Taruna STIP Tewas

Taruna STIP Asal Bali Tewas Dianiaya Senior, Begini Kata Menhub yang Dulu Bilang STIP Bakal Berubah

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengucapkan belasungkawa atas tewasnya taruna STIP asal Bali akibat dianiaya seniornya.

Penulis: | Editor: Ign Prayoga
Wartakotalive.com
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi. 

TRIBUNBEKASI.COM, JAKARTA - Seorang taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta tewas akibat dianiaya seniornya.

Korban adalah Putu Satria Ananta Rustika, taruna tingkat I asal Klungkung, Bali.

Putu Satria menambah panjang daftar taruna STIP yang tewas akibat kekerasan dalam relasi senior-junior.

Kasus serupa pernah menimpa Agung Bastian Gultom (tewas pada 2 Mei 2008), Jegos (tewas pada 2008), Dimas Dikita Handoko (tewas pada 2014), dan Amirulloh Adityas Putra (2017).

Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy angkat bicara terkait kasus taruna STIP Jakarta tewas akibat dianiaya seniornya.

Muhadjir mengatakan kasus tersebut merupakan tanggung jawab STIP.

"Akan kita lihat kasusnya ya. Selama ini kan itu menjadi tanggung jawab dari institusi, termasuk kalau itu mahasiswa ya pimpinan yang bertanggung jawab di bidang kegiatan kemahasiswaan," kata Muhadjir usai rapat terbatas di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (6/5/2024).

Menurut Muhadjir belum ada rencana dari pemerintah untuk melakukan intervensi terhadap kasus tersebut.

Pihaknya akan terlebih dahulu melakukan pendalaman terhadap kasus yang terjadi sebelum mengambil tindakan.

Di tempat yang sama Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengucapkan belasungkawa atas kejadian yang merenggut nyawa taruna asal Bali tersebut.

Menurutnya, Kementerian Perhubungan telah membantu penegakan hukum dalam kasus tersebut.

"Saya berbelasungkawa dan sangat prihatin. Kami sudah melakukan satu upaya penegakan hukum," katanya dikutip dari Tribunnews.com.

Baca juga: Selain Putu Satria, Empat Taruna Ini Nyaris Jadi Korban Penganiayaan Senior Sadis di STIP Jakarta

Seperti telah diberitakan, polisi telah menetapkan seorang tersangka dalam kasus dugaan penganiayaan yang menewaskan taruna STIP Cilincing, Jakarta Utara.

Tersangka adalah Tegar Rafi Sanjaya (21), taruna tingkat dua asal Jatiasih, Kota Bekasi.

Sedangkan merupakan mahasiswa tingkat satu, Putu Satria Ananta Rustika (19).

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi pernah sesumbar akan mengubah sistem pendidikan di STIP untuk menghilangkan budaya kekerasan.

Janji ini diucapkan Budi Karya Sumadi ketika menanggapi kasus kekerasan yang menewaskan Amirulloh Adityas Putra tahun 2017.

Budi Karya Sumadi mengatakan, pihaknya mengubah sejumlah sistem pendidikan di STIP guna menghindari terulangnya tindak kekerasan di sekolah tersebut.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi bersama Amarulloh Adityas Putra, kakak kandung taruna STIP yang tewas Amirulloh Adityas Putra, Minggu (16/7/2017). Amirulloh Adityas tewas akibat kekerasan senior terhadap junior di kampus STIP, Jakarta.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi bersama Amarulloh Adityas Putra, kakak kandung taruna STIP yang tewas Amirulloh Adityas Putra, Minggu (16/7/2017). Amirulloh Adityas tewas akibat kekerasan senior terhadap junior di kampus STIP, Jakarta. (Kompas.com/David Oliver Purba)

Sistem pendidikan lama yang digunakan STIP dinilai rawan memicu kekerasan. Hal ini terlihat dari sejumlah taruna STIP yang tewas dalam beberapa tahun terakhir karena mendapat kekerasan dari senior.

Budi Karya mengatakan bahwa STIP tidak lagi memperkenankan siswa senior turun langsung memberikan sejumlah pendidikan kepada para juniornya.

"Karena secara pemberian kewenangan itu disalahgunakan untuk gagah-gagahan," ujar Budi Karya di kampus di kampus STIP, Jakarta Utara, Minggu (16/7/2017).

STIP juga akan memperbanyak jam belajar para taruna dan mengurangi kegiatan ekstrakulikuler. Hal itu dilakukan untuk menghindari gesekan yang terjadi di lingkungan STIP.

Selain itu, STIP membuat sebuah risalah untuk mempertegas hukuman taruna yang melanggar aturan.

"Ada dokumen-dokumen yang dibuat secara khusus untuk melakukan reformasi sekolah. Bahkan ada risalah untuk memberikan punsihment kepada mereka yang bersalah. Sebaliknya bagi yang berprestasi diberikan apresiasi," ujar Budi Karya dikutip dari Kompas.com.

Apa yang dicanangkan Menhub Budi Karya Sumadi tak sesuai kenyataan. Kekerasan kembali terjadi di kampus STIP. Tindak kekerasan ini merenggut nyawa Putu Satria Ananta Rustika, taruna tingkat satu di STIP Cilincing, Jakarta Utara.

Berikut sederet fakta tentang kejadian yang menewaskan Putu Satria.

1. Bukan Kegiatan Resmi

Kasus kematian di kampus sekolah pelayaran STIP Cilincing ditangani Polres Jakarta Utara.

Kapolres Jakarta Utara Kombes Gidion Arif Setyawan memastikan, ada tindak kekerasan yang dilakukan oleh taruna tingkat dua dalam kegiatan Jumat pagi.

Gidion mengatakan, penganiayaan terjadi bukan pada kegiatan resmi STIP.

"Artinya, ini kegiatan yang tidak dilakukan secara resmi oleh lembaga. Ini kegiatan perorangan, tidak dilakukan secara terstruktur maupun berdasar kurikulum, ini kegiatan inisiasi para siswa," ucapnya.

2. Cari-cari Kesalahan Junior

Berdasarkan informasi yang dihimpun, kejadian itu terjadi di depan sebuah toilet pada lantai II gedung STIP Cilincing, Jakarta Utara.

Awalnya Putu Satria dan sejumlah taruna tingkat I dipanggil oleh Tegar Rafi Sanjaya, taruna tingkat II.

Tegar bertanya mengapa Putu Satria dan rekan-rekanya memakai pakaian olahraga ke gedung pendidikan di lantai 3.

Tegar terkesan tak peduli atas jawaban itu. Dia sepertinya sedang mencari-cari alasan untuk menghukum juniornya.

Toilet pria di STIP Jakarta yang jadi lokasi penganiayaan senior terhadap juniornya, Jumat (3/5/2024). Penganiayaan ini menewaskan taruna tingkat I asal Bali, Putu Satria Ananta Rustika. Sedangkan pelaku adalah Tegar, taruna tingkat II asal Bekasi, Jabar.
Toilet pria di STIP Jakarta yang jadi lokasi penganiayaan senior terhadap juniornya, Jumat (3/5/2024). Penganiayaan ini menewaskan taruna tingkat I asal Bali, Putu Satria Ananta Rustika. Sedangkan pelaku adalah Tegar, taruna tingkat II asal Bekasi, Jabar. (TribunJakarta)

Tegar Rafi Sanjaya lalu meminta korban dan rekan-rekannya berjejer. Kemudian Tegar memukuli mereka.

Saat memukul Putu Satria, Tegar memukul ulu hati korban sebanyak 5 kali.

Jari-jari tangan Tegar mengepal dan dia melepaskan pukulan sekuat tenaga.

Hal ini membuat korban terkapar.

3. Korban Digotong ke Klinik

Pukulan sekuat tenaga yang dilepaskan Tegar membuat Putu Satria ambruk.

Dia kemudian digotong ke klinik di lingkungan kampus STIP Cilincing.

Rentetan kejadian ini terekam CCTV.

"Saya rasa CCTV cukup clear untuk menceritakan rangkaian peristiwa itu," kata Gidion.

Upaya menolong Putu Satria telah dilakukan. Namun kondisinya tidak terselamatkan.

Gidion mengatakan, sesampainya di klinik, korban dinyatakan meninggal dunia.

"Pada saat diperiksa di klinik, korban dalam kondisi sudah tidak tidak bernadi. Nadinya sudah berhenti dan mungkin tanda-tanda hilangnya nyawa," katanya.

4. STIP Copot Tegar

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Perhubungan menegaskan segera mencopot Tegar, taruna asal Bekasi, yang jadi terduga sebagai pelaku kekerasan yang menewaskan taruna junior STIP Jakarta.

"Untuk terduga taruna pelaku, BPSDM Perhubungan akan langsung mencopot statusnya sebagai taruna agar tidak mengganggu proses hukum," kata Ketua STIP Jakarta Ahmad Wahid dalam keterangan yang diterima Tribunnews, Jumat.

Rumah keluarga tersangka kasus penganiayaan taruna STIP Jakarta, Tegar Rafi Sanjaya di Bekasi terlihat tak berpenghuni.
Rumah keluarga tersangka kasus penganiayaan taruna STIP Jakarta, Tegar Rafi Sanjaya di Bekasi terlihat tak berpenghuni. (Tribunnews.com/Rahmat W. Nugraha)

"Sementara bagi manajemen kampus dalam berbagai tingkatan yang terkait dan bertanggung jawab dan kooperatif terhadap proses penyidikan yang dilaksanakan Kepolisian sesuai dengan ketentuan yang berlaku," imbuhnya.

Ahmad Wahid mengatakan, pihaknya sangat menyesal terkait dugaan tindakan kekerasan yang terjadi dan menyampaikan turut berduka cita atas meninggalnya Putu Satria Ananta Rustika

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved