Berita Bekasi

Secara Ekonomi Mampu Beli Makanan Bergizi, Tapi Kenapa Masih bisa Terjadi Stunting? Ini Penyebabnya

Selain itu, permasalahan stunting juga sering ditemukan pada anak-anak yang orang tuanya sibuk bekerja.

Penulis: Rangga Baskoro | Editor: Dedy
TribunBekasi.com
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi Masrikoh -- Stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kurangnya asupan gizi tak hanya mengancam masyarakat berekenomi rendah saja. 

TRIBUNBEKASI.COM, CIKARANG --- Stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kurangnya asupan gizi tak hanya mengancam masyarakat berekenomi rendah saja.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi Masrikoh mengatakan stunting juga bida mengancam masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi tinggi.

"Stunting tidak hanya bisa terjadi pada orang-orang berekenomi rendah. Mereka yang ekonominya berlebih pun anaknya juga bisa terkena stunting," kata Masrikoh saat dikonfirmasi, Sabtu (27/5/2023).

Ia menjelaskan banyak faktor yang bisa mempengaruhi terjadinya stunting pada anak-anak dari keluarga berekonomi tinggi, meski pun secara ekonomi, orang tuanya cukup mampu membeli makanan bergizi yang dibutuhkan anaknya.

BERITA VIDEO : KEBUT PENURUNAN PREVALENSI STUNTING DI TAHUN 2024

Biasanya, kurangnya kepedulian orang tua saat memberikan asupan makanan menyebabkan pertumbuhan anak tak sesuai dengan anak seusianya.

Selain itu, permasalahan stunting juga sering ditemukan pada anak-anak yang orang tuanya sibuk bekerja.

Akibat jarang mengikuti kegiatan posyandu, tumbuh kembang anak pun tidak terpantau oleh orang tuanya.

Baca juga: Kadinkes Kabupaten Bekasi dr. Alamsyah: Kasus "Stunting" Melibatkan Juga Soal Kebersihan

"Bisa terjadi karena minimnya pengetahuan, pengawasan orang tua terhadap asupan anak kurang, bisa jadi karena mereka sibuk kerja, pengasuhnya kurang memantau asupan 'Si Anak'. Oleh sebab itu, orang tua harus lebih peduli terhadap asupan gizi anak-anaknya," ucapnya.

Masrikoh mengingatkan masyarakat mengenai pentingnya 1.000 HPK (Hari Pertama Kehidupan, yakni 270 hari saat kehamilan dan 730 hari usia anak mencapai 2 tahun.

Sebelum usia anak menyentuh 2 tahun,  para orang tua diharapkan sangat memperhatikan asupan gizi anak-anaknya guna menghindari terkena stunting.

"Hal utama asupan gizi harus sesuai dengan kebutuhan si anak agar tumbuh kembangnya sesuai dengan standar yang sudah ditentukan," kata Masrikoh.

Program Rusa Planting

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi semakin gencar menangani permasalah gizi buruk atau stunting di wilayahnya.

Salah satu program stunting terbaru diusung oleh pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cabangbungin.

Ada pun program inovatif yang dicanangkan dalam upaya pencegahan stunting pada anak usia dini yang diberi nama 'Rusa Planting' (Rumah Sakit Peduli Stunting), 

"Ya, kami memiliki komitmen penuh dalam mencegah terjadinya stunting pada anak, mengingat stunting ini menjadi fokus utama yang harus segera dientaskan karena akan menghambat momentum generasi emas 2045," kata Kasi Bidang Pelayanan Medis dan Keperawatan RSUD Cabangbungin, dr. Anggara Brata melalui keterangan tertulisnya, Jumat (19/5/2023).

BERITA VIDEO : JOKOWI SINGGUNG KASUS IBU KASIH KOPI SUSU SASET KE BAYI

Pihaknya meyakini, melalui kolaborasi antar lintas sektor, inovasi tersebut dapat berjalan optimal dan berkesinambungan agar dapat meningkatkan kesehatan yang prima bagi anak usia dini.

"Ya, kita sudah menandatangani komitmen lintas sektor bersama perangkat daerah yang ada disini seperti pemerintah kecamatan, Polsek, Koramil, Puskesmas dan klinik swasta yang ada di Cabangbungin," ungkapnya.

Sejalan dengan program pemerintah pusat, inovasi Rusa Planting juga bertujuan untuk menciptakan atau melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas. 

Anggara berharap adanya inovasi Rusa Planting bisa mencegah peningkatan kasus stunting, terutama di wilayah utara Kabupaten Bekasi.

"Harapannya kita bisa menindaklanjuti kasus-kasus stunting, penanganannya, edukasinya, dan juga mencegah bertambahnya kasus stunting yang ada di wilayah utara Kabupaten Bekasi," katanya.

Tekan stunting, 78.083 KRS akan terima bantuan

Pemerintah pusat melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas), BKKBN, ID Food, Dinas Badan Pangan Provinsi Jawa Barat, Satgas Pangan dan PT Pos Indonesia berkolaborasi untuk mengurangi angka stunting di Indonesia.

Sebagai upaya, digelar peluncuran pendistribusian program ayam dan dan telur untuk pengentasan keluarga stunting ini dilakukan di Kantor Pos Utama Kota Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (15/4/2023).

Acara dihadiri langsung oleh Direktur Utama Pos Indonesia Faizal Rochmad Djoemadi, Direktur Bisnis Kurir dan Logistik Pos Indonesia Siti Choiriana, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi, serta perwakilan dari BKKBN, Direksi ID Food.

Direktur Utama Pos Indonesia Faizal Rochmad Djoemadi mengatakan distribusi bantuan pangan berupa telur dan daging ayam akan diberikan kepada puluhan ribu Keluarga Risiko Stunting di Pulau Jawa.

"Hari ini kami Pos Indonesia mulai mendistribusikan bantuan pangan berupa telur dan ayam kepada 78.309 KRS di delapan kota dan kabupaten di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur untuk periode pendistribusian hingga 19 April 2023," kata Faizal di lokasi.

Menurut dia, setiap KRS akan menerima daging ayam dalam bentuk karkas utuh seberat 0,9 sampai 1,1 kg dan satu tray telur berisi 10 butir. KRS akan menerima bantuan ini selama tiga bulan, mulai periode April, Mei, dan Juni. 

Sementara itu, Direktur Bisnis Kurir dan Logistik Pos Indonesia Siti Choiriana mengatakan pihaknya bertanggung jawab dalam mendistribusikan bantuan tersebut dari supplier ke keluarga penerima atau KRS pada 15 hingga 19 April 2023.

"Total ada 15.315 sumber daya manusia dan 6.410 sarana yang terlibat pada pendistribusian bantuan pangan pengentasan stunting ini. SDM dan sarana tersebut tersebar di tujuh provinsi, memastikan agar bantuan ini sampai kepada penerimanya," kata dia. 

Menurut Ana, pendistribusian bantuan pangan di monitoring secara real time. Pendistribusian jumlah paket hingga KRS akan terdeteksi secara berkala hingga tingkat kelurahan.

Sementara itu, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menjelaskan secara nasional, Keluarga Risiko Stunting (KRS) berjumlah 1.446.089 KRS di tujuh provinsi, yaitu Jawa Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Barat, Banten, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Timur.

Program bantuan pangan ini diharapkan dapat membantu mengatasi masalah pangan bagi warga dengan risiko stunting, serta meningkatkan kualitas hidup keluarga KRS di Indonesia.

Bantuan telur dan ayam ini adalah bagian dari program cadangan pangan pemerintah (CPP) tahun 2023.

"Program ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo dalam rangka mengentaskan penduduk rawan pangan dan stunting," kata Arief.

Ia memastikan bahan pangan yang disalurkan berkualitas tinggi. Seperti kualitas telur yang sangat bagus. Telur yang diberikan warga adalah telur bersih dan tidak ada kotorannya. 

"Kalau bahan pangan diberikan dalam bentuk tunai, itu impaknya tidak sebesar dalam bentuk pangan. Kalau ini, kita punya petani, nelayan, dan lainnya dari hulu ke hilir. Mereka perlu dibantu pemasaran, stabilitas harga, dan lainnya," tuturnya.

Ia optimis Pos Indonesia sudah terpercaya menangani pengiriman hingga titik terluar, terdepan, dan tertinggal. Dia berharap, distribusi pangan ini tepat sasaran dan tepat waktu. (abs)

Baca berita TribunBekasi.com lainnya di Google News

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved