu 2024 akan laku keras untuk mengangkat atau menjatuhkan calon tertentu.
"Ledakan hoaks itu kan luar biasa, produsen-produsen hoaks kan luar biasa, sangat laku dalam pemilu," kata Wahidah di Kelapa Gading, Kamis (7/10/2022).

"Saya rasa itu sudah rahasia umum ya, jangankan di dunia pemilu, di dunia keartisan aja kan produsen hoaks luar biasa," sambungnya.
Wahidah menilai, banyaknya produsen hoaks pada gelaran Pemilu dilatarbelakangi faktor kepentingan politik.
Produksi hoaks dipilih sebagai jalan pintas para politikus untuk merebut simpati masyarakat atau menjatuhkan elektabilitas lawan-lawannya.
"Politik ini kan pertarungan menggapai sesuatu. Entah kenapa saya lihat pemilu di berbagai negara memang di samping kemudian bertarung secara fair, bertarung dengan menguatkan diri melemahkan lawan itu sama saja seolah menjadi sebuah jalan ninja gitu," kata Wahidah.
"Ngapain saya buang uang, saya mencari produser hoaks nih untuk menghantam si A, si B, si C. Kan kayak gitu-gitu," sambungnya lagi.
Selain faktor kepentingan politik, beredarnya konten-konten hoaks menjelang Pemilu tersebut juga dilatarbelakangi oleh faktor ekonomi.
Menurut Wahidah, banyak produsen hoaks memanfaatkan momen Pemilu tersebut sebagai lahan untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya.
"Viewers tinggi, subscribers tinggi kan juga bicara income ya, bicara pendapatan. Pokoknya menjelang pemilu itu orang akan dituntut jadi "malaikat", "dosa"-nya akan dikeluarkan. Itu lah yang produser hoaks itu yang nanti akan berperan. Jadi seakan secara keuntungan politiknya dapat, keuntungan ekonominya dapat," ungkapnya.
Peringatan Wahidah mengenai konten-konten hoaks tersebut bukan tanpa sebab, ia juga mengungkap situasi Pemilu 2019 lalu yang penuh dengan maki-makian "Cebong, Kampret".
"Tahun 2019 kan dunia kita hanya berkutat antara Cebong dan Kampret," jelasnya.
Atas situasi tersebut, Wahidah menyarankan kepada KPU dan Kominfo agar menghalau konten-konten hoaks yang beredar di sosmed.
"Saya mengapresiasi kerja sama Bawaslu dengan Kemenkominfo yang kemudian pada pemilu yang lalu sudah berhasil misalnya melakukan take down sejumlah akun-akun yang ternyata menjadi produsen hoaks-hoaks pemilu. Itu penting dikuatkan dan ditingkatkan lagi, kalo bisa KPU menjadi bagian daripada itu," pungkasnya. (m38)
Caption
Pengamat Pemilu Wahidah Suaib ingatankan masyarakat agar waspada terhadap konten hoaks menjelang Pemilu 2024. (Warta Kota/M Rifqi Ibnumasy)