Berita Olahraga
Menteri BUMN Erick Thohir Disebut Indikator Politik Indonesia Cocok Menjadi Ketua Umum PSSI
Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei menyebut Menteri BUMN Erick Thohir dinilai cocok menjadi Ketua Umum PSSI.
TRIBUNBEKASI.COM - Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei bertemakan 'Tragedi Kanjuruhan dan Reformasi PSSI', Minggu (13/11/2022).
Menurut Indikator Politik Indonesia, masyarakat beranggapan Menteri BUMN Erick Thohir sosok yang tepat memimpin PSSI.
Dalam sejumlah simulasi, baik delapan nama semi terbuka, tiga nama, atau dua nama, Erick Thohir selalu menempati posisi tertinggi yang diinginkan responden untuk jadi Ketua Umum PSSI.
"Erick Thohir sebesar 24,1 persen atau paling banyak dipilih sebagai ketua umum PSSI," ujar Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi melalui keterangan tertulisnya.
Burhanuddin sebut, mantan Presiden Inter Milan tersebut dinilai sosok yang paling tepat menjadi orang nomor satu di federasi sepakbola Indonesia.
Hal itu berdasarkan pilihan tiap kelompok demografi, wilayah, sebagian besar penyuka olahraga, di setiap kelompok penggemar klub domestik, hingga sebagian besar kelompok ormas.
Burhanuddin mengatakan Erick melampaui tokoh lain seperti Najwa Shihab, Kaesang Pangarep, Mahfud MD, Azrul Ananda, La Nyala, hingga Ratu Tisha.
"Menurut warga, Erick Thohir merupakan tokoh yang paling pantas menjadi Ketua Umum PSSI menggantikan Mochamad Iriawan (Iwan Bule)"
"Erick Thohir cukup menonjol dibanding sejumlah nama lain, bahkan dibanding Iwan Bule sendiri," ucapnya.
Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum.
Yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
Burhanuddin mengatakan penarikan sampel menggunakan metode multistage random sampling.
Dalam survei ini jumlah sampel sebanyak 1.220 orang.
Sampel berasal dari seluruh Provinsi yang terdistribusi secara proporsional.
Dengan asumsi metode simple random sampling, ukuran sampel 1.220 responden memiliki toleransi kesalahan (margin of error--MoE) sekitar 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen," kata Burhanuddin.
Ia mengatakan, quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20 persen dari total sampel oleh supervisor, dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check).
Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti.
(TribunBekasi.com/BAS)