Taruna STIP Tewas

Taruna STIP Asal Bekasi Aniaya Juniornya Hingga Tewas, Aksi Pelaku Terekam CCTV

Seorang taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) asal Bali tewas dianiaya seniornya, seorang taruna asal Bekasi, Jumat (3/5/2024).

|
Editor: Ign Prayoga
ISTIMEWA
Putu Satria Ananta Rustika, taruna STIP asal Klungkung, Bali, meninggal dunia akibat dianiaya seniornya di kampus STIP, Cilincing, Jakarta Utara, Jumat (3/5/2024). 

TRIBUNBEKASI.COM, JAKARTA - Seorang taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Clincing, Jakarta Utara, tewas dianiaya seniornya, Jumat (3/5/2024).

Korban tewas adalah Putu Satria Ananta Rustika, taruna tingkat I asal Bali.

Sedangkan pelaku adalah Tegar, taruna tingkat II asal Bekasi, Jawa Barat.

Korban dipukul berkali-kali pada ulu ati oleh pelaku di dekat toilet.

Kejadian ini terekam kamera CCTV. 

Kapolres Jakarta Utara Gidion Arif Setyawan mengatakan, ada kekerasan yang dilakukan oleh oknum senior tingkat dua dalam kegiatan Jumat pukul 08.00 WIB.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, kejadian itu terjadi di depan sebuah toilet lantai II gedung STIP Jakarta Utara.

Awalnya Putu Satria dan sejumlah taruna tingkat I dipanggil oleh Tegar, taruna tingkat II.

Tegar bertanyakan mengapa Putu Satria dan rekan-rekanya memakai pakaian olahraga ke gedung pendidikan lantai 3.

Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran / STIP Jakarta dibawah Kemenhub
Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran / STIP Jakarta dibawah Kemenhub (Wartakotalive/M Rifqi Ibnumasy)

Korban dan rekan-rekannya kemudian diminta berbaris berjejer. Kemudian Tegar memukul ulu hati korban sebanyak 5 kali.

Hal itu membuat korban terkapar.

Bukan kegiatan resmi

Kapolres mengatakan, penganiayaan tersebut terjadi bukan pada kegiatan resmi STIP.

"Artinya ini kegiatan yang memang tidak dilakukan secara resmi oleh lembaga. Ini kegiatan perorangan mereka, tidak dilakukan secara terstruktur maupun kurikulum tapi ini kegiatan inisiasi para siswa," ucapnya.

Saat ini, lanjut Gidion pihaknya sudah mengamankan senior di sekolah tersebut yang diduga terlibat.

Namun, belum diketahui jumlah pastinya dan hanya ada 10 saksi yang dimintai keterangannya oleh pihak kepolisian.

CCTV

Kombes Gidion mengatakan penganiayaan diduga dilakukan di toilet pria di dekat salah satu kelas.

Setelah korban ambruk, Putu Satria dibopong ke klinik. Momen ini terekam kamera CCTV.

"Saya rasa CCTV cukup clear untuk menceritakan rangkaian peristiwa itu," kata Gidion.

Upaya menolong Putu Satria telah dilakukan. Namun kondisinya tidak terselematkan.

Gidion mengatakan, sesampainya di klinik, korban dinyatakan meninggal dunia.

"Pada saat diperiksa di klinik kesehatan sekolah, korban dalam kondisi sudah tidak tidak bernadi. Nadinya sudah berhenti dan mungkin tanda-tanda hilangnya nyawa," katanya.

Kini, kata Gidion, sudah ada 10 saksi yang telah diperiksa di mana mereka adalah sesama taruna di STIP.

"Sambil berjalan, kami juga sudah memeriksa 10 orang lebih untuk menceritakan peristiwa kejadiannya seperti apa," kata Gidion.

Terpisah, Perbekel Desa Gunaksa, Semarapura, Bali, I Wayan Sadiarna membenarkan, Putu Satria Ananta Rustika merupakan warganya.

Sore tadi, pihak keluarga sudah ke Jakarta untuk memastikan informasi tersebut.

"Tadi ibu, adik, serta paman dari anak itu (Putu Satria Ananta Rustika) berangkat ke Jakarta. Katanya mengecek informasi tersebut," kata Sadiarna, Jumat (3/5/2024).

Sadiarna mengaku, mengenal warganya tersebut. Bahkan mengetahui saat Putu Satria berangkat melanjutkan pendidikan ke salah satu sekolah kedinasan di Jakarta.

"Saya tahu anak ini, sebelum berangkat juga dulu pernah bertemu," ungkapnya. Putu Satria Ananta Rustika, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Korban merupakan alumni SMAN 2 Semarapura.

Kepala Rumah Sakit (Karumkit) Polri Kramatjati, Brigjen Hariyanto menyebut pihaknya belum melakukan visum terhadap jenazah mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) berinisial P (19) yang tewas akibat diduga dianiaya seniornya, Jumat (3/5/2024).

"Kami masih menunggu surat permintaan visum (SPV) tertulis dari penyidik, sebagai prosedur baku pemeriksaan kami," kata Hariyanto saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (3/5/2024).

Jika tidak ada SPV dari pihak penyidik kepolisian, maka Hariyanto dan tim belum bisa memeriksa jenazah P. "Semoga SPV cepat diterima," harapnya. 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com 

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved