Universitas Indonesia
Guru Besar FKUI Lahirkan Dua Alat Fiksasi Tulang untuk Cegah Kematian, Begini Cara Kerjanya
Guru Besar Orthopaedi dan Traumatologi FKUI–Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Prof. Ismail Hadisoebroto Dilogo lahirkan dua alat fiksasi tulang.
TRIBUNBEKASI.COM, JAKARTA - Universitas Indonesia melalui Fakultas Kedokteran melahirkan dua inovasi baru, yakni Alat Fiksasi Pelvis Modifikasi C-Clamp dan Alat Fiksasi Eksterna Periartikuler.
Penciptaan dua alat kesehatan tersebut dilatarbelakangi adanya trauma yang merupakan penyebab tertinggi ketiga kematian pada semua kelompok umur di dunia.
Fraktur pelvis merupakan salah satu penyakit yang dapat terjadi akibat trauma dan merupakan cedera orthopaedi yang paling sering merenggut nyawa dengan angka kematian setinggi 6–35 persen.
Baca juga: Juara Dunia Kompetisi SEG Challenge Bowl 2023 Jadi Bukti 2 Mahasiswa FMIPA UI Unggul di Geosains
Untuk mencegah kejadian kematian pada pasien fraktur tulang pelvis dan tulang panjang di
tungkai, dokter orthopaedi perlu mengoreksi kelainan bentuk tulang pasien dengan menggunakan alat bantu fiksasi.
Sayangnya, alat dengan modifikasi model C-Clamp invensi Ganz yang selama ini umum digunakan memiliki keterbatasan.
Di antaranya adalah pemasangan tidak praktis, ukuran tidak bisa diatur sehingga sulit digunakan pada pasien dengan lingkar perut besar, serta memiliki harga yang sangat mahal.
Melihat kondisi ini, Guru Besar Orthopaedi dan Traumatologi FKUI–Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo (RSCM), Prof. Dr. dr. Ismail Hadisoebroto Dilogo, Sp.OT(K) beserta tim bekerja
sama dengan PT Eka Ormed Indonesia memproduksi Alat Fiksasi Pelvis Modifikasi C-Clamp dan
Alat Fiksasi Eksterna Periartikuler.
Cara Kerja
Alat Fiksasi Pelvis Modifikasi C-Clamp diciptakan untuk fiksasi patah tulang pelvis bagian posterior yang sering menimbulkan kematian akibat kehilangan banyak darah.
Cara kerja alat ini adalah dengan pemberian fiksasi dari dua buah paku kanan dan kiri di daerah tulang pelvis.
Baca juga: Semangat Membangun Negeri, UI Kembangkan Teh dan Kopi Kesehatan Tanpa Kafein
Produk ini memiliki keunggulan pada pemasangan yang cepat dan manual atau tanpa membutuhkan alat bantu khusus.
Selain itu, alat ini bersifat fleksibel karena ketinggian dan lebarnya dapat diatur sesuai bentuk atau ukuran badan pasien, serta memiliki harga yang terjangkau.
Ide pemecahan masalah ini menggunakan beberapa konsep di mekanika struktur dan
pengembangan konsep produk dari referensi dan produk yang ada.
Pengembangannya disesuaikan dengan kemampuan manufaktur yang tersedia. Artinya, bahan dan alat berasal dari dalam negeri dan proses pembuatannya dilakukan di dalam negeri.
Bahan untuk alat ini menggunakan stainless steel 304 dan aluminium untuk meminimalisasi efek karat akibat cairan kimia dan tubuh.
Baca juga: Patahkan Stigma Negatif Terhadap ODGJ, Mahasiswi Vokasi UI Bangun Platform Pasti.Id
Rektor UI Tandatangani Kerja Sama Terkait Dukungan Dana Abadi Rp 50 Miliar dari ParagonCorp |
![]() |
---|
Hubei University of Chinese Medicine dan UI Sepakat Perkuat Pengembangan Ilmu Pengobatan Tradisional |
![]() |
---|
Antusias Kerja Sama dengan UI Tinggi di NAFSA 2024, Ini Penjelasan Rektor Universitas Indonesia |
![]() |
---|
Universitas Indonesia Buka Pendaftaran Panitia Penjaringan dan Penyaringan Calon Rektor UI 2024-2029 |
![]() |
---|
Besaran UKT dan IPI Ditetapkan UI, Ini Mekanismenya Bagi Mahasiswa agar Tak Alami Kendala Finansial |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.