Berita Nasionalin
Proposal Perdamaian Prabowo Subianto untuk Rusia-Ukraina, Pengamat Studi Eropa: Tidak Masuk Akal
Pengamat Studi Eropa dari UGM Muhadi Sugiono menilai proposal perdamaian Prabowo Subianto untuk Rusia-Ukraina tidak masuk akal.
Usulan seperti gencatan senjata, masing-masing negara mundur 15 km, menghadirkan pasukan PBB hingga referendum bukan hal yang tepat.
"Ini yang bermasalah, karena antara Ukraina dan Rusia tidak sedang memperebutkan sebuah wilayah yang tak berada di wilayah salah satu dari kedua belah pihak. Tapi Rusia yang ingin mengambil wilayah Ukraina" ujar Muhadi.
"Jadi itu adalah kedaulatan wilayah Ukraina. Jadi kalau ingin bicara menghentikan perang dengan situasi yang sekarang tidak menguntungkan pihak Ukraina" lanjutnya.
Terkait hal itu, Muhadi kembali mengatakan bahwa proposal yang ditawarkan oleh Prabowo tidak menguntungkan kedua pihak.
"Untuk membedakan proposal itu bagus atau tidak itu dilihat pada bagaimana ketika proposal kita itu kemudian memenuhi kepentingan atau hak dan kewajiban masing-masing negara itu."
"Dalam bentuknya sekarang proposal itu sepertinya tidak memperhitungkan hal itu. Nah ini jadi persoalan,” ujar Muhadi.
Lebih dari itu, Muhadi enggan menduga-duga soal proposal itu, sebagai bentuk keberpihakan Prabowo Subianto terhadap Rusia.
Namun, dia menyebut proposal tersebut wajar ditolak oleh Ukraina karena merugikan mereka.
"Kita tidak bisa menyatakan kalau itu membela ke Rusia, tidak. Tapi bahwa proposal itu menguntungkan Rusia, iya. Jadi saya tidak membayangkan kita mengajukan proposal itu Prabowo ingin berpihak pada Rusia, tidak. Tapi konsekuensi dari isi proposal itu seolah-olah posisi Prabowo menguntungkan Rusia" ujarnya.
Pejabat PDIP Bela Prabowo Subianto
Pejabat PDIP yang juga Sekretaris Kabinet Pramono Anung bela proposal perdamaian Ukraina Rusia yang ditawarkan oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Diketahui sebelumnya Ukraina menolak mentah-mentah proposal perdamaian yang ditawarkan oleh Indonesia terhadap perang Rusia Ukraina.
Ukraina menilai, proposal yang ditawarkan Prabowo Subianto itu lebih condong membela Rusia.
Meski mendapatkan tanggapan dingin dari Ukraina, Istana melalui Sekretaris Kabinet Pramono Anung membela Menteri Pertahanan Prabowo Subianto seperti dikutip dari Tribunnews.com.
Pramono mengatakan usulan Prabowo yang disampaikan pada KTT pertahanan Shangri-La Dialog di Singapura beberapa waktu lalu tersebut, harus dilihat dalam sudut pandang yang positif.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.