Berita Bekasi

Warga Keturunan Tionghoa di Bekasi Gelar Tradisi Cheng Beng, Bawa Makanan dan Bakar Hio

Warga keturunan Tionghoa di Bojong Menteng, Rawalumbu, Bekasi menggelar tradisi Cheng Beng atau sembahyang kubur guna menghormati arwah para leluhur

Penulis: Yolanda Putri Dewanti | Editor: Lilis Setyaningsih
Tribun Bekasi/Yolanda Putri Dewanti
Warga keturunan Tionghoa di Bojong Menteng, Rawalumbu, Bekasi menggelar tradisi Cheng Beng atau sembahyang kubur guna menghormati arwah para leluhur yang telah meninggal dunia, Rabu (5/4/2023) 

TRIBUNBEKASI.COM, BEKASI ----- Warga keturunan Tionghoa di Bojong Menteng, Rawalumbu, Bekasi menggelar tradisi Cheng Beng atau sembahyang kubur guna menghormati arwah para leluhur yang telah meninggal dunia.

"Perayaan Cheng Beng adalah sebuah budaya masyarakat Tionghoa untuk menghormati para leluhur yang telah pergi mendahului," ucap Liem Untung, salah satu warga Tionghoa saat ditemui di pemakaman keluarga kawasan Bojong Menteng, Rawalumbu Bekasi, Rabu (5/4/2023) pagi.

"Sekaligus mempererat hubungan bersama sanak keluarga dan bahwa setelah orangtua meninggal dunia ada tradisi yang masih berlanjut," imbuhnya.

Liem Untung mengatakan perayaan Cheng Beng jatuh setiap tahunnya pada bulan ketiga awal bertepatan pada Kalender Imlek.

Sebelum puncak pelaksanaan Cheng Beng, umumnya sanak keluarga terlebih dahulu membersihkan makam seperti, membersihkan rumput-rumput sekitar makam, mengecat makam dan sebagainya.

Pada sembahyang Cheng Beng sanak keluarga mendatangi tempat makam orangtua atau leluhur sambil membawa makanan, buah-buahan, kue, hio atau dupa, lilin warna merah, baju dan uang yang terbuat dari kertas.

"Sanak keluarga akan bersembahyang dan berdoa menggunakan hio di depan makam orangtua atau leluhur. Dan dipercaya saat membakar hio tersebut, maka arwah leluhur akan datang untuk menikmati hidangan yang telah disiapkan oleh sanak keluarganya," ungkap pria berusia 78 tahun itu.

Ia berharap dengan adanya perayaan Cheng Beng para arwah orang tua ataupun leluhur telah sampai di surga dan diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa. Serta bagi keluarga yang telah ditinggalkan dapat hidup rukun, damai, penuh rejeki dan sehat selalu.

Baca juga: Tradisi Palang Pintu Sambut Kedatangan Kapolda Metro Jaya Baru Irjen Karyoto

Baca juga: Awalnya Dianggap Tradisi, Perang Sarung Membuat Pria di Jatipulo Kena Bacok hingga Tewas

Diketahui, Cheng Beng, dalam bahasa Hokkian, artinya terang benderang yang kemudian disimbolkan mendatangi makam leluhur dengan berziarah dengan mendoakan agar mendapat cahaya hidup bagi anggota keluarga yang masih ada.

Sementara asal mula ziarah kubur atau Ceng Beng ini telah ada dari zaman kekaisaran Zhu Yuan Zhang, pendiri Dinasti Ming (1368-1644 M). (m27)

Sumber: Wartakota
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved